Ikan Asosiasi ikan dengan lamun

19 h. Biomassa Lamun gramm 2 dihitung berdasarkan berat basah dan berat kering. Sebelum dilakukan penimbangan, lamun yang telah didaratkan, disortir dahulu berdasarkan jenis, kemudian ditimbang. Sampel lamun kemudian dibawa ke laboratorium untuk mengukur berat kering. Biomassa dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : Keterangan: Bi = biomassa rumput laut spesies ke-i gramm 2 Wi = jumlah total berat spesies ke-i gram A = total area studi m 2

3.4.2. Ikan

a. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Indeks keragaman digunakan untuk mengukur kelimpahan komunitas berdasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah individu dari setiap spesies pada suatu lokasi. Semakin banyak jumlah jenis spesies, maka semakin beragam komunitasnya. Rumus indeks keanekaragaman Shannon Krebs 1989 : ∑ Keterangan: H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener N = Jumlah total individu seluruh jenis n i = Jumlah individu jenis ke-i b. Indeks keseragaman Shannon-Wiener Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu setiap jenis dengan cara membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai maksimumnya. Semakin seragam penyebaran individu antarspesies maka keseimbangan ekosistem akan semakin meningkat. Indeks keseragaman ditentukan berdasarkan rumus berikut Krebs 1989: , Keterangan: E = Indeks Keseragaman Shannon H’ = Indeks keanekaragaman H’ max = Indeks keanekaragaman maksimum max H H E    S H ln max  20 S = Jumlah spesies c. Indeks dominansi Simpson Indeks ini digunakan untuk mengetahui jenis yang paling banyak ditemukan. Dominansi dapat diketahui dengan rumus dominansi Simpson: Keterangan: D = Indeks dominansi Simpson n i = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu seluruh jenis

3.4.3. Asosiasi ikan dengan lamun

a. Korelasi Pearson Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier searah antara dua variabel atau lebih. Salah satu teknik korelasi yang umum digunakan adalah korelasi product moment pearson. Variabel yang digunakan adalah variabel berskala interval. Analisa ini digunakan untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan Y serta mengetahui besarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya yang dinyatakan dalam persen. Variabel X menyatakan kondisi habitat sementara variabel Y menyatakan kondisi ikan. Kondisi meliputi biomassa dan kerapatan lamun diduga mempengaruhi biomassa, kelimpahan individu, dan kelimpahan spesies ikan dalam lamun. Kepadatan lamun merupakan faktor penentu kuantitas ikan yang ada di dalamnya. Biomassa lamun dianalogikan sebagai fungsi dari kepadatan dan penutupan lamun yang akan mempengaruhi jumlah serta biomassa ikan yang berasosiasi. Hubungan antara variabel X dan Y dinilai dari koefisien korelasi r. Nilai korelasi terletak antara -1 hingga 1. Semakin mendekati angka -1 maka hubungan antara kondisi lamun dan kondisi ikan berkorelasi sangat erat negatif. Sedangkan semakin mendekati angka 1, kondisi lamun berkorelasi sangat erat positif. Sifat distribusi data dilihat dari nilai P-Value. Nilai P-Value 0,05 berarti bahwa data yang didapatkan berdistribusi normal. b. Indeks Konstansi dan Indeks Fidelitas Data hasil sampling dalam setiap stasiun pengamatan dikonversi menjadi data binari. Hasil data binari digunakan untuk menganalisa tingkat kekonstanan spesies 2 1          s i i N n D 21 ikan pada habitat tertentu. Berdasarkan indeks konstansi dengan rumus Boech 1977 in Aktani 1990: Keterangan : C ij = Indeks konstansi a ij = Jumlah kehadiran spesies ikan ke-i pada habitat ke-j n i = Jumlah elemen pada kelompok spesies ikan ke-i n j = Jumlah elemen pada anggota kelompok ke-j kisaran indeks konstansi adalah 0-1, dengan ketentuan: C ij = 0 , berarti tidak ada satupun spesies ikan ke-i terdapat pada habitat ke-j C ij = 1 , berarti spesies ikan ke-i terdapat pada habitat ke-j Dari indeks konstansi dapat dilihat tingkat kekhasankebenaran spesies ke- i pada habitat ke- j berdasarkan indeks fidelitas Murphy and Edwards 1982 in Aktani 1990 berdasarkan persamaan: ∑ ∑ Keterangan : F ij = Indeks fidelitas kelompok spesies ikan ke-i pada habitat ke-j C ij = Indeks konstansi kelompok spesies ikan ke-i pada habitat ke-j Kisaran indeks fidelitas adalah sebagai berikut: F ij ˻ 2 menunjukan preferensi yang kuat antara kelompok ikan ke-i pada habitat ke-j F ij ˺ 1 menunjukan tingkat ketidaksukaan kelompok ikan ke-i pada habitat ke- j F ij = 0 menunjukan ketidaksukaan cenderung menghindari kelompok ikan ke- i pada habitat ke- j. c. Analisis Biplot Biplot merupakan suatu alat analisis statistika yang menyediakan posisi relatif objek pengamatan dengan peubah secara simultan dalam dua dimensi. Informasi yang bisa diperoleh dari biplot adalah : hubungan antara peubah bebas, kesamaan relatif dari titik-titik data individu pengamatan, dan posisi relatif antara individu pengamatan dengan peubah. Interpretasi dari biplot adalah : 1. Panjang vektor peubah sebanding dengan keragaman peubah tersebut. Semakin panjang vektor suatu peubah maka keragaman peubah tersebut semakin tinggi. 2. Nilai cosinus sudut antara dua vektor peubah menggambarkan korelasi dua peubah. Semakin sempit sudut yang dibuat antara dua peubah maka semakin 22 positif tinggi korelasinya. Jika sudut yang dibuat tegak lurus maka korelasi keduanya rendah. Sedangkan jika sudut tumpul maka korelasi bersifat negatif. 3. Posisi objek yang searah dengan suatu vektor peubah diinterpretasikan sebagai besarnya nilai peubah untuk objek yang searah. Semakin dekat letak objek dengan arah yang ditunjuk oleh suatu peubah maka semakin tinggi peubah tersebut untuk objek itu. Sedangkan jika arahnya berlawanan maka nilainya rendah. 4. Kedekatan letakposisi dua buah objek diinterpretasikan sebagai kemiripan sifat dua objek. Semakin dekat letak dua buah objek maka sifat yang ditunjukan oleh nilai-nilai peubahnya semakin mirip. d. Analisis Ragam Klasifikasi Dua Arah Two Way Anova Analisis ragam klasifikasi dua arah merupakan sebuah pengujian statistika dengan dua faktor yang diperhitungkan secara simultan, dimana jumlah perlakuan pada setiap faktor adalah dua atau lebih. Rancangan ini sering dikenal sebagai rancangan acak kelompok, rancangan acak lengkap faktorial, dan bujur sangkar latin. Komponen yang dianalisis dalam Anova adalah kelimpahan ikan pada tiap waktu pengambilan data siang dan malam serta kelimpahan pada tiap stasiun pengamatan yang berbeda kondisi penutupannya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan waktu penangkapan dan kondisi penutupan lamun terhadap jumlah spesies ikan yang ada di dalamnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perairan Karang Lebar

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau-pulau kecil seluas 107.489 ha yang terbentang dari Teluk Jakarta hingga Pulau Sebira di arah utara sejauh 150 km. Wilayah Kepulauan Seribu berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Selat Sunda. Kepulauan Seribu resmi dijadikan sebagai Taman Nasional Laut sejak tahun 1995 dengan empat zonasi zona inti, zona penyangga, zona pemanfaatan, dan zona pemukiman. Secara administratif, Kepulauan Seribu terbagi dalam dua kecamatan, yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pusat pemerintahan dan aktivitas manusia yang tertinggi terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kelurahan Pulau Panggang. Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 13 pulau kecil, termasuk Pulau Semak Daun. Perairan Pulau Semak Daun adalah perairan dangkal dengan satu pulau utama dan beberapa goba di sekitarnya. Perairan Pulau Semak Daun termasuk dalam zona pemanfaatan pariwisata. Berdekatan dengan wilayah ini terdapat perairan Karang Lebar yang tidak memiliki pulau utama, sehingga lebih banyak dikenal sebagai bagian dari Perairan Semak Daun. Vegatasi lamun dan terumbu karang tersebar luas di perairan dangkal ini. Perairan Karang Lebar banyak dijadikan sebagai basis penangkapan ikan dan penambangan pasir oleh masyarakat sekitar. Perairan Kepulauan Seribu, khususnya Kelurahan Pulau Panggang termasuk ke dalam zona pemukiman dan pemanfaatan yang rentan terhadap pencemaran, baik yang berasal dari kegiatan di darat maupun kegiatan di laut. Pencemaran akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi lingkungan tempat biota tinggal. Karakteristik fisika dan kimia suatu lingkungan akan berdampak pada struktur komunitas biota yang tinggal di dalamnya, termasuk lamun dan ikan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap parameter lingkungan seperti suhu, pH, dan kecerahan pada wilayah Perairan Karang Lebar, secara umum kondisi perairan ini masih tergolong baik Tabel 4.