Industri Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

yang sama untuk biaya yang lebih rendah dari kompetitor. Konsep ini memandang perusahaan sebagai sebuah ”rantai” dari aktivitas dasar yang menambah nilai suatu produk atau jasa, sehingga memperluas batas dari nilai tersebut.

2.3 Industri

Porter 1980 mendefinisikan industri sebagai kelompok perusahaan yang menghasilkan produk yang dapat saling menggantikan close substitution. Pada kenyataannya, seringkali terjadi kontroversi mengenai definisi yang tepat, yang berkisar tentang seberapa erat sifat saling menggantikan ini seharusnya dalam artian produk, proses, atau batas-batas pasar secara geografis. Menurut Kotler dan Armstrong 1997, Industri adalah sekelompok perusahaan yang menawarkan suatu produk atau kelas produk yang merupakan substitusi dekat satu sama lain. Sedangkan perusahaan adalah organisasi yang dikembangkan oleh seorang atau sekumpulan orang dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Tujuan setiap perusahaan adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dan mempertahankan kelestarian perusahaan. Sedangkan menurut Drucker 1982, hanya ada satu definisi yang syah untuk tujuan perusahaan yaitu untuk menciptakan pelanggan. Keuntungan bukanlah tujuan perusahaan, tetapi justru keuntungan sebagai faktor penghambat. Keuntungan bukanlah alasan untuk keputusan perusahaan tetapi ujian untuk kebenaran keputusan itu.

2.4 Sistem, Model, dan Simulasi

Manetsch dan Park, 1979 dalam Eriyatno 2003, Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan. Sedangkan sub-sistem adalah suatu unsur atau komponen fungsional dari suatu sistem, yang berperan dalam pengoperasian sistem tersebut. Menurut Soerianegara 1978, secara garis besar sistem dibedakan menjadi dua yaitu sistem alam natural dan sistem buatan manusia man made. Sistem alam ialah sistem yang terjadi sendiri secara alam, sedangkan sistem buatan adalah sistem yang dibentuk oleh usaha manusia. Soerianegara 1978, mengemukakan bahwa simulasi adalah eksperimentasi yang menggunakan model dari suatu sistem. Simulasi dalam analisis sistem meliputi tiga kegiatan berikut : 1. Membuat model yang menggambarkan keadaan sistem dan proses-proses yang terjadi didalamnya. 2. Memanipulasi atau melakukan percobaan-percobaan terhadap model tersebut yang akan menghasilkan data eksperimen. 3. Menggunakan model dan data untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan persoalan mengenai sistem sebenarnya real world yang diteliti. Menurut Purnomo 2004, analisis sistem lebih mendasarkan pada kemampuan kita untuk memahami fenomena dari jumlah data yang tersedia. Analisis sistem adalah sebuah pemahaman yang berbasis pada proses, sehingga sangat penting untuk berusaha memahami proses-proses yang terjadi. Membuat analogi-analogi terkadang merupakan cara yang penting untuk memahami sesuatu. Keyakinan akan adanya isomorfisme antar beragam sistem menjadikan pemahaman terhadap sesuatu menjadi mungkin, bahkan pada suatu sistem yang kita buta sekali akan perilakunya. Analisis sistem berguna untuk mendekati masalah yang secara intuitif dapat digolongkan kedalam organized complexities atau kompleksitas yang terorganisasi dan tidak mungkin diselesaikan dengan pendekatan analitis dengan matematika. Sistem kompleks artinya sistem tersebut kompleks tetapi kita yakin ada sebuah pola pada sistem tersebut. Disebut intuitif, karena apakah sebuah sistem terorganisasi atau tidak lebih merupakan keyakinan kita daripada sesuatu yang dapat tersaji secara empiris . Pemodelan modelling adalah kegiatan membuat model untuk tujuan tertentu. Model adalah abstraksi dari sebuah sistem. Sistem adalah sesuatu yang terdapat di dunia nyata. Sehingga pemodelan adalah kegiatan membawa sebuah dunia nyata kedalam dunia tak nyata atau maya tanpa kehilangan sifat-sifat utamanya. Pemodelan sistem adalah sebuah pengetahuan dan seni. Sebuah pengetahuan karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan urutan yang sesuai. Sebuah seni, karena pemodelan mencakup bagaimana menuangkan persepsi manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya. Menurut Patten 1971, dasar dari analisis sistem adalah asumsi bahwa proses alami terorganisasi dalam suatu hierarki yang kompleks. Proses sistem terbentuk dari hasil aksi dan interkasi proses – proses yang sederhana. Tidak ada sistem yang terpisahkan, setiap sistem berinteraksi satu sama lainnya. Menurut Grant et al 1997, analisis sistem adalah studi yang dibentuk dari satu atau beberapa sistem, atau sifat-sifat umum dari sistem. Holisme adalah filosofi untuk mempelajari perilaku total atau atribut-atribut total lain dari beberapa sistem yang kompleks. Analisis sistem adalah pendekatan filosofis dan kumpulan- kumpulan teknik, termasuk simulasi yang dikembangkan secara eksplisit untuk menunjukan masalah yang berkaitan dengan sistem kompleks. Analisis sistem menekankan pada pendekatan holistik untuk memecahkan masalah dan menggunakan model matematika untuk mengidentifikasi dan mensimulasikan karakteristik yang penting dari sistem kompleks. Thornley 1998 mengemukakan bahwa ada tiga alasan dalam pembuatan model yaitu : 1. Membuat prediksi. Sependek apapun model selalu diperlukan untuk membuat prediksi. 2. Mengerti cara kerja suatu sistem dan respon sistem ketika sistem dioperasikan. 3. Model menyediakan sebuah metode dalam mempelajari suatu kompleksitas. Grant et al 1997 mengklasifikasikan model menjadi lima macam, yaitu: 1. Fisik versus Abstrak. Model fisik biasanya berupa tiruan fisik pada skala yang dikurangi dari objek yang ditelaah. Model fisik tetap abstrak dari dunia nyata sesuai dengan definisi dari model. Sedangkan model abstrak menggunakan simbol daripada peralatan untuk mewakili sistem yang sedang dipelajari. Simbol yang digunakan dapat berupa tulisan, deskripsi verbal, atau sebuah proses pemikiran. 2. Dinamik versus Statik. Model statik menjelaskan hubungan atau satu set hubungan yang tidak berubah menurut waktu. Model dinamik menjelaskan hubungan yang bervariasi menurut waktu. 3. Empiris versus Mekanis. Model empiris atau korelasi adalah model yang dikembangkan terutama untuk menjelaskan dan merangkum satu set hubungan, tanpa memperhatikan penyajian proses atau mekanisme yang sesuai dengan yang beroperasi di sistem yang sebenarnya dan hasil dari model ini adalah prediksi. Sedangkan model mekanis atau eksplanatori adalah model yang dikembangkan terutama untuk menyajikan dinamika internal dari system of interest sewajarnya. 4. Deterministik versus Stokastik. Sebuah model dikatakan deterministik jika tidak terdiri dari variable - variabel acak. Model ini memprediksi di bawah satu set spesifik kondisi yang selalu persis sama. Sedangkan model dikatakan stokastik jika terdiri dari satu set atau lebih variable - variabel acak. Model ini memprediksi di bawah satu set kondisi yang tidak selalu persis sama. 5. Simulasi versus Analitis. Model yang dapat dipecahkan dengan didekati bentuk matematik adalah model analisis. Contoh model analitis adalah model regresi, model standar teori statisik distribusi, dan lain-lain. Model simulasi adalah model yang tidak memiliki solusi analisis general dan harus dipecahkan secara numerik dengan menggunakan satu set operasi aritmetik spesifik untuk situasi tertentu lainnya yang dapat mewakili. Tahapan analisis sistem menurut Grant et al. 1997, yaitu formulasi model konseptual, spesifikasi model kuantitatif, evaluasi model, dan penggunaan model.

1. Formulasi model konseptual.

Tujuan tahapan ini adalah untuk menentukan suatu konsep dan tujuan model sistem yang akan dianalisis. Penyusunan model konseptual ini didasarkan pada kenyataan nyata di alam dengan segala sistem yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya serta saling mempengaruhi sehingga dapat mendekati keadaan yang sebenarnya. Kenyataan yang ada di alam dimasukkan dalam simulasi dengan memperhatikan komponen-komponen yang terkait sesuai dengan konsep dan tujuan melakukan pemodelan simulasi. Tahapan ini terdiri dari enam langkah sebagai berikut : 1. Penentuan tujuan model 2. Pembatasan model 3. Kategorisasi komponen-komponen dalam sistem. Setiap komponen yang masuk dalam ruang lingkup sistem dikategorisasikan ke dalam berbagai kategori sesuai dengan karakter dan fungsinya sebagai berikut : a. state variable, yang menggambarkan akumulasi materi dalam sistem. b. driving variable, variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain namun tidak dapat dipengaruhi oleh sistem. c. konstanta. Adalah nilai numerik yang menggambarkan karakteristik sebuah sistem yang tidak berubah atau suatu nilai yang tidak mengalami perubahan pada setiap kondisi simulasi. d. auxiliary variable, variable yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi sistem. e. material transfer, menggambarkan transfer materi selama periode tertentu. Material transfer terletak diantara dua state, source dan state, source dan sink. f. information transfer, menggambarkan penggunaan informasi tentang state dari sistem untuk mengendalikan perubahan state. g. source dan sink berturut-turut menggambarkan asal awal dimulainya proses dan akhir dari masing-masing transfer materi. 4. Pengidentifikasian hubungan antar komponen. 5. Menyatakan komponen dan hubungannya dalam model yang lazim. 6. Menentukan pola perilaku dari model sesuai dengan pengetahuan dan teori yang ada. 7. Menggambarkan pola yang diharapkan dari perilaku model.

2. Spesifikasi model kuantitatif.

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengembangkan model kuantitatif dari sistem yang diinginkan. Pembuatan model kuantitatif ini dilakukan dengan memberikan nilai kuantitatif terhadap masing-masing nilai vaiabel dan menterjemahkan setiap hubungan antar variabel dan komponen peyusun model sistem tersebut ke dalam persamaan matematik sehingga dapat dioperasikan oleh program simulasi.

3. Evaluasi model.

Evaluasi model berguna untuk mengetahui keterandalan model sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Langkah-langkah dalam evaluasi model meliputi : 1. Mengevaluasi kewajaran model dan kelogisan model. 2. Analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kewajaran perilaku model jika dilakukan perubahan salah satu parameter dalam model secara ekstrim.

4. Penggunaan Model.

Tujuan tahapan ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi beberapa skenario. Untuk pemodelan yang lebih fleksibel, Purnomo 2004 menyarankan agar dilakukan dengan fase-fase sebagai berikut : a Identifikasi isu, tujuan dan batasan. b Konseptualisasi model dengan menggunakan ragam metode seperti diagram kotak dan panah, diagram sebab-akibat, diagram stok stock dan aliran flow, diagram case, diagram klas dan diagram sekuens. c Spesifikasi model, yaitu merumuskan makna diagram, kuantifikasi dan atau kualifikasi komponen model jika perlu. d Evaluasi model, yaitu mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal yang serupa jika ada dan perlu. e Penggunaan model, yaitu membuat skenario-skenario ke depan atau alternatif kebijakan, mengevaluasi ragam skenario atau kebijakan tersebut dan pengembangan perencanaan dan agenda bersama.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Juli 2007.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder untuk proses simulasi dalam membuat model. Data primer diperoleh dari hasil penelusuran secara langsung terhadap saluran pemasaran kayu jati yang terdapat di lokasi penelitian ; wawancara atau diskusi dengan para aktor yang terlibat di setiap mata rantai serta pihak yang berkompeten dalam hal ini. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengutipan data administrasi yang tersedia di kantor Perhutani dan di setiap mata rantai. Jenis data yang diperlukan adalah : 1. Saluran pemasaran kayu jati. 2. Kapasitas produksi industri mebel. 3. Biaya produksi di setiap mata rantai. 4. Volume penjualan dan harga penjualan di setiap mata rantai. 5. Modal dan investasi permanen setiap mata rantai. 6. Data penunjang lain pendukung topik penelitian.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Software STELLA 8.0 untuk membuat model simulasi, alat tulis, serta program Microsoft excel untuk pengolahan data.

3.3 Analisis Data

Dokumen yang terkait

Kajian kelestarian produksi hasil hutan kayu jati (Tectona grandis L.f) KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 15 55

Model simulasi rasio kelestarian hutan produksi kelas perusahaan jati (Tecfona grandis l.f) di kesatuan pemangkuan hutan Sumedang perum perhutani unit III Jawa Barat dan Banten

0 35 81

Kajian Kelestarian Hasil Hutan Kayu Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f.) KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 11 69

Model Simulasi Rasio Kelestarian Hutan Produksi Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 81

Evaluasi Perubahan Kelas Hutan Produktif Tegakan Jati (Tectona grandis L.f.) (Kasus di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

5 55 75

Studi laju degradasi hutan jati (Tectona grandis) KPH Bojonegoro perum perhutani unit II Jawa Timur

0 10 100

Studi Pemanfaatan Citra IKONOS dalam Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 9 79

Penyusunan tabel volume lokal pohon dan sortimen jati (Tectona grandis L.f ) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

2 14 117

Pendugaan Nilai Tegakan dan Analisis Nilai Tambah Jati (Tectona grandis L.f.) di KPH Pemalang Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

1 6 33

. Penyusunan Tabel Volume Lokal Kayu Pertukangan Jenis Jati Plus Perhutani (Tectona Grandis L.F.) Di Kph Ngawi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur

0 5 29