2. Hausman Test
Hausman  Test adalah  uji  yang  digunakan  untuk  memilih  model  terbaik
diantara  model  fixed  effect  dengan  random  effect.  Dalam  Huasman  Test  dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
H
0  :
Model random effect H
1  :
Model fixed effect Sebagai  dasar  penolakan  H
maka  digunakan  Statistik  Hausman  dan membandingkannya  dengan  Chi-Square.  Statistik  Hausman  dirumuskan  sebagai
berikut: M = β - b M
-M
1 -1
β – b ~X
2
K ................................................................10 Dimana:
β : Vektor statistik variabel fixed effect,
b : Vektor statistik variabel random effect,
M : Matriks kovarians untuk dugaan random effect.
Jika  nilai  M  hasil  pengujian  lebih  besar  dari  x
2
-tabel,  maka  cukup melakukan  penolakan  terhadap  hipotesa  nol  sehingga  model  terbaik  yang  dapat
digunakan adalah model fixed effect, dan begitu pula sebaliknya.
3. Uji F-statistic
Uji F-statistic dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen atau independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau dependen.
Adapun  langkah-langkah  untuk  menguji  hipotesis  dengan  distribusi  F  adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis.
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0 H1 : minimal ada satu slope β yang ≠ 0
2. Menentukan taraf nyata α atau derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1, 5, 10
3. Menentukan uji statistik seperti yang disajikan di bawah ini. F hitung =
dfs dfr
⁄
………………………………………………11 dimana :
RSS = jumlah kuadrat regresi, ESS = jumlah kuadrat error,
dfr = derajat bebas regresi, dfs = derajat bebas error.
4.  Penentuan  kriteria  uji.  H0  ditolak  apabila  Fhitung    Ftabel  dengan  derajat bebas pembilang = DF
regression
= v1 = k, dan derajat bebas penyebut = DF
Error
= v2  =  n-k-
1  atau       α,  artinya  semua  variabel  independen  secara  bersama- sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
4. Uji t- statistic
Uji  t  pada  dasarnya  menunjukkan  seberapa  jauh  pengaruh  satu  variabel independen  secara  individual  dalam  menerangkan  variasi  variabel  dependen.
Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual. Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis.
Ho : βi = 0, artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen
Ha  :  βi  ≠  0,  artinya  variabel  independen  merupakan  penjelas  yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Menentukan taraf nyata α atau derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1, 5, 10.
3. Menentukan uji statistik seperti yang disajikan di bawah ini. ⁄
…………………………………………………12 dimana :
Sd b1 = simpangan baku dari parameter dugaan, b1 = parameter dugaan.
4. Penentuan kriteria uji. H0 ditolak apabila |thitung| t α  2; n– k-1 atau    α,
artinya ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
5. R -Squared R
2
Kesesuaian  model  dihitung  dengan  nilai  koefisien  determinasi  R2  yang bertujuan  untuk  mengukur  keragaman  variabel  independen  yang  dapat
diterangkan  oleh  variabel  dependen.  R
2
menunjukkan  besarnya  pengaruh  semua variabel independen terhadap variabel dependen.
⁄ …………………………….…………………………..13
dimana : RSS = jumlah kuadrat regresi,
TSS = jumlah kuadrat total.
Selang  R
2
yang digunakan adalah 0 ≤
2
≤ 1.
2
=  1  berarti  100  persen variasi  dalam  variabel  dependen  dapat  dijelaskan  oleh  variabel-variabel
independennya.  Sedangkan  R
2
=  0  berarti  tidak  satupun  variabel  dependen tidakdapat dijelaskan oleh variabel- variabel independennya.
Pengujian Asumsi Model
Dalam permasalahan analisis regresi termasuk panel data sering ditemukan masalah yang perlu dilakukan pengujian klasik, antara lain pengujian normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
1. Normalitas
Uji  normalitas  ditujukan  untuk  mengetahui  apakah  nilai  residual terdistribusi  normal  atau  tidak.  Model  regresi  yang  baik  adalah  model  yang
memiliki  nilai  residual  yang  terdistribusi  normal.  Sehingga  uji  normalitas  bukan dilakukan  pada  masing-masing  variabel  tetapi  pada  nilai  residualnya.  Dalam
penerapan OLS untuk regresi linier klasik, diasumsikan bahwa distribusi residual memiliki  nilai  rata-rata  yang  diharapkan  sama  dengan  nol,  tidak  berkorelasi  dan
mempunyai varian yang konstan. Dengan asumsi ini OLS estimator atau penaksir
akan memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan seperti unbiased dan memiliki varian yang minimum.
Ada beberapa uji untuk mengetahui normal atau tidaknya nilai residual antara lain dengan  menggunakan  Jarque-Bera  test  atau  J-B  test.  Uji  ini  menggunakan  hasil
estiminasi  residual  dan  chisquare  probability  distribution.  Statistik  uji  J-B  test dapat dilihat dibawah ini Gujarati 2006.