Konsep Rantai Nilai Model Rantai Nilai Kayu Jati (Tectona Grandis L.F) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro Perum Perhutani Unit Ii Jawa Timur

cukup baik dan mudah direkat. Sedangkan untuk kayu lapis, karena memberikan gambar yang indah, kayu jati banyak dipakai untuk venir muka. Jati tumbuh baik pada tanah sarang, terutama pada tanah yang mengandung kapur. Jenis ini tumbuh di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C-F, jumlah hujan rata-rata 1200-2000 mmth, pada ketinggian 0-700 mdpl. Permudaan alam mudah terjadi dan dapat membentuk tegakan murni setelah mengalami kebakaran. Selain itu, mudah pula tumbuh tunas tunggak, tetapi permudaan semacam ini jarang dilakukan karena akan menghasilkan kayu yang berkualitas rendah. Karena itu, untuk jati umumnya berlaku sistem tebang habis dengan permudaan buatan. Permudaan buatan dilakukan langsung dengan biji yang ditanam pada permulaan musim hujan dengan jarak tanam 3 m x 1 m sampai 3 m x 3 m tergantung pada bonita tanah.

2.2 Konsep Rantai Nilai

Value Chain Rantai nilai merupakan suatu alat utama untuk mempelajari semua kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan serta bagaimana kegiatan tersebut berinteraksi. Porter 1980 juga mengusulkan rantai nilai sebagai alat utama untuk mengidentifikasi cara menciptakan nilai bagi pelanggan yang lebih tinggi. Kerangka value chain value chain framework merupakan suatu metoda memecah rantai chain, dari raw material sampai dengan end use costumer kedalam aktivitas- aktivitas strategis yang relevan untuk memahami perilaku biaya dan sumber-sumber diferensiasi, karena suatu aktivitas biasanya hanya merupakan bagian dari himpunan aktivitas yang lebih besar dari suatu sistem yang menghasilkan nilai. Setiap perusahaan terdiri dari kumpulan aktivitas yang dilaksanakan untuk merancang, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produk perusahaan. Rantai nilai memecah perusahaan menjadi sembilan aktivitas menciptakan nilai dalam usaha untuk memahami tingkah laku biaya dalam bisnis spesifik dan sumber potensial untuk membedakan diri dari pesaing. Kesembilan aktivitas menciptakan nilai termasuk lima aktivitas utama dan empat aktivitas pendukung. Aktivitas utama mencakup membawa material kedalam perusahaan inbound logistic, mengopersikannya operation, mengirimkan keluar outbound logistic, memasarkannya marketing and sales dan memberikan jasa service. Aktivitas pendukung terjadi dalam setiap aktivitas utama ini. Aktivitas ini terdiri dari infrastruktur perusahaan, manajemen sumberdaya manusia, pengembangan teknologi, dan pengadaan barangjasa procurement. Menurut Kaplinsky dan Morris 2000, Value chain menggambarkan seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan barang atau jasa. Mulai dari mendesain produk barang atau jasa yang akan dihasilkan, proses menghasilkan produk, memasarkan produk dan mendaur ulang produk tersebut. Seperti digambarkan pada gambar dibawah ini : Gambar 1. Value Chain Sederhana Kaplinsky dan Morris, 2000 Recklies 2001 mengemukakan bahwa analisis rantai nilai menguraikan aktifitas di dalam dan sekitar organisasi dan menghubungkannya pada posisi dan suatu analisa organisasi pesaing yang kuat. Porter 1980 berpendapat bahwa suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitifnya dengan mengembangkan salah satu dari dua strategi umum yaitu low cost strategy dan differentiation strategy. Fokus utama dari low - cost strategy adalah mencapai kos yang lebih rendah secara relatif dibanding kompetitor cost leadership. Cost leadership dapat dicapai dengan beberapa pendekatan antara lain: economic of scale in production, experience curve effects, high cost control dan cost minimization dalam area research and development, sales or advertizing. Fokus utama differentiation strategy adalah menciptakan suatu produk yang unik bagi konsumen atau memiliki atribut yang berbeda secara signifikan dengan produk pesaing dan atribut tersebut penting dan bernilai bagi konsumen. Keunikan produk dapat dicapai dengan berbagai cara antara lain brand royalty, superior customer service, dealer network product design atau technology. Perusahaan akan dapat mengembangkan cost leadership atau differentiation tergantung pada bagaimana perusahaan mengelola value chain yang dimiliki. Competitive advantage akan dicapai bila perusahaan dapat memberikan customer value yang lebih tinggi dari kompetitor untuk biaya yang sama atau customer value Design Produksi Pemasaran Recycle yang sama untuk biaya yang lebih rendah dari kompetitor. Konsep ini memandang perusahaan sebagai sebuah ”rantai” dari aktivitas dasar yang menambah nilai suatu produk atau jasa, sehingga memperluas batas dari nilai tersebut.

2.3 Industri

Dokumen yang terkait

Kajian kelestarian produksi hasil hutan kayu jati (Tectona grandis L.f) KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 15 55

Model simulasi rasio kelestarian hutan produksi kelas perusahaan jati (Tecfona grandis l.f) di kesatuan pemangkuan hutan Sumedang perum perhutani unit III Jawa Barat dan Banten

0 35 81

Kajian Kelestarian Hasil Hutan Kayu Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f.) KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 11 69

Model Simulasi Rasio Kelestarian Hutan Produksi Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 81

Evaluasi Perubahan Kelas Hutan Produktif Tegakan Jati (Tectona grandis L.f.) (Kasus di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

5 55 75

Studi laju degradasi hutan jati (Tectona grandis) KPH Bojonegoro perum perhutani unit II Jawa Timur

0 10 100

Studi Pemanfaatan Citra IKONOS dalam Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 9 79

Penyusunan tabel volume lokal pohon dan sortimen jati (Tectona grandis L.f ) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

2 14 117

Pendugaan Nilai Tegakan dan Analisis Nilai Tambah Jati (Tectona grandis L.f.) di KPH Pemalang Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

1 6 33

. Penyusunan Tabel Volume Lokal Kayu Pertukangan Jenis Jati Plus Perhutani (Tectona Grandis L.F.) Di Kph Ngawi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur

0 5 29