3. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Dalam prakteknya banyak biaya-biaya yang tidak dapat
digolongkan ke dalam biaya variabel maupun biaya tetap, karena biaya tersebut mengandung unsur biaya langsung dan biaya tetap. Biaya semivariabel jumlahnya
akan semakin tinggi apabila volume kegiatan semakin tinggi, dan semakin rendah jumlahnya apabila volume kegiatan semakin rendah. Akan tetapi perubahan jumah
biayanya tidak proposional dengan perubahan volume kegiatan. Contoh dari biaya semivariabel adalah biaya perbaikan dan perawatan mesin, biaya pemakaian dan
perawatan kendaraan dan biaya telepon.
2.1.4 Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Untuk merencanakan, menganalisa, mengendalikan, mengukur, atau mengevaluasi biaya dalam berbagai kegiatan harus dilakukan pemisahan terhadap biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya-biaya yang sepenuhnya tetap atau sepenuhnya variabel dalam proses kegiatan harus diketahui dan unsur tetap serta variabel dari biaya semivariabel harus
dipisahkan . pemisahan biaya tetap dan biaya variabel bertujuan untuk Hongren,2000 : 1.
Perhitungan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu 2.
Penyusunan anggaran fleksibel 3.
Kalkulasi biaya langsung dan analisis margin kontribusi. 4.
Analisis impas dan analisis Cost Volume Profit 5.
Analisis biaya diferensial dan komparatif. 6.
Analisis atas maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya dalam jangka pendek 7.
Analisis penganggaran barang modal 8.
Analisis profitabilitas pemasaran per wilayah, produk, pelanggan. Karena itu untuk keperluan perhitungan analisis Cost Volume Profit maka biaya
semivariabel harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel
2.2. Cost Volume Profit Analysis
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, manajemen seringkali dihadaprkan pada perencanaan maupun pengambilan keputusan yang menyangkut harga jual, biaya variabel dan
biaya tetap. hal tersebut pada dasarnya dilakukan manajemen untuk memutuskan bagaimana
mendayagunakan sumber-sumber ekonomi sesuai dengan tujuan organisasi, diantaranya yaitu
untuk memperoleh laba. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil harus mempertimbangkan dampaknya terhadap laba yang akan diperoleh.
Cost Volume Profit atau CVP menurut Horngren 2000 adalah cost volume profit analysis examine the behavior of total revenues, total cost and operating income as changes
occur in the output level, selling price, variabel cost per unit or fixed cost. Berdasarkan pengertian tersebut CVP dapat didefinisikan sebagai teknik untuk menghitung dampak
perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Analisis CVP memperlihatkan bagaimana total biaya berubah jika ada perubahan volume penjualan, bagaimana total pendapatan dapat dipengaruhi jika ada perubahan pada volume
penjualan serta memperlihatkan bagaimana biaya dan pendapatan sekaligus dipengaruhi dengan adanya perubahan pada volume penjualan yang pada akhirnya menunjukkan bagaimana laba
dipengaruhi dengan adanya perubahan volume penjualan. Analisis CVP secara sederhana sering diimplementasikan dalam bentuk Break Even Point Analysis atau sering disebut dengan istilah
BEP, namun hal tersebut masih kurang tepat karena BEP merupakan salah satu bagian dari analisis CVP.
2.3. Break Even Point Analysis BEP
Menurut Hansen and Mowen 2000 break even point didefinisikan sebagai berikut the break even point is the point where total revenue equal total cost, the point of zero profit. BEP
disebut juga sebagai keadaan titik impas yaitu keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak mendapatkan kerugian, keadaan demikian sering disebut dengan istilah zero profit.
Dapat disimpulkan bahwa BEP merupakan titik impas keadaan suatu usaha dimana jumlah total pendapatan sama dengan jumlah total biaya, dimana laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja sehingga tidak memperoleh laba atau rugi. Maka dari titik impas dapat dihitung berapa volume penjualan minimum yang harus dicapai perusahaan
agar tidak rugi tetapi belum juga memperoleh laba atau laba sama dengan nol. Tiga pendekatan untuk menentukan break even point yaitu :
1. Pendekatan Persamaan atau Equation Method
Analisis CVP dengan menggunakan metode ini yaitu dengan cara memisahkan biaya total menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel.
Persamaan yang digunakan adalah :
Revenue – Variabel Cost – Fixed Cost = 0 ……………….. 1
2. Pendekatan Margin Kontribusi atau Contribution Margin Method
Margin kontribusi adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah dikurangi biaya variabel. Margin kontribusi per unit dapat diperoleh dari harga jual per unit dikurangi
biaya variabel per unit, jadi margin kontribusi per unit adalah sisa hasil penjualan setelah menutup biaya variabel yang disumbangkan untuk menutup biaya tetap.
Persamaan yang digunakan adalah : Margin kontribusi = Pendapatan Penjualan
– Biaya variable………2 Menurut Hansen and Mowen the contribution margin ratio is the proportion of each
sales dollar available to cover fixed and provide for profit. Dapat diartikan bahwa rasio margin kontribusi menunjukkan proporsi dari setiap penjualan atau rupiah yang
mampu menutup biaya tetap serta menghasilkan laba.
.............................. 3
Untuk mendapatkan BEP dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
………………………………… 4
Sedangkan titik BEP dalam rupiah dapat ditentukan dengan cara :
……………………………………
……………………………………
……………….……………………….
Persamaan laba yang digunakan diatas dapat dikembangkan untuk mengetahui beberapa unit produk yang harus dijual untuk memperolah laba yang dinginkan, sehingga
diperoleh persamaan sebagai berikut : ……………………
……………………
3. Pendekatan Grafik atau Graph Method
Pada pendekatan ini perhitungan BEP ditampilkan dalam bentuk grafik, yaitu mempertemukan garis penjualan dengan garis biaya. Titik perpotongan pada garis
tersebut menunjukkan titik break even. Dalam penyusunan break even informasi yang diperlukan adalah hasil penjualan per unitnya dalam harga, biaya variabel dan biaya
tetap.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Ka Nung Bakery adalah salah satu UKM yang memiliki tujuan untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang maksimal. Ka Nung Bakery memproduksi makanan berupa roti dan
makanan timur tengah lainnya, produk dari Ka Nung Bakery antara lain roti konde, roti konde kacang hijau, martabak mesir, kulit pastry, dan asyidah. Kelima produk tersebut masih ada yang
kurang dalam penjualannya sehingga tidak memberikan keuntungan yang maksimal kepada Ka Nung Bakery. Dari kelima produk tersebut akan dianalisa mengenai laba atau keuntungan yang
dapat diperoleh oleh Ka Nung Bakery, hal ini karena Ka Nung Bakery merupakan usaha yang memiliki tujuan untuk mengedepankan laba yang maksimal dan meningkatkan penjualan untuk
setiap produk yang diproduksinya. Target laba yang telah ditetapkan oleh Ka Nung Bakery untuk kelima produk tersebut
adalah sebanyak 50 persen dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi kelima produk tersebut dan selama ini pemilik Ka Nung Bakery belum merasakan apakah penjualan dari kelima
produk tersebut telah memberikan keuntungan atau justru merugi. Perhitungan mengenai target laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, volume penjualan dan harga jual. Biaya yang
dikeluarkan oleh Ka Nung Bakery akan menjadi penentu untuk harga jual kelima produk tersebut, artinya jika biaya yang dikeluarkan oleh Ka Nung Bakery tersebut tinggi maka secara
otomatis harga jual untuk setiap produknya akan ikut tinggi. Harga jual untuk setiap produk yang diproduksi oleh Ka Nung Bakery akan berpengaruh
terhadap volume penjualan dari produk-produk tersebut. Volume penjualan ini dapat dilihat berdasarkan volume penjualan per produk dan margin kontribusi per poduk. Biaya yang
dikeluarkan untuk setiap produk akan menghasilkan total biaya secara keseluruhan yang dilihat dari biaya tetap, semi variabel dan variabel, sedangkan dari volume penjualan dan harga jual
akan menghasilkan total pendapatan yang didapatkan oleh Ka Nung Bakery dari setiap produk yang terjual.
Total biaya dan total pendapatan yang dihasilkan, dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan yang akan datang dalam memperoleh laba. Perhitungan mengenai hubungan antara
biaya, volume penjualan dan harga jual dapat dihitung dengan menggunakan break even point atau titik impas yaitu dimana penjualan akan sama dengan total biaya, dengan perhitungan titik
impas akan terlihat bahwa Ka Nung Bakery mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Dengan melihat titik impas pada Ka Nung Bakery, maka selanjutnya dapat dilakukan analisis
cost volume profit sehingga dapat diambil keputusan yang terbaik dalam pencapaian laba yang optimal, yaitu mengenai kebijakan harga dan volume penjualan yang harus dicapai oleh Ka Nung
Bakery. Kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam bagan berikut ini.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Harga Jual Ka Nung Bakery
Target Laba
Biaya Volume Penjualan
Tetap Variabel
Volume Penjualan per produk
Margin Kontribusi per Produk
Total Biaya Total Pendapatan
Cost Volume Profit
Hasil CVP
Rekomendasi Jenis Produk
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.