Penyusunan tabel volume lokal pohon dan sortimen jati (Tectona grandis L.f ) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

(1)

PENYUSUNAN TABEL VOLUME LOKAL POHON

DAN SORTIMEN JATI (

Tectona grandis

L.f )

DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II

JAWA TIMUR

HAFID FARIS HAKIM

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

HAFID FARIS HAKIM. Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing oleh BUDI PRIHANTO.

Kegiatan inventarisasi hutan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi sumberdaya hutan yang nantinya digunanakan untuk kegiatan pengelolaan hutan. Salah satu data kondisi sumberdaya hutan adalah potensi tegakan hutan. Potensi tegakan hutan diantaranya dicirikan oleh volume tegakan, yaitu jumlah volume pohon yang ada di dalam suatu tegakan. Penentuan volume pohon dapat dilakukan dengan menggunakan tabel volume lokal (TVL), yang disusun berdasarkan hubungan antara volume pohon dengan peubah penduganya yaitu keliling pohon.

KPH Bojonegoro adalah salah satu KPH yang menggunakan TVL untuk menduga volume pohon di lapangan. TVL yang sudah ada di KPH Bojonegoro saat ini adalah TVL yang dibuat pada tahun 2002 dengan menggunakan sebanyak 900 pohon contoh. TVL ini perlu ditinjau secara periodik agar keakurasiannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu KPH Bojonegoro mengumpulkan data volume 4561 pohon rebah untuk kemudian diseleksi dan dibuat model penduga volumenya. Data yang dikumpulkan berupa keliling pohon setinggi dada, keliling sortimen, panjang sortimen, volume sortimen, dan volume total pohon. Dari 4561 data yang dikumpulkan, kemudian diseleksi menjadi 1000 pohon berdasarkan kesehatan, kelas keliling, dan tempat tumbuhnya. Data-data yang terpilih tersebut kemudian dibuat model penduga volumenya.

Kriteria yang digunakan untuk pemilihan model terbaik adalah nilai R2, R2adj, simpangan baku (s), dan Fhitung. Setelah itu dilakukan uji validasi silang

model dengan mencari nilai PRESS. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sortimen AI dan AII modelnya sudah signifikan namun mempunyai nilai R2 dibawah 50%. Setelah dibagi menjadi beberapa kelas keliling, pada sortimen AI tidak terdapat peningkatan nilai R2 yang signifikan sedangkan pada sortimen AII terdapat model yang mempunyai kenaikan nilai R2 yang signifikan yaitu pada kelas keliling 61-96 cm dengan persamaan VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 yang

mempunyai nilai R2 sebesar 54,9%. Model yang terpilih untuk sortimen AIII dan volume total pohon adalah VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2 untuk kelas

keliling 96-280 cm dengan nilai R2 sebesar 93,1%, dan VT = 0,000056 K2,06 untuk

kelas keliling 70-227 cm dengan nilai R2 sebesar 96,5%. Dengan K adalah keliling setinggi dada.

Tingkat ketelitian TVL 2002 dan TVL 2010 dibandingkan menggunakan kriteria simpangan agregat (SA) dan simpangan rata-rata (SR). Bedasarkan kriteria di atas, kedua TVL tersebut memenuhi kriteria keberartian model, yaitu nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%. Meskipun demikian, berdasarkan uji t student terhadap nilai rata-rata simpangan dugaan terhadap nilai aktual menyatakan bahwa TVL 2002 cenderung overestimate dan TVL 2010 cenderung underestimate.


(3)

SUMMARY

Hafid Faris Hakim. The construction of the Local Volume Tables Tree and Teak’s Sortimen (Tectona grandis L.f) in KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II of East Java. Supervised by BUDI PRIHANTO.

Forest inventory activities aimed to obtain data and information about forest resources condition for forest management planning. One condition of forest resources data is the potential of forest stands. Potential of forest stands are characterized by stand’s volume, it is volume of the existing trees in the stand. Determination of tree’s volume could be done by using local volume tables (LVT), which is composed based on the relationship between the tree’s volume with the estimators variables that is circumference of the tree.

KPH Bojonegoro is one of KPH that uses the LVT to estimate the tree’s volume in the field. KPH Bojonegoro had LVT that created in 2002 by using 900 trees sample. LVT need periodical review to improve it’s accuracy. Therefore KPH Bojonegoro collected 4561 volume of fallen trees to selected and then create a LVT. Collected data were circumference at breast height, circumference of sortimen, sortimen length, sortimen volume, and the total volume of trees. Constructing TVL 2010, was be supported by 1000 unit of tree samples that was be selected from 4561 data based on healthly, class of circumference, and place of growth.

The criteria used for selecting the best model are the value of R2, R2adj, standard deviation (s), and F. After that, cross-validation test is performed by finding the PRESS value. Based on these criteria, the AI and AII sortimen model are significant but has a R2 value below 50%. After divided into several

circumference’s classes, the AI sortimen still has no significant increase in the

value of R2 while the sortimen AII has a significant increase in the value of R2 which is at around 61-96 cm by the equation VAII = 1.95 - 0.0535K + 0,000396 K2

with R2 values of 54.9%. The chosen model for sortimen AIII and total tree’s volume is VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2 for circumference’s class

96-280 cm with R2 values of 93,1%, and VT = 0.000056 K2,06 for circumference’s

class 70-227 cm with R2 values of 96.5%. Where K is the circumference at breast height.

The accuracy LVT 2002 and LVT 2010 are compared with the aggregate deviation (AgD) and the average deviation (AvD) criteria. Based on above criteria, both LVT fullfil the model’s criteria, it has the AgD value ranging from -1 to +1 and AvD value smaller than 10%. Nevertheless, based on T student test to the average value of the alleged deviation and the actual value, LVT of 2002 had overestimate value and LVT of 2010 had underestimate value.


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegor Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Hafid Faris Hakim NRP. E14061127


(5)

PENYUSUNAN TABEL VOLUME LOKAL POHON

DAN SORTIMEN JATI (

Tectona grandis

L.f )

DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II

JAWA TIMUR

HAFID FARIS HAKIM

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

Judul Skripsi : Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Nama Mahasiswa : Hafid Faris Hakim

Nomor Pokok : E14061127

Menyetujui : Dosen Pembimbing,

(Ir. Budi Prihanto, MS) NIP. 131 849 396

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajemen Hutan

(Dr. Ir. Didik Suharjito, MS) NIP. 1963 0401 1994 031 001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tangal 23 Januari 1989 di Padang, Sumatera Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dzulkurnain dan Ibu Umu Hani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 029 Pekanbaru lulus tahun 2000, pendidikan menengah pertama di MTsN PPMI Assalaam Surakarta lulus tahun 2003, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Bekasi lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2008-2009 dan asisten mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah pada tahun ajaran 2010-2011. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan pada tahun 2010. Penulis juga aktif sebagai anggota divisi Olahraga dan Seni BEM Fakultas Kehutanan IPB periode 2007-2008, serta menjadi volunteer di FORCI Development tahun 2009 sampai sekarang. Penulis juga aktif berpatisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Baturraden dan Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2008; Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Bojonegoro, Jawa Timur pada tahun 2010.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang pembuatan tabel volume lokal tanaman jati baik untuk sortimen AI, AII, AIII dan gabungan seluruh sortimen.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan demi perbaikan tulisan ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2011 Penulis


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua Dzulkurnain dan Umu Hani, beserta kedua adik atas dukungan, motivasi, kasih sayang dan doanya

2. Bapak Ir.Budi Prihanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah tersedia memberikan waktu dan pikiran serta kesabarannya untuk memberikan bimbingan baik bimbingan skripsi maupun bimbingan ilmu kehidupan.

3. Bapak Dr. Ir. Supriyanto dan bapak Ir. Muhdin, M.Sc selaku dosen penguji dan pimpinan ujian komprehensif atas saran dan nasehat yang diberikan kepada penulis

4. Keluarga besar KPH Bojonegoro atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian ini dilakukan.

5. Keluarga besar FORCI, om Agus, om Yusuf, mba Wita, mba Restu, Fitri A, Hangga,Dyah R, Dian A, Handyan, Ahsana Riska, Adi, Tia, Lola, dan semuanya yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Morina, Anom, Raditya, Fajrin, Indra, Diki, Patra, Ifki, Adly, dan Ridho atas

motivasi dan kebersamaannya selama mengerjakan karya ini.

7. Keluarga besar SEMERU ( Novriadi, Ade K, Ardi, Edi, Rangga, Niechi, Randy, Amri, Abdul A, Rahmat M, Resang, Redy, Surapman, Rizka Wulandari, Wulan S) 8. Adik-adik 44 (Rizky S, Anggiana, Batara, Singgih, Rizky M, Dikdik)

9. Keluarga besar Fahutan 43.

10.Teman-teman Fahutan dari kakak-kakak E36 sampai E46.

11.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu-persatu.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) ... 3

2.2 Kelas Perusahaan ... 4

2.3 Klasifikasi Kelas Hutan ... 5

2.4 Bentuk Tebangan ... 6

2.5 Sortimen Kayu Bundar Jati... 8

2.6 Dimensi Pohon ... 10

2.7 Pendugaan Volume Pohon... 10

2.8 TVL Yang Sudah Ada ... 11

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 12

3.3 Metode Penelitian ... 12

3.3.1 Pengumpulan Data ... 12

3.3.2 Penyajian Data ... 13

3.3.3 Pengolahan Data ... 13

3.3.4 Analisa Data ... 14

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas ... 21

4.2 Tanah dan Geologi... 22


(11)

4.4 Keadaan Hutan ... 23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Pohon Contoh... 25

5.2 Eksplorasi Data ... 25

5.3 Analisa Model Persamaan Penduga Volume Sortimen dan Volume Pohon ... 30

5.4 Analisa Model Penduga Persamaan Volume Tanpa Menggunakan Data Pencilan ... 31

5.5 Analisa Model Penduga Persamaan Volume Dengan Pembuatan Kelas Keliling Baru ... 32

5.6 Validasi Model Penduga Volume Sortimen dan Pohon ... 34

5.7 Pemilihan Model Volume Terbaik ... 35

5.8 Perbandingan Akurasi Model TVL 2002 dengan TVL 2010 Terbaik ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Data sebaran kelas keliling dan daerah pengambilan data ... ... 13

2 Analisis keragaman pengujian regresi (ANOVA) ... 17

3 Posisi KPH Bojonegoro berdasarkan geografis, administrasi pemerintahan, wilayah pemangkuan hutan, daerah aliran sungai, dan batas wilayah . . ... 21

4 Formasi geologi di wilayah KPH Bojonegoro serta batuan penyusun dan sebaran luasnya ... 22

5 Satuan lahan, jenis tanah serta sebaran luas di wilayah KPH Bojonegoro ... 23

6 Pembagian wilayah kerja KPH Bojonegoro ... 23

7 Pembagian kelas keliling untuk kelas sortimen AI, AII, dan AIII ... 25

8 Ketersebaran keliling pohon contoh dan persentasinya ... 26

9 Persamaan penduga volume sortimen AI, AII, dan AIII ... 31

10 Tabel penduga volume dengan menghilangkan data unusual observations ... 32

11 Persamaan penduga volume sortimen AI dan AII pada beberapa kelas keliling ... 33

12 Nilai PRESS pada setiap persamaan penduga volume terpilih ... 34


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Histogram penyebaran keliling pohon contoh ... 27

2 Scatterplot hubungan antara volume AI dengan keliling pohon ... 28

3 Scatterplot hubungan antara volume AII dengan keliling pohon ... 28

4 Scatterplot hubungan antara volume AIII dengan keliling pohon ... 29


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tabel volume sortimen AII jati (kelas keliling 61-96 cm) ...42 2. Tabel volume sortimen AIII jati (kelas keliling 96-280 cm) ...43 3. Tabel volume pohon jati (kelas keliling 70-227 cm) ...46


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegiatan inventarisasi hutan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi sumberdaya hutan yang nantinya akan dipakai untuk mendukung kegiatan perencanaan hutan. Data potensi tegakan tersebut selain digunakan dalam kegiatan perencanaan juga dapat digunakan dalam kegiatan penebangan. Untuk memperoleh data mengenai potensi tegakan, salah satu data yang dicari adalah volume tegakan. Volume tegakan yang dimaksud yaitu jumlah volume pohon yang ada di dalam suatu tegakan.

Penghitungan volume pohon dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah melalui penghitungan volume per seksi, menggunakan persamaan volume dan menggunakan model penduga volume. Model penduga volume pohon adalah model hubungan antara volume pohon dengan dimensi pohon penduganya sebagai peubah, yang biasanya adalah diameter dan tinggi pohon. Model ini biasa dikenal dengan istilah tabel volume pohon. Ditinjau dari peubah bebas yang yang digunakan, tabel volume pohon dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu (1) tabel volume standar, dan (2) tabel volume lokal atau tarip volume lokal. Tabel volume standar adalah tabel volume yang menggunakan peubah diameter setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon sebagai peubah penduganya, sedangkan tabel volume lokal hanya menggunakan peubah dbh sebagai peubah penduganya.

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro Perum Perhutani unit II Jawa Timur adalah salah satu KPH yang menggunakan tabel volume pohon untuk menduga volume pohon di lapangan. Tabel volume tersebut juga dimanfaatkan oleh KPH Bojonegoro sebagai dasar perencanaan dan pengaturan kelestarian hasil hutan. Model tabel volume yang dipakai KPH Bojonegoro saat ini dibuat pada tahun 2002 dengan menggunakan 900 pohon contoh. Model tabel volume ini perlu ditinjau secara periodik agar akurasinya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu KPH Bojonegoro mengumpulkan data pohon rebah pada hasil tebangan A2 (tebang habis pada jangka yang berjalan) tahun 2010 untuk diseleksi, dan


(16)

selanjutnya data tersebut digunakan dalam pembuatan model penduga volume lokal pohon dan sortimen.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh model penduga volume pohon dan sortimen jati terbaik berdasarkan data pohon contoh tahun 2010.

2. Membandingkan akurasi model Tabel Volume Lokal 2002 dengan model terbaik Tabel Volume Lokal 2010.

1.3Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat menduga volume pohon dan sortimen jati di wilayah KPH Bojonegoro secara efektif dan efisien pada bentuk tebangan A2 (tebang habis pada jangka yang berjalan)

2. Memberikan alternatif Tabel Volume Lokal yang dapat digunakan oleh KPH Bojonegoro dalam rangka Pengelolaan Hutan Lestari.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f)

Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona

Species : Tectona grandis Linn.f

Simon (1993) menyatakan bahwa jati dapat tumbuh baik pada suhu rata-rata yang optimum berkisar 22-27°C. pertumbuhan hutan Jati secara alam juga dapat dijumpai di Negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, yaitu India, Burma, Thailand, Laos, Cambodia dan Indonesia. Pada abad 19,Jati juga mulai ditanam di Amerika tropic seperti Trinidad dan Nicaragua. Belakangan ini Jati juga ditanam di Nigeria dan beberapa Negara Afrika lainnya. Di Indonesia keberadaan jenis jati terbatas pada daerah beriklim muson di Jawa dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, serta Pulau Muna di Sulawesi Tenggara. Di daerah ini, secara alami jati tumbuh sampai ketinggian 600m di atas permukaan laut.

Jati menghasilkan kayu yang sangat berharga dan dapat dipakai untuk memenuhi berbagai keperluan karena mempunyai kelas awet yang tinggi, dimensinya stabil, dekoratif, dan mudah dikerjakan. Oleh karena itu di Pulau Jawa, jati sangat disukai oleh masyarakat untuk membuat rumah, mebel, alat-alat petanian, dan lain-lain. Keadaan fisik lingkungan hutan jati di Jawa sangat memungkinkan untuk melakukan pemungutan kayu berdasarkan prinsip-prinsip pengusahaan hutan yang dapat memberikan keuntungan, sebelum alat transportasi dan komunikasi modern dapat membantu menekan biaya operasional (Simon 1993)


(18)

Pohon jati dapat mencapai tinggi 45 meter dengan panjang batang bebas cabang 15-20 meter,diameter dapat mencapai 220 cm, bentuk batang tidak teratur dan beralur. Pohon jati dapat tumbuh dengan baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung kapur. Tumbuh pada daerah bermusim kering yang nyata, dengan curah hujan rata-rata 1200-2000 mm/tahun serta tumbuh pada ketinggian tempat 0-700 mdpl (Martawijaya et al 1981)

2.2 Kelas Perusahaan

Menurut Perum Perhutani (1992), kelas perusahaan adalah penggolongan usaha dibidang kehutanan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Di dalam pengusahaan hutan yang dilaksanakan dengan sistem tebang habis, permudaan buatan dengan tanaman sejenis dan seumur, maka jenis produk yang dihasilkan menunjuk kepada jenis kayu yang ditanam.

Menurut Perum Perhutani (2006), penetapan kelas perusahaan yang tepat dan sesuai, diharapkan akan mampu mengoptimalkan potensi sumberdaya hutan dan kegiatan pengelolaannya bisa menghasilkan produksi serta nilai produk yang optimal. Kelas perusahaan dalam suatu wilayah hutan merupakan gambaran potensi yang terkandung dalam wilayah tersebut berdasarkan jenis tanaman pokok untuk menghasilkan produk utama tertentu sehingga diperoleh nilai hutan yang optimum.

Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan kelas perusahaan yaitu :

a. Tempat tumbuh (kesesuaian lahan dan penyebaran tegakan). b. Teknis (sistem, teknik silvikultur dan pemanenan).

c. Pasar produk hasil hutan (pasokan dan permintaan). d. Ekonomis (nilai ekonomi hutan).

e. Sosial (ketersediaan tenaga kerja dan peran serta masyarakat). f. Dampak lingkungan (erosi dan tata air)


(19)

2.3 Klasifikasi Kelas Hutan

Kelas hutan adalah penggolongan kawasan hutan ke dalam kelas-kelas berdasarkan kondisi kawasan, kesesuaian lahan, keadaan lingkungan (biofisik dan sosial ekonomi) serta keadaan vegetasi (Perum Perhutani 1992)

Menurut Perum Perhutani (1974), pengaturan kelestarian hutan memerlukan pemisahan hutan ke dalam kelas hutan yaitu:

1. Bukan untuk Produksi

Kelas hutan ini adalah kawasan hutan yang karena berbagai sebab tidak dapat disediakan untuk penghasilan kayu dan atau hasil hutan lainnya.Contoh kelas hutan ini antara lain : hutan lindung, hutan suaka alam, dan hutan wisata.

2. Untuk Produksi

Kawasan hutan ini merupakan lapangan-lapangan untuk menghasilkan kayu dan atau hasil hutan lainnya, dalam hal ini yang terpenting adalah penghasilan kayu jati. Kelas hutan ini terdiri dari lapangan-lapangan : untuk produksi kayu jati dan bukan untuk produksi kayu jati.

Termasuk dalam kelas hutan yang baik untuk produksi kayu jati adalah: kelas hutan kelas umur, hutan alam/miskin riap,tanaman kayu lain,tanaman jati bertumbuhan kurang dan hutan masak tebang.

a. Kelas Hutan Kelas Umur (KU)

Kelas hutan Kelas Umur (KU) merupakan jenis tanaman pokok (kelas perusahaan) yang keadaan pertumbuhannya cukup baik, sehingga secara ekonomis dapat dipertahankan untuk dipungut hasilnya setelah mencapai Umur Tebang Rata-Rata (UTR) atau umur daur.

b. Hutan Alam (HA/Miskin Riap atau MR)

Jenis kayu pokok dapat berupa hutan alam atau tanaman yang pertumbuhannya (riap) tidak memuaskan sehingga perlu ditebang, namun volume kayu pada kelas hutan ini masih cukup memadai (25-50 m3/ha),sehingga belum dapat digolongkan bertumbuhan kurang (BK). Kelas hutan HA/MR dimasukan ke dalam perhitungan etat.


(20)

c. Tanaman Kayu Lain (TKL)

Tanaman Kayu Lain (TKL) adalah jenis kayu pokok yang tumbuh pada areal yang diperuntukkan untuk penghasilan dan sesuai untuk jenis tanaman pokok. TKL ini dapat berupa tanaman atau hutan alam kayu lain yang perlu diganti dengan tanaman pokok. Keberadaan TKL pada dasarnya bersifat sementara antara lain diperlukan untuk pergiliran tanaman sebelum ditanam dengan jenis kayu pokok.

d. Tanaman Jati Bertumbuhan Kurang (TJBK)

Jenis kayu pokok maupun jenis kayu lain, baik yang berasal dari tanaman maupun hutan alam, yang keadaan volume per hektar tidak memadai dimasukkan ke dalam bertumbuhan kurang. Dasar penggolongan ini adalah aspek ekonomi, dimana dianggap bahwa volume/ha tegakan tidak ekonomis untuk dipertahankan (berada di bawah volume/ha titik impas), sehingga pada kelas hutan ini perlu segera dilakukan penanaman kembali atau dilakukan pengkayaan.

e. Hutan Masak Tebang (MT)

Tegakan-tegakan yang berumur 120 tahun atau lebih baik, termasuk ke

dalam “Masak Tebang” (lengkapnya : sudah masak untuk ditebang atau

sudah waktunya yntuk ditebang). Batas umur tertinggi untuk kelas hutan ini demikian baiknya, sehingga penebangannya dapat ditunda dalam waktu yang agak lama dengan tidak menimbulkan kerugian apa-apa. Untuk keperluan penetapan bonita umurnya ditetapkan 120 tahun. Jika batang dan tajuk pohon mempunyai banyak cacat seharusnya dimasukkan ke

dalam anak kelas hutan “miskin riap”.

2.4Bentuk Tebangan

Menurut Perum Perhutani (1992), bentuk-bentuk tebangan jati dibedakan sebagai berikut :

A. Tebangan A (tebangan habis biasa) ialah penebangan habis hutan produktif dari kelas perusahaan tebang habis yang pada umumnya digunakan sebagai dasar untuk perhitungan etat tebangan. Di dalam


(21)

golongan ini termasuk pula penebangan habis jati dari kelas umur V jelek dan yang akan dijadikan tanaman lagi.

A.1. Lelesan bidang tebang habis jangka lampau yaitu lapangan yang telah ditebang habis dalam jangka perusahaan lalu.

A.2. Tebangan habis biasa pada jangka yang berjalan yaitu penebangan habis biasa yang dilaksanakan dalam jangka berjalan.

A.3. Tebangan habis biasa pada jangka berikut yaitu lapangan-lapangan yang akan ditebang dalam jangka berjalan.

Tujuan diadakannya bentuk tebangan A.1 dan A.3 adalah untuk mempermudah pendaftaran rencana tanaman dan teresan di dalam jangka perusahaan yang berjalan, sehingga dapat diketahui rencana penanaman pada lapangan-lapangan yang ditebang habis dalam jangka berjalan (A.2), sedangkan lapangan yang direncanakan diteres pada akhir jangka yang dapat diketahui akan ditebang dalam jangka perusahaan berikutnya (A.3). B. Tebang habis lanjutan pada kawasan hutan yang tetap adalah penebangan

habis dari hutan yang produktif dari lapangan yang baik untuk tebang habis dan dari lapangan yang tidak baik untuk tebang habis. Tebang habis lanjutan ini dibagi menjadi :

B.1. Tebang habis bidang-bidang yang tak produktif tetapi baik buat perusahaan hutan produktif yaitu penebangan habis pada lapangan tak produktif tetapi perlu disediakan untuk penghasilan kayu jati,meliputi : tanah kosong, hutan jati rawang (bertumbuhan kurang) dan hutan jenis kayu lain.

B.2. Tebang habis hutan-hutan yang jelek buat perusahaan tebang habis yaitu penebangan habis pada lapangan yang tidak baik untuk tebang habis.

B.3. Tebang habis bidang-bidang yang jelek untuk jati yaitu penebangan habis pada lapangan yang tidak baik untuk jati meliputi tanah kosong, hutan dan hutan jenis kayu lain.

C. Tebang habis hutan yang dihapuskan yaitu penebangan habis pada lapangan-lapangan yang pada permulaan jangka perusahaan telah dihapuskan, juga dari lapangan-lapangan yang telah direncanakan pasti


(22)

akan dihapuskan. Bentuk tebangan ini meliputi bidang-bidang yang sesudah ditebang tidak akan ditanami lagi.

D. Tebangan lain terdiri atas :

D.1. Tebangan pembersihan atau tebang limbah ialah penebangan pohon- pohon merana, condong, dan rebah yang berada di hutan alam, baik terdapat pada lapangan yang baik untuk tebang habis maupun pada lapangan yang tidak baik untuk tebang habis. Dalam golongan ini termasuk juga tebang penerang atau tebang rawat ialah pemotongan pohon-pohon yang masak tebang di hutan “Masak Tebang” atau

“Sekunder Tua” untuk memperbaiki hidupnya pohon-pohon yang

muda.

D.2. Tebangan tak tersangka ialah penebangan yang berasal dari lapangan-lapangan yang mengalami kerusakan oleh angin atau dibuat jalan dan sebagainya.

E. Tebangan E (tebangan penjarangan) ialah penebangan yang berasal dari hutan-hutan yang dijarangkan, hasil yang diperoleh dari tebang penjarangan diartikan pula sebagai hasil pendahuluan.

Bentuk tebangan A-D diartikan pula dengan tebangan eksploitasi yaitu pemungutan hasil akhir dari satu bidang hutan.

2.5Sortimen Kayu Bundar Jati

Hal yang paling penting dalam pembagian batang adalah dalam hal prioritas pembagian batang karena hal ini berkaitan dengan permintaan pasar dan harga jual.Prioritas pembagian batang kayu bundar jati adalah sebagai berikut:

1. Sortimen AI

 Diameter 4 cm, panjang batang ≥ 2,00 m

 Diameter 7 cm, panjang batang ≥ 1,50 m

 Diameter 10 cm dan 13 cm, panjang batang ≥ 0,70 m

 Diameter 16 cm dan 19 cm, panjang batang ≥ 0,40 m

2. Sortimen A II


(23)

3. Sortimen A III

 Diameter 30 cm ke atas, panjang batang ≥ 0,40 m

Untuk urutan prioritas pembagian batang kayu bundar jati adalah sebagai berikut :

1. Kayu Bundar Vinir (Vi)

Panjang 2,40 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas. 2. Kayu Bundar Hara (H)

 A III : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas  A II : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 25 - 28 cm 3. Kayu Bundar Lokal Industri (IN)

 A III : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas  A II : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 22 - 28 cm 4. Kayu Bundar Besar (A III) Lokal

Panjang 0,40 – 4, 10 m ke atas, diameter 30 cm ke atas, dengan catatan kayu doreng > 5 % diameter atau buncak-buncak > 0,5 keliling.

5. Kayu Bundar Sedang (A II) Lokal

Panjang 0,40 – 4,00 m ke atas, diameter 22 – 28 cm, dengan catatan tidak mengandung dua sortimen.

6. Kayu Bundar Kecil (A I)

 Diameter 0,70 - 4,00 m ke atas, diameter 16 – 19 cm  Diameter 0,40 – 4,00 m ke atas, diameter 10 – 13 cm  Diameter 1,50 – 4,00 m ke atas, diameter 4 – 7 cm 7. Kayu Bahan Parket (KBP)

 Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 16 – 19 cm  Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 22 – 28 cm  Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 30 cm ke atas 8. Kayu Bundar Limbah/ KBL (Kayu Bakar)

 Diameter 0,50 m, diameter 9 – 15 m  Diameter 0,50 m, diameter 5 – 8 cm  Diameter 1,00 m, diameter 2 – 4 cm


(24)

9. Brongkol

Panjang 0,40 - < 1,00, diameter 16 cm ke atas (Perhutani 2005).

2.6Dimensi Pohon

Beberapa hal yang termasuk dalam dimensi pohon adalah :

1. Diameter, yaitu panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang

2. Keliling, yaitu perkalian antara diameter pohon dengan nilai � (3,14) nya

3. Tinggi pohon seluruhnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.

4. Tinggi bebas cabang,yaitu jarak antara titik bebas cabang atau permukaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.

5. Luas bidang dasar,yaitu luas penampang lintang batang pohon dengan asumsi bahwa penampang lintang batang pohon tersebut berbentuk lingkaran

2.7Pendugaan Volume Pohon

Pengukuran volume pohon dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu :

1. Volume Seksi

Menghitung volume pohon dengan cara menghitung volume perseksinya. Dalam penghitungan volume perseksi dapat menggunakan rumus yang umum digunakan,yaitu:

1. Rumus Hubber : V = T.L

2. Rumus Smalian : V

=

�+ 2 3. Rumus Newton : V = �+4 +

6 L

Keterangan :

V : volume batang/sortimen


(25)

T : luas bidang dasar tengah kayu bulat U : luas bidang dasar ujung kayu bulat L : panjang kayu bulat

Selanjutnya volume pohon adalah jumlah dari volume per seksi pohon tersebut.

2. Pendekatan Volume Silinder

Dengan asumsi bahwa penampang lintang batang pohon berbentuk lingkaran, maka volume pohon dapat dihitung dangan cara hasil perkalian luas bidang dasar dengan tinggi, kemudian dikoreksi ioleh suatu konstanta yang ditetapkan (faktor bentuk pohon), atau dengan rumus

V= ¼ � x D2 x f

Dimana, V adalah volume pohon, � bernilai 3,14 , D adalah diameter pohon dan f adalah angka bentuk pohon.

3. Model Tabel Volume

Cara termudah untuk menentukan volume pohon adalah dengan menggunakan tabel volume. Tabel volume terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Tabel Volume Lokal (TVL) biasa juga disebut tarif volume lokal yaitu tabel volume yang dibuat hanya menggunakan satu peubah bebas saja yaitu diameter atau keliling nya saja. Tabel volume local ini hanya dapat digunakan pada kelas diameter tertentu dan tempat tertentu saja.

 Tabel Volume Standar yaitu tabel volume yang dibuat dengan menggunakan dua peubah bebas yaitu diameter dan tinggi pohonnya baik tinggi total ataupun tinggi bebas cabangnya.

2.8TVL yang Sudah Ada

Berdasarkan buku tarip volume lokal tebang habis hutan tanaman jati KPH Bojonegoro (2002) persamaan yang digunakan untuk menduga volume adalah V= 0,000078732 x K2,0021 yang mempunyai koefisien relasi (R2) sebesar 97 % dan nilai f-hitung sebesar 28879,056. Persamaan ini dibuat dengan menggunakan 900 pohon contoh dengan keliling dari 60cm sampai 259 cm.


(26)

BAB III

METODOLOGI

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bubulan, Dander, Clebung, dan Pradok. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei sampai Juli tahun 2010.

3.2Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tarip Volume Lokal Tebang Habis Hutan Tanaman Jati KPH Bojonegoro Tahun 2002, seperangkat komputer, dengan software microsoft excel 2007 dan MINITAB 14. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku DK 316 hasil tebangan A2 .

3.3Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data, dan analisa data.

3.3.1 Pengumpulan Data

Pohon contoh dikumpulkan dari pohon hasil tebangan A2 yang berasal dari empat BKPH. Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive sampling. Data yang diukur adalah keliling pohon, diameter sortimen, panjang sortimen, volume sortimen serta volume pohon, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam Buku DK 316. Berdasarkan data tersebut, pohon yang dipilih adalah pohon yang normal dan memiliki keliling lebih besar sama dengan 60 cm. Dengan memperhatikan sebaran keliling dan tempat tumbuh pada empat BKPH, diperoleh 1000 pohon contoh yang akan digunakan dalam pembuatan model penduga volume pohon dan sortimen. Penyebaran tempat pengambilan contoh dan kelas keliling disajikan pada Tabel 1.


(27)

Tabel 1 Data sebaran kelas keliling dan daerah pengambilan data

BKPH Jumlah Pohon Contoh Kelas Keliling (cm) Bonita

Bubulan 300 61-280 2 - 4

Clebung 250 77-256 2,5 - 4,5

Dander 250 80-209 1 - 3,5

Pradok 200 60-178 3,5 - 4,5

3.3.2 Penyajian Data

Data-data pohon terpilih tersebut kemudian disajikan dalam bentuk histogram, dan hubungan antara keliling dan volume dalam bentuk scatter diagram dengan tujuan untuk melihat ketersebaran data yang diperoleh. Pembuatan model penduga volume pohon dan sortimen akan menghasilkan persamaan dan nilai dugaan. Nilai dugaan dari persamaan yang dihasilkan selanjutnya akan diuji, dan jika hasilnya belum memenuhi syarat maka kelas kelilingnya akan dibagi lagi menjadi beberapa kelas dengan rumus sebagai berikut:

 Kelas pertama : < μ – s  Kelas ke dua : μ –s  Kelas ke tiga : μ = s

 Kelas ke empat: > μ + s

 Kelas ke lima : keliling dengan sebaran pohon yang rendah

Dengan s = ∑�2−(∑��1 2)/

Keterangan :

s : simpangan baku contoh, y : keliling pohon,

μ : nilai tengah contoh, dan n : jumlah total data.

3.3.3 Pengolahan Data

Volume pohon dihitung dengan cara menjumlahkan volume tiap seksi batangnya menggunakan rumus:

Vt = ∑ Vsi


(28)

Vt : Volume total,

Vsi : Volume seksi batang ke-i.

Volume seksi batang tersebut dihitung dengan menggunakan rumus Smalian, yaitu :

Vs = (�+�)

2 L

Keterangan :

Vs : volume seksi batang,

G : luas bidang dasar pangkal seksi batang, g : luas bidang dasar ujung seksi batang, L : panjang seksi batang.

3.3.4 Analisa Data

1) Scatter diagram dan Penentuan model penyusunan tabel volume

Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah mengikuti pola linier atau non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya.

Karakteristik paling nyata untuk diukur yang berkaitan dengan volume pohon adalah keliling setinggi dada. Oleh karena itu semua persamaan volume akan mempunyai keliling setinggi dada serta peubah lainnya yang umumnya ditambahkan sebagai peubah penentu volume adalah jenis peubah tinggi pohon, baik tinggi total, tinggi bebas cabang ataupun tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk pendugaan potensi tegakan.

Beberapa persamaan hubungan antara volume pohon dengan peubah-peubah penentunya yang digunakan dalam penyusunan tabel volume pohon antara lain ( Loetsch et al 1973) :

Peubah bebas hanya keliling pohon :

1. v = a + bK2 ( Kopezky-Gehrhardt)

2. v = a + bK + cK2 ( Hohenadl-Krenn )


(29)

Ketrangan :

V : Volume total pohon (m3) K : Keliling setinggi dada (cm) a, b ,dan c : Konstanta

Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya, yaitu sebagai berikut :

V = a + b K2→ model persamaan regresi liniernya adalah Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1

Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa

a = β0 = b0 K2 =Xi = x1

V = a + bK + cK2→ model persamaan regresinya adalah

Y1= β0 + β1X1+β2X2+ ε1yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + b2X2 +

e1

Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa

a = β0 = b0 K =X 1i = x1

K2 = X2i = x2

V = a Kb → transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log K Model persamaan regresinya adalah

Y1 = β0 + β1X1+ ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 +b1X1 + e1

Dimana : Log V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa

Log a = β0 = b0 Log K =Xi = x1

2) Menghitung Koefisien Determinasi a. Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi (R2) adalah perbandingan antara jumlah kuadrat regresi (JKR) dengan jumlah kuadrat total yang terkoreksi yang biasa dinyatakan dalam persen (%). Nilai R2 ini mengukur besarnya bagian dari keragaman total terhadap nilai tengah peubah tidak bebasnya yang dapat diterangkan oleh regresi. Oleh karena itu makin besar R2 maka akan makin besar total keragaman yang dapat diterangkan oleh regresinya, berarti bahwa regresi yang diperoleh makin baik.Perhitungan besarnya nilai R2 dapat dihitung dengan rumus


(30)

2

=

� � ��

Dimana : JKregresi

=

b1JHKx1y + b2JHKx2y

JKtotal = JKy =

=1

2

-

(∑ ��).

2

�=1

Perhitungan nilai R2 adalah untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan tidak bebas.

b. Koefisien Determinasi Terkoreksi (Ra2)

Koefisien determinasi terkoreksi (Ra2) adalah koefisien

determinasi yang telah dikoreksi oleh derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya. Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi (Ra2) dengan

rumus (Draper dan Smith 1992) :

R

a 2

=1-

( )/( − )

/( −1)

100%

Keterangan : JKS = jumlah kuadrat sisa

JKTT = jumlah kuadrat total terkoreksi (n-p) = dbs = derajat bebas sisaan (n-1) = dbt = derajat bebas total

Ketentuan keterandalan (Ra2) sama dengan (R2). Kelebihan Ra2

adalah dapat membandingkan keterandalan model-model yang memiliki banyak peubah bebas yang berbeda. Pengujian yang dilakukan menurut criteria ini akan lebih dapat menambah keyakinan penerimaan model.

c. Simpangan Baku (s)

Nilai simpangan baku (s) ditentukan dengan rumus (Draper dan Smith 1992)

S= 2

=

∑ �

2

( − )

Keterangan : S2 = kuadrat tengah sisaan ei = sisaan ke-i


(31)

Pemeriksaan statistic di tingkat ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilainya semakin baik, artinya semakin tepat dugaannya.

3) Analisa Keragaman

Terhadap persamaan-persamaan regresi tersebut dilakukan pengujian dengan melakukan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau adanya ketergantungan peubah-peubah yang menyusun regresi tersebut.

Tabel 2 Analisis keragaman pengujian regresi (ANOVA) Sumber

keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT)

F-hitung F-tabel

Regresi K = p-1 JKregresi (JKR) KTR = JKR/k

F-hitung = KTR/KTS Sisaan n-k-1 JKsisa (JKS) KTS =

JKS/(n-k-1) Total n-1 JKtotal(JKT)

Dimana p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) dan n = banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan regresi tersebut.

Dalam hipotesa tersebut hipotesa yang diuji adalah : a. Pada regresi linier sederhana

H0 : β = 0 lawan H1: β ≠ 0

b. Pada regresi linier berganda : H0 : βi = 0 dimana : I = 1,2

H1 : Sekurang-kurangnya ada βi ≠ 0

Jika H1 yang diterima, maka regresi tersebut nyata, artinya ada

keterkaitan antara peubah bebas (diameter pohon) dengan peubah tidak bebasnya ( volume pohon). Dengan kata lain bahwa setiap ada perubahan pada peubah bebasnya akan terjadi perubahan pada peubah tidak bebasnya. Jika H0 yang diterima, maka regresi tersebut tidak


(32)

nyata, artinya persamaan regresi tidak dapat untuk menduga volume pohon berdasarkan peubah bebasnya.

4) Validasi Model

Setelah beberapa persamaan yang memenuhi syarat ditetapkan, akan sangat baik jika dilakukan uji validasi untuk memilih persamaan terbaik pada setiap keadaan. Uji validasi yang dilakukan adalah secara validasi silang (cross validation). Nilai pengujian validasi tersebut dapat dihitung dengan perhitungan nilai PRESS (Predicted Residual of Sum Square). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

 Matan pertama pada peubah respons maupun peubah ramalannya dihilangkan

 Tentukan model dugaan semua kemungkinan regresi terhadap n-1 data

 Gunakan setiap persamaan regresi yang diperoleh untuk meramalkan Y1 oleh Yip (misalnya), sehingga diperoleh

simpangan ramalannya untuk semua kemungkinan model regresinya.

 Ulangi ketiga langkah diatas namun dengan menghilangkan amatan kedua, ketiga sampai matan ke-n

 Untuk setiap model regresi dihitung jumlah kuadrat simpangan ramalannya

PRESS =

=1

(

�−

Ŷ

ip

)

2

dimana, Yi = nilai Y pada amatan ke i, Ŷip = nilai Yi dugaan

persamaan regresi tanpa mengikutsertakan amatan ke-i.

Perhitungan nilai PRESS berdasarkan rumus di atas cukup rumit untuk dikerjakan, sehingga Weisberg(1985) dalam Kuncahyo (1991) merumuskan nilai PRESS sebagai berikut :


(33)

PRESS =

e

2(i)

dimana, e(i)

=

(1−ℎ��)

,

ei = nilai sisaan ke i, hii = nilai baris dan lajur ke-i dari hatmatrik.

Persamaan terbaik adalah persamaan yang memiliki nilai PRESS yang paling kecil.

5) Menentukan Persamaan Terbaik Akhir

Untuk memperoleh persamaan terbaik akhir, langkah yang dilakukan adalah menjumlahkan peringkat akhir dari tahap penyusunan model dan validasi model untuk setiap persamaan. Peringkat akhir terbaik bila jumlah peringkat penyusunan model dan validasi model minimum atau paling kecil.

6) Perbandingan Akurasi Model TVL

Pengujian akurasi TVL dapat dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut :

a. Uji nilai T

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.

 Hipotesa Nol = Ho

Ho adalah satu pernyataan mengenai nilai parameter populasi. Ho merupakan hipotesis statistik yang akan diuji hipotesis nihil.

 Hipotesa alternatif = Ha

Ha adalah satu pernyataan yang diterima jika data sampel memberikan cukup bukti bahwa hipotesa nol adalah salah.

Rumus perhitungannya adalah :

t

hitung

=

0 / Dimana:

d : nilai tengah selisih n pengamatan berpasangan, sd : simpangan baku selisih n pengamatan berpasangan, n : jumlah contoh.


(34)

H0 : μd ≤ 0 Kriteria ujinya ≤ t α (n-1) terima H0

H1 : μd > 0 jika t hitung =

/ > t α (n-1) terima H1 H0 : μd ≥ 0 Kriteria ujinya ≥ t α (n-1) terima H0

H1 : μd < 0 jika t hitung =

/ < t α (n-1) terima H1 (Mattjik dan Sumertajaya 2006)

b. Simpangan agregat

Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus :

SA = ∑�=1 � −∑�=1 �� ∑=1 � Dimana :

c. Simpangan rata-rata

Simpangan rata-rata merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih antara jumlah volume dugaan (Vt) dan volume aktual (Va), proporsional terhadap jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata yang baik adalah tidak lebih dari 10% (Spurr 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus :

SR =

� − � � �=1


(35)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Letak Geografis dan Luas

Kesatuan Pemangku Hutan Bojonegoro memiliki luas wilayah 50.145,4 hektar. Secara administratif wilayah KPH Bojonegoro seluruhnya berada dalam Kabupaten Bojonegoro. Luasan tersebut seluruhnya masuk kedalam daerah administratif Kabupaten Bojonegoro dan dibagi berdasarkan penggunaannya yaitu areal produksi dan non produksi dengan pembagian sebagai berikut:

1. Areal efektif untuk produksi luasnya 47.479,3 Hektar (94,68 % dari areal kerja) terdiri dari:

a. areal produksi jati 45.447,8 Hektar.

b. bukan untuk produksi kayu jati 2.031,5 Hektar.

2. Areal yang bukan untuk produksi luasnya 2.666,1 Hektar yang terdiri dari alur, jalan, perumahan dinas dan bangunan lainnya, serta di dalamnya termasuk areal Hutan Lindung seluas 1.050,4 Hektar (2,09 % dari areal kerja).

Tabel 3 Posisi KPH Bojonegoro berdasarkan geografis, administrasi pemerintahan, wilayah pemangkuan hutan, daerah aliran sungai, dan batas wilayah

Uraian Keterangan

Geografis 4°54’0” – 5°16’42” BT

7°10’38” –7°27’58” LS

Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur

Wilayah Pemangkuan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Bojonegoro Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Batas Wilayah :

- Sebelah Utara Kota Kabupaten Bojonegoro

- Sebelah Timur KPH Jombang

- Sebelah Selatan KPH Saradan dan KPH Nganjuk

- Sebelah Barat KPH Padangan


(36)

4.2Tanah dan Geologi

Formasi Geologi yang terdapat di wilayah KPH Bojonegoro adalah formasi alluvium, undifferentiated volcanic product, young quaternary volcanic product, pleistocene sedimentary facies, pleistocene limestone facies, pliocene limestone facies, dan miocene sedimentary facies. Batuan penyusun dan luas masing-masing formasi geologi di wilayah tersebut tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Formasi geologi di wilayah KPH Bojonegoro serta batuan penyusun dan sebaran luasnya

No. Formasi Luas

Ha %

1. Alluvium 1.093,01 2,18

2. Undifferentiated volcanic product 703,92 1,40 3. Young quaternary volcanic product 2.145,18 4,28 4. Pleistocene sedimentary facies 15.779,29 31,47 5. Pleistocene limestone facies 1.431,74 2,86 6. Pliocene limestone facies 17.284,84 34,47 7. Miocene sedimentary facies 11.707,42 23,35

Jumlah 50.145,4 100,00

(Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009)

Di beberapa lokasi teridentifikasi keberadaan deposit bahan tambang phospat dan minyak bumi, yaitu di areal BKPH Gondang untuk phospat dan di BKPH Clangap untuk minyak bumi.

Jenis tanah yang terdapat di wilayah KPH Bojonegoro adalah komplek litosol mediteran kuning dan rensina, grumusol kelabu tua, komplek mediteran coklat kemerahan dan litosol, komplek mediteran coklat, komplek mediteran merah, dan latosol coklat kemerahan. Satuan lahan dan jenis tanah tanah yang ada disajikan pada Tabel 5.


(37)

Tabel 5 Satuan lahan, jenis tanah serta sebaran luas di wilayah KPH Bojonegoro

No Simbol Jenis Tanah Luas

Ha %

1. Li/My/Rz Komplek litosol mediteran kuning

dan rensina 16.547,22 33,00

2. G.dg Grumusol kelabu tua 1.068,20 2,13

3. G.dg Grumusol kelabu tua 14.047,44 28,01 4. M.rb/Li Komplek mediteran coklat

kemerahan dan litosol 2.104,58 4,20 5. M.b/L Komplek mediteran coklat 3.541,72 7,06 6. M.r/Li Komplek mediteran merah 12.278,60 24,49 7. L.rb Latosol coklat kemerahan 557,64 1,11

(Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009)

4.3Iklim

Wilayah hutan KPH Bojonegoro terletak pada daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data stasiun hujan tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Berdasarkan kriteria iklim dari Scmidht dan Ferguson, KPH Bojonegoro termasuk dalam iklim D.

4.4Keadaan Hutan

Wilayah KPH Bojonegoro dibagi dalam areal-areal kerja sesuai pada tabel berikut


(38)

Tabel 6 Pembagian wilayah kerja KPH Bojonegoro

BKPH / Luas RPH

A.Sub KPH Bojonegoro Barat

A.1 Bagian Hutan Clangap 1. BKPH Clangap : 2. 625,8

Ha

2. BKPH Nglambangan : 796,8 Ha

- Prajegan,Gledegan,Sawitrejo dan Sendanggerong - Ringinanom (khusus 1 RPH, lainnya masuk BH

Deling) A.2 Bagian Hutan Deling

1.BKPH Bubulan: 2.904,4 Ha 2.BKPH Deling : 2.800,4 Ha 3.BKPH Nglambangan :

3.049,7 Ha

- Tlotok,Sambirejo,Pragelan Utara - Deling, Klino, Pragelan Selatan - Semek,Kalimas,Ringinanom Jumlah Sub KPH Bojonegoro

Barat : 12.177,1 Ha

B.Sub KPH Bojonegoro Tengah

B.1 Bagian Hutan Dander 1. BKPH Tengger: 3.183,5 Ha 2. BKPH Pradok: 2.891,5 Ha

- Wadang,Putuk,Kebonagung,Soko - Grogolan,Suruhan,Pradok

B.2 Bagian Hutan Ngorogunung 1. 1. BKPH Dander : 3.819,9 Ha

2. BKPH Clebung : 3.502,7 Ha

- Ngunut,Dander,Sumberarum,Sampang - Cancung,Jeblokan,Clebung,Ngorogunung Jumlah Sub KPH Bojonegoro

Tengah : 23.958,1 Ha

C.Sub KPH Bojonegoro Timur

C.1 Bagian Hutan Cerme

1 1. BKPH Bareng : 4.260,2 Ha . 2. BKPH Tondomulo : 4.119,9

Ha

- Alasgung,Sekidang,Bareng,Babat

- Banaran,Malangbong,Bunten,Mundu C.2 Bagian Hutan Temayang

1 1. BKPH Tretes : 4.770,2 Ha 2. BKPH Temayang : 5.439,3

Ha

3. BKPH Gondang : 5.368,5 Ha

- Maor,Bakulan,Tretes,Sugihan

- Sekonang,Kalimati,Temayang,Madungan,Brabuhan

- Gondang,Sukun,Dodol,Soko

Jumlah Sub KPH Bojonegoro Timur : 13.397,6 Ha

Alur : 612,6 Ha

Jumlah Seluruh KPH Bojonegoro : 50.145,4 Ha

(Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009)

Dari luasan tersebut hutan yang produktif untuk areal produksi jati seluas 45.447,8 Ha dan yang bukan untuk produksi kayu jati sekitar 2.031,5 Ha.


(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Penentuan Pohon Contoh

Pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan tabel volume ini adalah pohon rebah jenis jati (Tectona Grandis) yang sehat (tidak terserang penyakit dan hama) dipilih secara acak dan tersebar menurut kelas diameternya. Pohon yang dipilih adalah pohon yang telah ditebang dengan keliling > 60 cm dan telah dibagi menjadi sortimen-sortimen. Data pohon contoh yang digunakan sebanyak 4561 yang kemudian diseleksi menurut kesehatan, ketersebaran keliling dan tempat tumbuhnya sehingga kemudian terpilih sebanyak 1000 pohon dengan selang diameter 60-280 cm dari 4 BKPH yang masih termasuk kedalam wilayah KPH Bojonegoro. Berikut disajikan tabel penyebaran pohon contoh menurut Bagian Hutan dan kelas kelilingnya yang digunakan untuk penyusunan tabel volume pohon.

Tabel 7 Pembagian kelas keliling untuk kelas sortimen AI, AII, dan AIII Kelas Keliling (cm) Jumlah Pohon Contoh

60 - 96 144

97 - 125 372

126 – 153 264

154 – 190 160

191 - 200 60

Dalam penyusunan tabel volume pohon lokal semua data yang ada dipakai tanpa memmbuat kelas sedangkan untuk penyusunan tabel volume sortimen dibuat beberapa kelas data untuk memudahkan dalam pembuatan modelnya. Pembagian kelasnya adalah sebagai berikut

5.2Eksplorasi Data

Pohon-pohon contoh yang terpilih kemudian disajikan ke dalam bentuk tabel dan histogramnya untuk melihat ketersebaran datanya. Berikut ditampilkan tabel dan histogram ketersebaran keliling dengan jumlah pohon contohnya


(40)

Tabel 8 Ketersebaran keliling pohon contoh dan persentasenya Keliling setinggi dada

(K)

banyaknya (N)

Persentase (%)

61-70 23 2,30%

71-80 36 3,60%

81-90 41 4,10%

91-100 87 8,70%

101-110 121 12,10%

111-120 145 14,50%

121-130 125 12,50%

131-140 99 9,90%

141-150 89 8,90%

151-160 60 6,00%

161-170 46 4,60%

171-180 35 3,50%

181-190 33 3,30%

191-200 13 1,30%

201-210 19 1,90%

211-220 9 0,90%

221-230 9 0,90%

231-240 1 0,10%

241-250 4 0,40%

251-260 2 0,20%

261-270 1 0,10%

271-280 2 0,20%

Jumlah 1000 100,00%

Pada Tabel 8 dapat terlihat bahwa kelas keliling terbanyak terdapat pada kelas keliling 111-120 cm yaitu sebanyak 145 pohon, sedangkan kelas keliling 231-240 cm dan 261-270 cm mempunyai jumlah pohon terkecil yaitu sebanyak 1 pohon. Untuk dapat melihat lebih jelas tentang penyebaran pohon contohnya dapat dilihat pada Gambar 1.


(41)

Gambar 1 Histogram penyebaran keliling pohon contoh.

Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya. Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar) menggambarkan persebaran kelas diameter setinggi dada dengan volume pohon yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam penyusunan tabel volume pohon. Berikut ini ditampilkan bentuk scatterplot untuk volume sortimen AI, AII, AIII, dan total.

Kelas Keliling 0 20 40 60 80 100 120 140 160 61 -70 71 -80 81 -90 91 -100 101 -110 111 -120 121 -130 131 -140 141 -150 151 -160 161 -170 171 -180 181 -190 191 -200 201 -210 211 -220 221 -230 231 -240 241 -250 251 -260 261 -270 271 -280 B an y ak n y a


(42)

Gambar 2 Scatterplot hubungan antara volume AI dengan keliling pohon.

Pola sebaran acak antara volume sortimen AI dengan kelilingnya terlihat tidak membentuk pola yang linier. Dugaan awalnya adalah dari kelas sortimen AI tersebut tidak dapat dibuat persamaan penduga volumenya.

Gambar 3 Scatterplot hubungan antara volume AII dengan keliling pohon.

Seperti pada Gambar 2, di Gambar 3 terlihat pola yang acak pada hubungan antara volume AII dengan keliling pohonnya, sehingga diduga bahwa dari kelas sortimen AII tersebut tidak dapat dibuat persamaan penduga volumenya.


(43)

Gambar 4 Scatterplot hubungan antara volume AIII dengan keliling pohon.

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa hubungan antara volume AIII dengan keliling pohon membentuk pola yang linier. Dilihat dari pola sebarannya diduga bahwa dari kelas sortimen AIII tersebut dapat dibuat persamaan penduga volumenya.


(44)

Sebaran acak pada Gambar 5 juga membentuk pola yang linier pada hubungan antara volume pohon dengan keliling. Sehingga dapat diduga bahwa pada kelas volume pohon dapat dibuat persamaan penduga volumenya.

Sedangkan untuk pembuatan tabel volume sortimen dan volume pohon, untuk memudahkan dalam pengolahan datanya dibuat beberapa kelas untuk pengolahan data.

Model persamaan volume yang disusun dan dicoba sebanyak tiga model, yaitu :

1. Model Kopezky-Gerhardt : V = a + b K2 2. Model Horenadl-Krenn : V = a + b K + c K2 3. Model Berkhout : V = aK2

Data pohon contoh yang terpilih dianalisa dengan menggunakan software statistik (Minitab versi 14)

5.3 Analisa Model Persamaan Penduga Volume Sortimen dan Volume Pohon Perhitungan nilai koefisien determinasi (R2) dan koefisien determinasi terkoreksi (R2 adj) adalah untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara peubah bebas (keliling setinggi dada) dengan peubah tak bebasnya (volume pohon). Nilai R2 yang baik adalah yang mendekati 100%.

Ketelitian berkaitan dengan adanya pengulangan dan menggambarkan sejauh mana kedekatan nilai-nilai pengukuran terhadap nilai rata-ratanya. Ketelitian ditunjukkan oleh besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan dugaan volume (s). Semakin kecil nilai simpangan baku tersebut maka akan semakin baik persamaan yang akan digunakan untuk menduga volume pohon dan sortimen.

Pengujian keberartian persamaan regresi (Uji Signikasi F-test) dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang nyata atau tidak antara peubah bebas (keliling setinggi dada) dengan peubah tak bebasnya (volume). Uji signifikasi F-test dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel

pada taraf nyata α (α = 5% ). Nilai-nilai penduga setiap model persamaan volume disajikan pada Tabel 9.


(45)

Tabel 9 Persamaan penduga volume sortimen A1, A2, A3, dan volume pohon

No Persamaan Penduga R2 R

2

adj S F hit

F tab (α = 5%) Persamaan penduga volume sortimen AI

1 VAI = 0,138 + 0,000004 K2 14,5 14,4 0,096 169,15 3,851 2 VAI = 0,406 - 0,00386 K + 0,000017 K

2

20,3 20,1 0,093 126,75 3,005 3 VAI = 0,291 K

0,04571

2,8 2,7 0,198 28,57 3,851 Persamaan penduga volume sortimen AII

1 VAII = 0,422 - 0,000002K 2

1,3 1,2 0,1545 12,56 3,851 2 VAII = 0,153 + 0,00388 K - 0,000015 K2 3,6 3,4 0,1529 18,08 3,005 3 VAII = - 0,0223 K0,389045 0 0 0,2349 0,11 3,851 Persamaan penduga volume sortimen AIII

1 VAIII = - 0,628 + 0,000077 K2 92,8 92,8 0,2160 11028,56 3,852 2 VAIII = - 1,34 +0,00948 K + 0,000048 K2 93,1 93,1 0,2116 5763,16 3,006 3 VAIII = 0,00000000063 K4,22 84,1 84,1 0,1695 4521,6 3,852 Persamaan penduga volume pohon

1 VT = - 0,0181 + 0,000077 K2 95,2 95,2 0,1799 19299,14 3,851 2 VT = - 0,0626 + 0,000641 K + 0,000075

K2

95,2 95,2 0,1799 9960,17 3,005 3 VT = 0,000056 K2,06 94,6 94,6 0,0567 17623,92 3,851

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa pada sortimen AI dan AII tidak ada satupun persamaan yang memiliki nilai R2 dan R2 adj di atas 50 %, sedangkan untuk persamaan penduga volume sortimen AIII, persamaan terbaik dimiliki persamaan No. 2. Pada persamaan penduga volume pohon ada dua persamaan yang mempunyai nilai terbaik yaitu pesamaan No. 2 dan 3. Persamaan terbaik menurut nilai simpangan bakunya dimiliki oleh persamaan No. 2 untuk sortimen AI dan AII, sedangkan untuk sortimen AIII dan pohon persamaan terbaiknya terdapat pada No. 3. Hasil uji F-test menunjukkan bahwa keseluruhan persamaan memenuhi syarat kecuali pada pesamaan No. 3 sortimen AII.

5.3Analisa Model Penduga Persamaan Volume Tanpa menggunakan Data Pencilan

Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat beberapa data unusual observations atau data yang tidak terpakai. Untuk itu perlu dilakukan pembuatan model dengan menghilangkan data tersebut. Karena untuk sortimen AI dan AII tidak ada persamaan yang memenuhi syarat, maka pengamatan tanpa menggunakan data yang tidak terpakai ini dilakukan hanya pada sortimen AIII dan volume pohon total saja. Data unusual observations yang ada sebanyak 69 buah, sehinnga selang kelilingnya menjadi 70-227 cm. Berikut ditampilkan hasil pengamatan tanpa menggunakan data unusual observations.


(46)

Tabel 10 Tabel penduga volume dengan menghilangkan data pengamatan tak wajar (unusual observations)

No Persamaan Penduga R2 R2 adj S F hit (α = 5%)F tab Persamaan penduga volume sortimen AI

1 VAI = 0,130 + 0,000004 K2 12,6 12,5 0,096 133,78 3,852 2 VAI = 0,572 - 0,00648 K + 0,000027 K2 20,7 20,6 0,091 121,23 3,006 3 VAI = 0,03981 K0,315 2,6 2,5 0,198 24,35 3,852 Persamaan penduga volume sortimen AII

1 VAII = 0,459 - 0,000003 K2 4,3 4,2 0,144 41,26 3,851 2 VAII = 0,0947 + 0,00535 K - 0,000022

K2

7,0 6,8 0,142 34,55 3,005 3 VAII = 1,588546 K-0,307 2,1 2,0 0,215 19,54 3,851 Persamaan penduga volume sortimen AIII

1 VAIII = - 0,671 + 0,000080 K2 93,0 93,0 0,190 11348,51 3,852 2 VAIII = - 0,822 + 0,00210 K + 0,000073

K2

93,1 93,0 0,189 5677,37 3,006 3 VAIII = 0,000000000251 K4,41 85,3 85,3 0,164 4918,04 3,852 Persamaan penduga volume pohon

1 VT = - 0,0475 + 0,000079 K 2

96,5 96,5 0,136 25381,59 3,851 2 VT = 0,189 - 0,00347 K + 0,000091 K2 96,5 96,5 0,135 12856,06 3,005 3 VT = 0,000056 K

2,06

97,0 97,0 0,037 29893,45 3,851 Setelah data yang tidak terpakai dihilangkan, pada sortimen AI, AII dan AIII tidak terjadi perubahan yang signifikan pada setiap nilai penduganya. Sedangkan pada persamaan penduga volume pohon terdapat peningkatan nila-nilai penduga volumenya. Sehingga untuk persamaan penduga volume sortimen AIII persamaan yang digunakan adalah persamaan awal dengan memakai semua kelas keliling dan untuk volume pohon mengunakan persamaan yang menghilangkan data pencilan.

5.5 Analisa Model Penduga Persamaan Volume dengan Pembuatan Kelas Keliling Baru

Berdasarkan nilai R2 dan R2 adj pada sortimen AI dan AII, tidak ada persamaan yang mempunyai nilai di atas 50%, artinya tidak ada satupun persamaan yang dapat menjelaskan peubah tidak bebasnya dengan baik. Oleh karena itu, perlu dibagi lagi menjadi beberapa kelas keliling dengan harapan akan terjadi peningkatan pada nilai R2 dan R2 adj nya. Persamaan penduga dengan menggunakan kelas keliling yang baru ditunjukkan pada Tabel 11


(47)

Tabel 11 Persamaan penduga volume sortimen AI dan AII pada beberapa kelas keliling

No Persamaan Penduga R2 R2 adj S F hit F tab (α = 5%) Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 61cm-96cm

1 VAI = 0,283 - 0,000009 K2

4,4 3,7 0,069 6,38 3,908741 2 VAI = - 0,656 + 0,0236 K -

0,000155 K2

8,6 7,2 0,067 6,51 3,061234 3 VAI = 1,521 K0,448 3,4 2,7 0,135 4,91 3,908741 Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 97cm-125cm

1 VAI = 0,229 - 0,000004 K2 1,7 1,4 0,059 6,41 3,866714 2 VAI = 0,606 - 0,0068 K +

0,000026 K2

1,8 1,3 0,059 3,39 3,020185 3 VAI = 6,223 K

0,771

2,6 2,3 0,149 9,74 3,866714 Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 126cm-153cm

1 VAI = 0,109 + 0,000004 K 2

0,8 0,5 0,093 2,20 3,877196 2 VAI = 3,38 - 0,0473 K +

0,000175 K2

1,8 1,1 0,093 2,43 3,030382 3 VAI = 0,0074 K

0,628

0,5 0,2 0,208 1,43 3,877196 Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 154cm-190cm

1 VAI = 0,155 + 0,000003 K 2

0,9 0,3 0,123 1,44 3,900989 2 VAI = - 4,55 + 0,0554 K -

0,000159 K2

2,7 1,4 0,122 2,16 3,053628 3 VAI = 0,00077 K1,10 1,8 1,2 0,225 2,91 3,900989 Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 191cm-280cm

1 VAI = 0,308 + 0,000001 K2

0,8 0,0 0,158 0,47 4,006873 2 VAI = - 0,26 + 0,0050 K -

0,000009 K2

0,9 0,0 0,160 0,27 3,158843 3 VAI = 0,1465 K0,658 7,8 6,2 0,207 4,89 4,006873 Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 61cm-96cm

1 VAII = - 0,211 + 0,000069 K2 51,1 50,7 0,104 138,02 3,912875 2 VAII = 1,95 - 0,0535 K +

0,000396 K2

54,9 54,3 0,100 79,86 3,065296 3 VAII = 0,00000000165 K4,24 48,6 48,2 0,223 124,79 3,912875 Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 97cm-125cm

1 VAII = 0,518 - 0,000003 K2 0,4 0,1 0,098 1,47 3,866714 2 VAII = - 2,95 + 0,0624 K -

0,000283 K2 3,6 3,1 0,096 6,88 3,020185 3 VAII = 1,285 K0,216 0,4 0,1 0,104 1,55 3,866714 Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 126cm-153cm

1 VAII = 0,663 - 0,000015 K2 5,9 5,6 0,126 16,43 3,877334 2 VAII = - 0,03 + 0,0101 K -

0,000051 K2

5,9 5,2 0,126 8,22 3,030516 3 VAII = 2691,535 K1,81 5,5 5,2 0,183 15,29 3,877334 Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 154cm-190cm

1 VAII = 0,480 - 0,000006 K2 1,9 1,3 0,155 3,07 3,901761 2 VAII = 0,61 - 0,0016 K -

0,000001 K2

1,9 0,7 0,155 1,52 3,054385 3 VAII = 741,3102 K

1,54

3,2 2,5 0,236 5,09 3,901761 Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 191cm-280cm

1 VAII = 0,088 + 0,000006 K 2

4,3 2,6 0,254 2,51 4,012973 2 VAII = - 5,02 + 0,0454 K -

0,000094 K2

7,9 4,6 0,252 2,37 3,164993 3 VAII = 0,056234 K1,25 10 8,4 0,329 6,22 4,012973


(48)

Setelah dilakukan pembagian kelas,pada sortimen AI tidak ada persamaan yang lebih baik dari sebelumnya namun pada sortimen AII terdapat hasil yang lebih baik pada kelas keliling 61-96 cm. Sehingga persamaan penduga volume yang dipakai untuk sortimen AI adalah persamaan awal dengan memakai semua kelas keliling, sedangkan untuk sortimen AII memakai persamaan pada kelas keliling 61-96 cm.

5.6 Validasi Model Penduga Volume Sortimen dan Pohon

Persamaan terbaik yang terpilih baik pada volume sortimen AI, AII, AIII dan volume pohon kemudian dilakukan uji validasi dengan menggunakan cara validasi silang. Dalam uji validasi silang ini, yang diperhatikan adalah nilai Predicted Residual of Sum Square ( PRESS ). Berikut disajikan hasil uji validasi beberapa model terpilih tersebut.

Tabel 12 Nilai PRESS pada setiap persamaan penduga volume terpilih

No Persamaan penduga PRESS

Persamaan penduga volume sortimen AI

1 VAI = 0,138 + 0,000004K2 9,2452

2 VAI = 0,406 - 0,00386 K + 0,000017 K2 8,6579

3 VAI = 0,291 K0,04571 39,4731

Persamaan penduga volume sortimen AII

1 VAII = - 0,211 + 0,000069 K2 1,4816 2 VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 1,4117 3 VAII = 0,00000000165 K4,24 6,8289 Persamaan penduga volume sortimen AIII

1 VAIII = - 0,628 + 0,000077 K2 40,3756 2 VAIII = - 1,34 +0,00948 K + 0,000048 K2 39,0122 3 VAIII = 0,00000000063 K4,22 24,7349 Persamaan penduga volume pohon

1 VT = - 0,0475 + 0,000079 K2 17,3343 2 VT = 0,189 - 0,00347 K + 0,000091 K2 17,1774

3 VT = 0,000056 K2,06 1,28649

Nilai PRESS menunjukkan kombinasi analisis sisaan dan pemilihan model terbaik yang merupakan kemampuan model untuk menduga data yang baru.Nilai PRESS dikatakan baik apabila mendekati nol yang berarti nilai dugaan yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan nilai aktualnya sehingga dapat digunakan untuk menduga data baru yang ada di lapangan. Dilihat dari Tabel 12, untuk sortimen AI dan AII persamaan 2 mempunyai nilai PRESS terbaik. Sedangkan untuk persamaan volume sortimen AIII dan volume pohon, nilai PRESS terbaik dimiliki oleh persamaan 3.


(49)

5.7 Pemilihan Model Tabel Volume Terbaik

Untuk memudahkan dalam memilih model terbaik, perlu diberikan peringkat terhadap beberapa kriteria seperti R2 R2adj, s, Fhitung, dan PRESS pada

masing-masing model. Peringkat persamaan penduga volume menunjukkan persamaan terbaik yang nantinya akan dipilih untuk digunakan di KPH Bojonegoro. Peringkat terbaik ditunjukkan oleh angka yang lebih rendah untuk kemudian dijumlahkan dan diperoleh peringkat akhir.

Tabel 13 Peringkat persamaan penduga volume sortimen dan pohon

No Persamaan penduga

Peringkat Peringk at gabung

an R2 R2 adj s F hit PRESS ∑

Sortimen AI

1 VAI = 0,138 + 0,000004K2 2 2 2 1 2 9 2 2 VAI = 0,406 - 0,00386 K + 0,000017 K2 1 1 1 2 1 6 1 3 VAI = 0,291 K

0,04571

3 3 3 3 3 15 3

Sortimen AII

1 VAII = - 0,211 + 0,000069 K 2

2 2 2 1 2 9 2

2 VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K 2

1 1 1 3 1 7 1

3 VAII= 0,00000000165 K4,24 3 3 3 2 3 14 3 Sortimen AIII

1 VAIII = - 0,628 + 0,000077 K2 2 2 3 1 3 11 3 2 VAIII = - 1,34 +0,00948 K + 0,000048

K2

1 1 2 2 2 8 1

3 VAIII = 0,00000000063 K4,22 3 3 1 3 1 11 3 Pohon

1 VT = - 0,0475 + 0,000079 K2 2.5 2.5 3 2 3 13 3 2 VT = 0,189 - 0,00347 K + 0,000091 K2 2.5 2.5 2 1 2 10 2

3 VT = 0,000056 K2,06 1 1 1 3 1 7 1

Persamaan terpilih yang dapat digunakan dalam pembuatan tabel volume lokal KPH Bojonegoro adalah, untuk sortimen AI, AII, dan AIII menggunakan persamaan No. 2, sedangkan untuk volume pohon menggunakan persamaan No. 3.

5.8 Perbandingan Akurasi Model TVL 2002 dengan TVL 2010 Terbaik Dengan kriteria uji t hitung > t α (n-1) dimana � = 0,05 (t tabel = 1,645), diperoleh nilai 10,203 pada TVL tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima. Artinya akurasi pada TVL tahun 2002 ini overestimate karena hasil pendugaan volume dengan menggunakan TVL tahun 2002 mempunyai nilai yang lebih besar daripada hasil yang didapatkan di lapangan. Sedangkan pada TVL


(50)

tahun 2010, dengan kriteria uji t hitung < t α (n-1), dimana �= 0,05, diperoleh nilai -3,947. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima. Artinya akurasi pada TVL tahun 2010 ini underestimate karena hasil pendugaan volume dengan menggunakan TVL tahun 2010 mempunyai nilai yang lebih kecil daripada hasil yang didapatkan di lapangan.

Nilai-nilai simpangan agrerat (SA) dan simpangan rata-rata (SR) menggambarkan tentang ketelitian model. Penilaian akan ketelitian model penduga volume akan menentukan model pendugaan volume pohon terbaik. Menurut Spurr (1952) persamaan yang baik memiliki nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%.

Berdasarkan hasil perhitungan pada TVL 2002 mempunyai nilai SA sebesar 0,036 dan SR 8,43% sedangkan TVL 2010 mempunyai nilai SA sebesar -0,016 dan SR 8,16%. Dilihat dari nilai SA dan SR nya kedua TVL tersebut sudah memenuhi kriteria model penduga volume pohon yang baik.


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sortimen AI dan AII modelnya sudah signifikan namun mempunyai nilai R2 dibawah 50%. Setelah dibagi menjadi beberapa kelas keliling, pada sortimen AI tidak terdapat peningkatan nilai R2 yang signifikan sedangkan pada sortimen AII terdapat model yang mempunyai kenaikan nilai R2 yang signifikan yaitu pada kelas keliling 61-96 cm dengan persamaan VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 yang

mempunyai nilai R2 sebesar 54,9%. Model yang terpilih untuk sortimen AIII dan volume total pohon adalah VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2

untuk kelas keliling 96-280 cm dengan nilai R2 sebesar 93,1% , dan VT =

0,000056 K2,06 untuk kelas keliling 70-227 cm dengan nilai R2 sebesar 96,5%. Dengan K adalah keliling setinggi dada.

2. Berdasarkan uji ketelitian dengan menggunakan nilai simpangan agregat (SA) dan simpangan rata-rata (SR), pada TVL 2002 mempunyai nilai SA sebesar 0,036 dan SR 8,43% sedangkan TVL 2010 mempunyai nilai SA sebesar -0,016 dan SR 8,16%. Dilihat dari nilai SA dan SR nya kedua TVL tersebut sudah memenuhi kriteria model penduga volume pohon yang baik yaitu memiliki nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%. Meskipun demikian, berdasarkan uji t student terhadap nilai rata-rata simpangan dugaan terhadap nilai aktual menyatakan bahwa TVL 2002 cenderung overestimate dan TVL 2010 cenderung underestimate.


(52)

6.2Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukannya pengujian ulang tabel volume lokal yang ada secara berkala. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tabel volume lokal tersebut masih dapat digunakan di tempat tersebut atau tidak.

2. Dalam menentukan kesehatan sebuah pohon, perlu dilakukan pengamatan yang lebih mendalam lagi dengan menggunakan pendekatan dari berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang ada.


(1)

Lampiran 2 (Lanjutan)

No Keliling (cm) Volume (m3) No Keliling (cm) Volume (m3)

81 176 1,815 121 216 2,947

82 177 1,842 122 217 2,977

83 178 1,868 123 218 3,008

84 179 1,895 124 219 3,038

85 180 1,922 125 220 3,069

86 181 1,948 126 221 3,099

87 182 1,975 127 222 3,130

88 183 2,002 128 223 3,161

89 184 2,029 129 224 3,192

90 185 2,057 130 225 3,223

91 186 2,084 131 226 3,254

92 187 2,111 132 227 3,285

93 188 2,139 133 228 3,317

94 189 2,166 134 229 3,348

95 190 2,194 135 230 3,380

96 191 2,222 136 231 3,411

97 192 2,250 137 232 3,443

98 193 2,278 138 233 3,475

99 194 2,306 139 234 3,507

100 195 2,334 140 235 3,539

101 196 2,362 141 236 3,571

102 197 2,390 142 237 3,603

103 198 2,419 143 238 3,635

104 199 2,447 144 239 3,668

105 200 2,476 145 240 3,700

106 201 2,505 146 241 3,733

107 202 2,534 147 242 3,765

108 203 2,562 148 243 3,798

109 204 2,591 149 244 3,831

110 205 2,621 150 245 3,864

111 206 2,650 151 246 3,897

112 207 2,679 152 247 3,930

113 208 2,709 153 248 3,963

114 209 2,738 154 249 3,997

115 210 2,768 155 250 4,030

116 211 2,797 156 251 4,064

117 212 2,827 157 252 4,097

118 213 2,857 158 253 4,131

119 214 2,887 159 254 4,165


(2)

44

Lampiran 2 (Lanjutan)

No Keliling (cm) Volume (m3)

161 256 4,233

162 257 4,267

163 258 4,301

164 259 4,335

165 260 4,370

166 261 4,404

167 262 4,439

168 263 4,473

169 264 4,508

170 265 4,543

171 266 4,578

172 267 4,613

173 268 4,648

174 269 4,683

175 270 4,719

176 271 4,754

177 272 4,790

178 273 4,825

179 274 4,861

180 275 4,897

181 276 4,933

182 277 4,969

183 278 5,005

184 279 5,041

185 280 5,078

Model : VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2


(3)

Lampiran 3 Tabel volume pohon jati ( kelas keliling 70-227 cm ) No Keliling (cm) Volume (m3) No Keliling (cm) Volume (m3)

1 70 0,354 41 110 0,898

2 71 0,365 42 111 0,915

3 72 0,375 43 112 0,932

4 73 0,386 44 113 0,950

5 74 0,397 45 114 0,967

6 75 0,408 46 115 0,985

7 76 0,419 47 116 1,002

8 77 0,431 48 117 1,020

9 78 0,442 49 118 1,038

10 79 0,454 50 119 1,056

11 80 0,466 51 120 1,075

12 81 0,478 52 121 1,093

13 82 0,491 53 122 1,112

14 83 0,503 54 123 1,131

15 84 0,515 55 124 1,150

16 85 0,528 56 125 1,169

17 86 0,541 57 126 1,188

18 87 0,554 58 127 1,208

19 88 0,567 59 128 1,228

20 89 0,581 60 129 1,247

21 90 0,594 61 130 1,267

22 91 0,608 62 131 1,288

23 92 0,622 63 132 1,308

24 93 0,636 64 133 1,328

25 94 0,650 65 134 1,349

26 95 0,664 66 135 1,370

27 96 0,679 67 136 1,391

28 97 0,693 68 137 1,412

29 98 0,708 69 138 1,433

30 99 0,723 70 139 1,455

31 100 0,738 71 140 1,476

32 101 0,754 72 141 1,498

33 102 0,769 73 142 1,520

34 103 0,785 74 143 1,542

35 104 0,800 75 144 1,565

36 105 0,816 76 145 1,587

37 106 0,832 77 146 1,610

38 107 0,849 78 147 1,633

39 108 0,865 79 148 1,655


(4)

46

Model : VT = 0,000056 K2,06 ; R2 = 96,5

Lampiran 3 (Lanjutan)

No Keliling (cm) Volume (m3) No Keliling (cm) Volume (m3)

81 150 1,702 121 190 2,770

82 151 1,725 122 191 2,800

83 152 1,749 123 192 2,830

84 153 1,773 124 193 2,860

85 154 1,797 125 194 2,891

86 155 1,821 126 195 2,922

87 156 1,845 127 196 2,953

88 157 1,870 128 197 2,984

89 158 1,894 129 198 3,015

90 159 1,919 130 199 3,047

91 160 1,944 131 200 3,078

92 161 1,969 132 201 3,110

93 162 1,994 133 202 3,142

94 163 2,020 134 203 3,174

95 164 2,045 135 204 3,206

96 165 2,071 136 205 3,239

97 166 2,097 137 206 3,272

98 167 2,123 138 207 3,304

99 168 2,149 139 208 3,337

100 169 2,176 140 209 3,370

101 170 2,202 141 210 3,404

102 171 2,229 142 211 3,437

103 172 2,256 143 212 3,471

104 173 2,283 144 213 3,505

105 174 2,311 145 214 3,539

106 175 2,338 146 215 3,573

107 176 2,366 147 216 3,607

108 177 2,393 148 217 3,642

109 178 2,421 149 218 3,676

110 179 2,449 150 219 3,711

111 180 2,478 151 220 3,746

112 181 2,506 152 221 3,781

113 182 2,535 153 222 3,817

114 183 2,564 154 223 3,852

115 184 2,592 155 224 3,888

116 185 2,622 156 225 3,924

117 186 2,651 157 226 3,960

118 187 2,680 158 227 3,996

119 188 2,710


(5)

RINGKASAN

HAFID FARIS HAKIM. Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing oleh BUDI PRIHANTO.

Kegiatan inventarisasi hutan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi sumberdaya hutan yang nantinya digunanakan untuk kegiatan pengelolaan hutan. Salah satu data kondisi sumberdaya hutan adalah potensi tegakan hutan. Potensi tegakan hutan diantaranya dicirikan oleh volume tegakan, yaitu jumlah volume pohon yang ada di dalam suatu tegakan. Penentuan volume pohon dapat dilakukan dengan menggunakan tabel volume lokal (TVL), yang disusun berdasarkan hubungan antara volume pohon dengan peubah penduganya yaitu keliling pohon.

KPH Bojonegoro adalah salah satu KPH yang menggunakan TVL untuk menduga volume pohon di lapangan. TVL yang sudah ada di KPH Bojonegoro saat ini adalah TVL yang dibuat pada tahun 2002 dengan menggunakan sebanyak 900 pohon contoh. TVL ini perlu ditinjau secara periodik agar keakurasiannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu KPH Bojonegoro mengumpulkan data volume 4561 pohon rebah untuk kemudian diseleksi dan dibuat model penduga volumenya. Data yang dikumpulkan berupa keliling pohon setinggi dada, keliling sortimen, panjang sortimen, volume sortimen, dan volume total pohon. Dari 4561 data yang dikumpulkan, kemudian diseleksi menjadi 1000 pohon berdasarkan kesehatan, kelas keliling, dan tempat tumbuhnya. Data-data yang terpilih tersebut kemudian dibuat model penduga volumenya.

Kriteria yang digunakan untuk pemilihan model terbaik adalah nilai R2, R2adj, simpangan baku (s), dan Fhitung. Setelah itu dilakukan uji validasi silang

model dengan mencari nilai PRESS. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sortimen AI dan AII modelnya sudah signifikan namun mempunyai nilai R2 dibawah 50%. Setelah dibagi menjadi beberapa kelas keliling, pada sortimen AI tidak terdapat peningkatan nilai R2 yang signifikan sedangkan pada sortimen AII terdapat model yang mempunyai kenaikan nilai R2 yang signifikan yaitu pada kelas keliling 61-96 cm dengan persamaan VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 yang

mempunyai nilai R2 sebesar 54,9%. Model yang terpilih untuk sortimen AIII dan volume total pohon adalah VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2 untuk kelas

keliling 96-280 cm dengan nilai R2 sebesar 93,1%, dan VT = 0,000056 K2,06 untuk

kelas keliling 70-227 cm dengan nilai R2 sebesar 96,5%. Dengan K adalah keliling setinggi dada.

Tingkat ketelitian TVL 2002 dan TVL 2010 dibandingkan menggunakan kriteria simpangan agregat (SA) dan simpangan rata-rata (SR). Bedasarkan kriteria di atas, kedua TVL tersebut memenuhi kriteria keberartian model, yaitu nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%. Meskipun demikian, berdasarkan uji t student terhadap nilai rata-rata simpangan dugaan terhadap nilai aktual menyatakan bahwa TVL 2002 cenderung

overestimate dan TVL 2010 cenderung underestimate.


(6)

SUMMARY

Hafid Faris Hakim. The construction of the Local Volume Tables Tree and Teak’s Sortimen (Tectona grandis L.f) in KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II of East Java. Supervised by BUDI PRIHANTO.

Forest inventory activities aimed to obtain data and information about forest resources condition for forest management planning. One condition of forest resources data is the potential of forest stands. Potential of forest stands are characterized by stand’s volume, it is volume of the existing trees in the stand. Determination of tree’s volume could be done by using local volume tables (LVT), which is composed based on the relationship between the tree’s volume with the estimators variablesthat is circumference of the tree.

KPH Bojonegoro is one of KPH that uses the LVT to estimate the tree’s volume in the field. KPH Bojonegoro had LVT that created in 2002 by using 900 trees sample. LVT need periodical review to improve it’s accuracy. Therefore KPH Bojonegoro collected 4561 volume of fallen trees to selected and then create a LVT. Collected data were circumference at breast height, circumference of sortimen, sortimen length, sortimen volume, and the total volume of trees. Constructing TVL 2010, was be supported by 1000 unit of tree samples that was be selected from 4561 data based on healthly, class of circumference, and place of growth.

The criteria used for selecting the best model are the value of R2, R2adj, standard deviation (s), and F. After that, cross-validation test is performed by finding the PRESS value. Based on these criteria, the AI and AII sortimen model are significant but has a R2 value below 50%. After divided into several circumference’s classes, the AI sortimen still has no significant increase in the value of R2 while the sortimen AII has a significant increase in the value of R2 which is at around 61-96 cm by the equation VAII = 1.95 - 0.0535K + 0,000396 K2

with R2 values of 54.9%. The chosen model for sortimen AIII and total tree’s volume is VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2 for circumference’s class

96-280 cm with R2 values of 93,1%, and VT = 0.000056 K2,06 for circumference’s

class 70-227 cm with R2 values of 96.5%. Where K is the circumference at breast height.

The accuracy LVT 2002 and LVT 2010 are compared with the aggregate deviation (AgD) and the average deviation (AvD) criteria. Based on above criteria, both LVT fullfil the model’s criteria, it has the AgD value ranging from -1 to +1 and AvD value smaller than 10%. Nevertheless, based on T student test to the average value of the alleged deviation and the actual value, LVT of 2002 had overestimate value and LVT of 2010 had underestimate value.