Keadaan Umum Perairan Karang Lebar

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perairan Karang Lebar

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau-pulau kecil seluas 107.489 ha yang terbentang dari Teluk Jakarta hingga Pulau Sebira di arah utara sejauh 150 km. Wilayah Kepulauan Seribu berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Selat Sunda. Kepulauan Seribu resmi dijadikan sebagai Taman Nasional Laut sejak tahun 1995 dengan empat zonasi zona inti, zona penyangga, zona pemanfaatan, dan zona pemukiman. Secara administratif, Kepulauan Seribu terbagi dalam dua kecamatan, yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pusat pemerintahan dan aktivitas manusia yang tertinggi terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kelurahan Pulau Panggang. Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 13 pulau kecil, termasuk Pulau Semak Daun. Perairan Pulau Semak Daun adalah perairan dangkal dengan satu pulau utama dan beberapa goba di sekitarnya. Perairan Pulau Semak Daun termasuk dalam zona pemanfaatan pariwisata. Berdekatan dengan wilayah ini terdapat perairan Karang Lebar yang tidak memiliki pulau utama, sehingga lebih banyak dikenal sebagai bagian dari Perairan Semak Daun. Vegatasi lamun dan terumbu karang tersebar luas di perairan dangkal ini. Perairan Karang Lebar banyak dijadikan sebagai basis penangkapan ikan dan penambangan pasir oleh masyarakat sekitar. Perairan Kepulauan Seribu, khususnya Kelurahan Pulau Panggang termasuk ke dalam zona pemukiman dan pemanfaatan yang rentan terhadap pencemaran, baik yang berasal dari kegiatan di darat maupun kegiatan di laut. Pencemaran akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi lingkungan tempat biota tinggal. Karakteristik fisika dan kimia suatu lingkungan akan berdampak pada struktur komunitas biota yang tinggal di dalamnya, termasuk lamun dan ikan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap parameter lingkungan seperti suhu, pH, dan kecerahan pada wilayah Perairan Karang Lebar, secara umum kondisi perairan ini masih tergolong baik Tabel 4. Tabel 4. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan. Kondisi Lamun Siang malam suhu pH kecerahan kedalaman cm suhu pH kedalaman cm Sehat 29 8 100 40-100 27-29 8 80-165 Kurang Sehat 28-35 8-9 100 25-125 27-29 8-9 35-120 Miskin 28-29 8-9 100 20-80 27-29 8-9 60-100 Kedalaman air berkisar antara 20-165 cm dan kecerahan yang konstan pada tiap pengamatan, yakni 100 menunjukkan penetrasi cahaya matahari masuk hingga ke dasar perairan. Berdasarkan data, terlihat bahwa perairan Karang Lebar merupakan perairan dangkal yang jernih. Kondisi ini mempengaruhi pertumbuhan lamun dan kapasitas lamun untuk berproduksi sebagai produsen utama di air. Penetrasi matahari yang baik akan memudahkan lamun untuk dapat berfotosintesis dan tumbuh. Nilai kecerahan perairan dipengaruhi oleh kecepatan arus. Arus yang stagnan dan sangat tenang pada jangka waktu yang lama akan menurunkan tingkat kecerahan perairan. Menurut Waycott et al. 2007, suhu yang diperlukan oleh lamun untuk berfotosintesis berkisar antara 28-35º C. Sedangkan untuk tumbuh, lamun memerlukan suhu optimal antara 28-30º C. Merujuk pada keterangan tersebut, hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu perairan cukup ideal untuk proses fotosintesis, namun kurang mendukung untuk proses pertumbuhan lamun. Hal ini dikarenakan suhu tertinggi yang didapatkan pada salah satu stasiun pengamatan mencapai angka 35º C, melebihi baku mutu Lampiran 3 yang telah ditetapkan. Derajat asam pH pada tiga stasiun pengamatan berfluktuasi seiringan dengan suhu perairan. Pada saat arus sangat tenang dengan penyinaran matahari yang tinggi, suhu air mencapai 35ºC dan nilai pH naik menjadi 9 di sore hari. Kondisi pH yang terlalu tinggi basa tidak mendukung bagi pertumbuhan lamun, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. Secara umum kondisi perairan yang ditunjukan oleh Tabel 4 masih tergolong baik untuk kehidupan biota laut, sesuai KepMenLH No. 51 tahun 2004. Beberapa hasil pengamatan yang berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan dikarenakan adanya pengaruh lingkungan seperti tingginya intensitas penyinaran matahari serta arus perairan yang sangat rendah. 4.2. Karakteristik Padang Lamun 4.2.1. Komposisi lamun berdasarkan kepadatan jenis