Kajian terhadap Perencanaan Pencapaian Laba dengan Metode Cost-Volume-Profit Analysis pada PD. Alam Lestari (Maureen) di Tasikmalaya

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2007 jumlah UKM di indonesia mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Tentu saja semakin meningkatnya perkembangan UKM, persaingan antar badan usaha pun semakin ketat. Ketatnya persaingan justru mendorong setiap badan usaha untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola usahanya, sehingga usahanya tetap bertahan di tengah persaingan yang ada.

Semakin banyaknya UKM di Indonesia, persaingan semakin ketat dalam berlomba-lomba mendapatkan laba setinggi-tingginya. Hal yang sering dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan oleh suatu badan usaha adalah laba atau yang didapatkan oleh perusahaan tersebut. Begitu pula bagi banyak Usaha Kecil Menengah (UKM), laba menjadi tolak ukur suatu keberhasilan dalam menjual produknya. Sebagian besar perusahaan memang berorientasi untuk mencari laba atau keuntungan sebesar-besarnya. Semakin banyaknya laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan, maka perusahaan mampu bertahan dalam kelangsungan perusahaannya bahkan mampu bersaing dalam usahanya. Sangat diperlukan manajemen yang baik agar dapat bersaing dan memperoleh laba yang maksimal, salah satunya dengan cara mengendalikan dua faktor yang mempengaruhi laba, yaitu pendapatan dan biaya.

PD. Alam Lestari merupakan salah satu UKM yang ada di Tasikmalaya yang bergerak di bidang makanan berupa susu bubuk kedelai, serbuk kunyit instan, dan bawang merah goreng. Sama halnya dengan UKM lainnya, PD. Alam Lestari menghadapi persaingan dengan UKM lainnya dalam perolehan laba dan terus berusaha dalam menjaga stabilitas penjualan produknya. Selain PD. Alam Lestari, ada beberapa UKM lainnya di Tasikmalaya yang menjadi pesaingnya seperti yang disajikan pada Tabel 1.


(2)

2

Tabel 1. UKM Susu Bubuk Kedelai yang Ada di Tasikmalaya

No. Merek Susu Serbuk Kedelai Alamat

1. DNA Tasikmalaya

2. Qashmir Singaparna-Tasikmalaya

3. Sari Kedelai Bantarsari-Tasikmalaya

Sumber: Literatur Usaha Susu Serbuk Kedelai di Tasikmalaya, 2010

Awalnya perusahaan ini hanya memproduksi satu jenis produk saja, yaitu susu bubuk kedelai, tetapi semenjak bulan Mei 2011 perusahaan ini menambah dua jenis produk lainnya dikarenakan adanya penurunan penjualan susu bubuk kedelai setiap tahunnya dan semakin ketatnya persaingan. Pada Tabel 2 disajikan penurunan penjualan susu bubuk kedelai dari tahun 2006 hingga 2010.

Tabel 2. Data Jumlah Penjualan Susu Bubuk Kedelai Maureen Tahun 2006-2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah (unit) 110.000 116.500 101.500 63.000 57.000 Sumber: Data Perusahaan

Setelah mengalami penurunan penjualan hingga tahun 2010, PD. Alam Lestari mengurangi jumlah produksi susu bubuk kedelai dan mulai memproduksi serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng sebagai cara mempertahankan eksistensinya dalam dunia usaha dan perolehan labanya. Pada Tabel 2 disajikan penjualan dari bulan Mei hingga bulan September 2011 setelah menambah dua jenis produknya.

Tabel 3. Data Penjualan Bulan Mei-September 2011

Bulan

Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan Bawang Merah Goreng Total SBK 300 gram SBK 200 gram

kotak kotak kotak Kotak kotak

Mei 500 250 400 700 1850

Juni 500 250 600 900 2250

Juli 500 250 700 1100 2550

Agustus 500 250 650 1000 2400

September 500 250 600 900 2250

Sumber: Data Perusahaan

Berdasarkan Tabel 3 dapat terlihat bahwa penjualan susu bubuk kedelai tetap sama setiap bulannya, sedangkan untuk produk lainnya yaitu serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng mengalami turun naik dalam penjualannya.


(3)

3

Secara keseluruhan total penjualan mengalami peningkatan hingga bulan Juli, tetapi mengalami penurunan kembali hingga bulan September 2011.

Selama ini perusahaan tidak mengetahui volume penjualan yang harus terjual agar perusahaan berada dalam kondisi impas maupun penjualannya mencapai target laba yang diinginkan oleh PD. Alam Lestari, karena perusahaan belum pernah menerapkan analisis perhitungan biaya, volume, dan laba. Analisis Cost Volume Profit (CVP) merupakan alat analisis untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu pihak perusahaan dalam merencanakan laba jangka pendek, selain itu dengan analisis CVP PD. Alam Lestari dapat mengetahui produk mana yang memberikan keuntungan terbesar dan keuntungan terkecil. Hasil analisis CVP akan memberikan alternatif penjualan yang terbaik yang akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba UKM tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan menambah produk baru yang diproduksi oleh PD. Alam Lestari sejak bulan Mei 2011, maka PD. Alam Lestari perlu merencanakan lebih matang lagi mengenai kebijakan dalam menghitung biaya, volume, dan laba untuk masing-masing produknya. Data biaya operasional dan data penjualan yang dipergunakan adalah dari bulan Mei 2011-September 2011. Data ini digunakan untuk melihat perkembangan titik impas, perolehan laba perusahaan, margin kontribusi, dan melihat tren yang ada di perusahaan dan selanjutnya diperoleh strategi yang sesuai untuk pencapaian laba bulan Oktober 2011. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode bulan Mei-September 2011.

2. Bagaimana pertumbuhan penjualan produk, laba perusahaan, margin kontribusi, dan titik impas selama periode bulan Mei-September 2011.

3. Sejauh mana CVP analysis dapat diterapkan pada PD. Alam Lestari untuk periode bulan Oktober 2011, berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan masing-masing produk yang terjadi selama bulan Mei-September 2011.


(4)

4

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah:

1. Mengetahui dan mengidentifikasi biaya-biaya operasional yang terjadi pada PD. Alam Lestari selama periode bulan Mei sampai September 2011.

2. Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk, laba perusahaan, margin kontribusi, dan titik impas selama periode bulan Mei-September 2011. 3. Menganalisa penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan

pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode bulan Mei sampai September 2011.

1.4 Manfaat

1. Bagi Perusahaan terutama PD. Alam Lestari, diharapkan dapat memberikan masukan dalam usaha meningkatkan kualitas dalam perencanaan dan menerapkan kebijakan dalam penerapan biaya serta pengawasan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh produk, harga jual, dan volume penjualan, sehingga akhirnya dapat bermanfaat dalam menetapkan margin laba.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dan bahan rujukan bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lain yang lebih mendalam terutama yang berkaitan dengan cost-volume-profit.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya mencakup data keuangan PD. Alam Lestari selama peroide bulan Mei-September 2011, yaitu berupa biaya variabel dan biaya tetap serta data penjualan. Analisis yang digunakan adalah analisis Cost-Volume-Profit (CVP) dengan menggunakan alat analisis Breakeven Point Multiple Product (titik impas) karena PD. Alam lestari memproduksi lebih dari satu jenis produk, yaitu Susu Bubuk kedelai, Serbuk Kunyit Instan, dan Bawang Merah Goreng.


(5)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biaya

Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono, 2007). Menurut Mulyadi (2005) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang,

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

Biaya adalah nilai kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan memberikan keuntungan pada perusahaan baik saat ini maupun saat yang akan datang, kesimpulannnya bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan atau penyerahan sumberdaya, guna mendapatkan keuntungan baik di masa sekarang ataupun keuntungan di masa yang akan datang (Hansen dan mowen, 2000). Suatu biaya (seperti bahan langsung atau iklan) biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa (Horngren et al., 2008).

2.1.1 Penggolongan Biaya

Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut (Mulyadi, 2005). Biaya dapat digolongkan menurut:

1. Objek Pengeluaran

Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.


(6)

6 2. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga jenis fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

a. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contonya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran dan biaya contoh.

c. Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, dan biaya fotocopy.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

a. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Menurut Horngren et al. (2008), Biaya langsung dari objek biaya berkaitan dengan objek biaya tertentu dan dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya). Menurut Mulyadi (2005), Biaya produksi langsung terdiri dari, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.


(7)

7 b. Biaya tidak langsung

Merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu. Menurut Horngren et al. (2008), biaya tidak langsung dari objek biaya berkaitan dengan objek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomis (efektif-biaya).

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi,

a. Biaya variabel

Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel, adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya semivariabel

Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya semifixed

Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

5. Jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat menjadi dua, yaitu: a. Pengeluaran modal

Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai cost aktiva dan dibebabankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, dan dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva


(8)

8

tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.

b. Pengeluaran pendapatan

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan, antara lain biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

2.1.2 Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Menurut Horngren et al. (2000), pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dilakukan untuk merencanakan, menganalisa, mengendalikan, mengukur, atau mengevaluasi biaya dalam berbagai kegiatan. Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel bertujuan untuk,

1. Perhitungan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu 2. Penyusunan anggaran fleksibel

3. Kalkulasi biaya langsung dan analisa margin kontribusi 4. Analisa impas dan analisis Cost-Volume-Profit

5. Analisis biaya diferensial dan komparatif

6. Analisis atas maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya dalam jangka pendek 7. Analisis penganggaran barang modal

8. Analisis profitabilitas pemasaran per wilayah, produk, dan pelanggan

Biaya semivariabel harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel untuk perhitungan analisis Cost-Volume-Profit.

2.2 Laba

Rugi dan Laba merupakan hasil dari proses mempertemukan secara wajar antara semua penghasilan dengan semua biaya dalam periode akuntansi yang sama, apabila semua penghasilan lebih besar dibandingkan biaya, maka selisihnya adalah laba bersih dan apabila semua penghasilan lebih kecil dibandingkan semua biaya, selisihnya adalah rugi bersih (Supriyono, 2007). Menurut Dealin and Maher (1991) perhitungan laba dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.


(9)

9

……….(1)

2.3 Cost-Volume-Profit Analysis

Horngren et al. (2008) menyatakan, bahwa analisis biaya-volume-laba (Cost-Volume-Profit Analysis/ CVP) menguji perilaku pendapatan total, biaya total, da laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel per unit, atau biaya tetap produk. Analisis CVP dipakai untuk menentukan berapa banyak unit produk baru yang harus dijual agar mencapai titik impas. Menurut Horngren et al. (2008) the managers of profit seeking organizations usually study the effect of output volume revenue (sales), expense (cost) and net income (net profit). This study is commonly called Cost-Volume-profit (CVP) analysis.

Analisis CVP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melakukan kegiatan perencanaan, yaitu sebagai suatu teknik analisa yang dapat menghubungkan variabel-variabel yang terdiri dari biaya dan volume kegiatan dengan tingkat laba perusahaan. CVP Analysis help managers understand the interrelationship between cost, volume and profit, it is a vital tool in many business decisions. These decisions includes, for examples, what products to many facture or sell, what pricing policy to follow, what marketing strategy to employ and what type of productive facilities to aquire (Garrison et al., 2000). Analisis CVP menyajikan informasi kepada manajemen mengenai dampak perubahan biaya, pendapatan, volume, dan bauran produk terhadap laba (Rayburn, 1999).

2.3.1 Breakeven Point Analysis

Titik impas (Breakeven Point) adalah volume penjualan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Meskipun analisis impas merupakan konsep statis, namun penerapannya pada situasi yang dinamis akan membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan operasi (Rayburn, 1999). Menurut Garrison dan Norrine (2000), Breakeven point is the point where the total revenue equals total cost and as the point where total contribution margin equal total fixed costs.

Breakeven Point Analysis untuk multiple product dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(10)

10

…………...(2)

2.3.2 Marjin Kontribusi

Marjin kontribusi (contribution margin/CM) adalah hasil penjualan dikurangi semua beban variabel untuk produksi, pemasaran, dan administrasi. Margin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per unit, atau sebagai presentase (Rayburn, 1999). Menurut Hansen dan Mowen (2000), marjin kontribusi per unit dapat diperoleh dari harga jual per unit dikurangi biaya variabel per unit, jadi marjin kontribusi per unit adalah sisa hasil penjualan setelah menutup biaya variabel yang disumbangkan untuk menutup biaya tetap.

………....(3) Marjin kontribusi per unit merupakan alat yang sangat berguna untuk menghitung marjin kontribusi dan laba operasi.

………….(4) ...(5) Di samping menggambarkan marjin kontribusi dalam nilai uang per unit, dapat digambarkan pula ke dalam bentuk persentase. Presentase Marjin Kontribusi (yang juga disebut rasio marjin kontribusi) adalah marjin kontribusi per unit dibagi dengan harga jual.

……….………….…………..(6) Sehingga untuk mendapatkan BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

……….………...(7)


(11)

11

………..….(9)

2.3.3 Bauran Penjualan (Sales Mix)

Bauran penjualan adalah kuantitas berbagai produk yang mewakili unit penjualan total perusahaan (Horngren et al., 2008). Berbeda dengan situasi yang hanya memiliki satu produk, jumlah unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas pada perusahaan multiproduk tergantung pada bauran penjualan. Untuk menghitung titik impas, dapat dihitung dengan marjin kontribusi rata-rata tertimbang (Weighted Average Unit Contribution Margin/ WACM). Rumus yang dapat digunakan yaitu:

...……….…..(10) Kemudian, dapat dihitung Breakeven sales in total units untuk menghitung titik impas dalam bentuk jumlah unit produksi dengan rumus sebagai berikut:

………..(11)

Selain itu, dapat juga menghitung titik impas pendapatan untuk kasus multi produk dengan menggunakan persentase margin kontribusi rata-rata tertimbang.

……….….…...(12)

………….…(13)

2.4 Usaha Kecil Menengah

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang


(12)

12

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Menengah, menyatakan bahwa ada beberapa kriteria untuk Usaha Kecil Menengah.

(1) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

2.5 Analisis Trend

Menurut Harahap (2004) analisis trend merupakan analisis untuk melihat kecenderungan, perkembangan perusahaan selama periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang. Analisis trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun maupun tetap. Teknik analisis ini biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa itu ke masa berikutnya. Berdasarkan data historis itu dicoba melihat kecenderungan yang mungkin akan muncul dimasa yang akan datang.

Analisis trend ini bermanfaat untuk menilai situasi “tren” perusahaan yang telah lalu serta dapat memprediksi tren perusahaan dimasa yang akan datang berdasarkan garis tren yang sudah terjadi.


(13)

13

Untuk melakukan analisis time series berindeks (utk hal2 tertentu bisa dipakai dalam teknis tren) ini,kita dapat melakukannya melalui:

1. metode statistik dengan cara menghitung garis tren dari laporan keuangan beberapa periode

2. menggunakan angka indeks

Langkah-langkah untuk melakukan analisis tren berindeks ini adalah:

1. Menentukan tahun dasar. Tahun dasar ini ditentukan dengan melihat arti suatu tahun bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau reorganisasi, dan tahun bersejarah lainnya. Pos-pos laporan keuangan tahun dasar dicatat sebagai indeks 100.

2. Menghitung angk indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka pos laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut.

3. Memprediksi kecenderungan yang mungkin bakal terjadi berdasarkan arah dari kecenderungan historis pos laporan keuangan yang dianalisis.

4. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan itu.

Ada beberapa metode forecasting yang memperhatikan adanya trend, seperti metode Holt, atau time series decomposition, metode regresi juga pada prinsipnya juga sebuah persamaan ttrend, dengan tanda positif atau negative sebagai petunjuk trend data yang menaik dan menurun (Santoso, 2009).

Pada dasarnya akan dipilih sebuah bentuk trend yang mempunyai kesalahan peramalan terkecil. Ada beberapa persamaan trend untuk dapat membuat peramalan data di masa mendatang dengan mengggunakan aplikasi Minitab.

1. Model Trend Linier

Model trend yang berbentuk linier (garis lurus). 2. Model Trend Quadratic

Model trend kuadrat tidak berbentuk linier (garis Lurus), namun berbentuk lengkung.

3. Model trend Exponential Growth

Model trend pertumbuhan secara eksponensial akan membentuk pola data secara eksponensial (pangkat)


(14)

14 4. Model Trend S-Curve

Model trend pertumbuhan secara ekponensial akan membentuk pola data dengan model seperti huruf “S”

Menurut Santoso (2009) menghitung kesalahan peramalan sering pula disebut dengan menghitung ketepatan pengukuran. Dalam praktek ada beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk menghitung kesalahan prediksi:

- MAPE (Mean Absolute Persentage Error) - MAD (Mean Absolute Deviation)

- MSD/MSE (Mean Squared Deviation/ Mean Squared Error)

Minitab dan sejumlah besar software menggunakan ketiga ukuran kesalahan prediksi popular ini.baik minitab atau software forecasting lainnya hanya mencantumkan nilai ketiga tersebut berasal. Namun baik pengukuran dilakukan MAD, MSD, atau MAPE, kriteria digunakan sederhana, semakin kecil nilai ketiga alat ukur trsebut makin baik metode forecasting yang digunakan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Dalam Laporan Anastasia Renny F (2006) yang berjudul “Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba tahun 2006 pada PT. X” , menjelaskan bahwa Perencanaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan karena merupakan tahap awal dari kesuksesan suatu perusahaan. Salah satu perencanaan yang paling penting adalah perencanaan laba, karena laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan, diantaranya adalah faktor besarnya biaya yang dikeluarkan, harga jual dan juga besarnya volume penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Kaitan yang erat antara biaya, volume penjualan dan besarnya laba perusahaan sering disebut analisis biaya volume- laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis, dan salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah metode titik impas (Break Even Point Analysis). Dari laporannya total biaya operasional tiap tahunnya berbeda-beda sehingga nilai BEP nya pun ikut berberbeda-beda. Agar perusahaan mencapai nilai BEP, maka dilakukan analisis CVP, dengan alternative menaikkan harga jual produk, meningkatkan volume penjualan, dan menaikkan volume penjualan.


(15)

15

Alternatif ini dapat memberikan pertimbangan dalam penetapan strategi penjualan untuk tahun periode 2007.

Dalam Laporan Wury Wulansari (2011) dengan judul “Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Ka Nung Bakery” menjelaskan bahwa, dengan CVP dapat diketahui jenis produk mana yang dapat memberikan keuntungan terbesar dan keuntungan terkecil dari beberapa jenis produk yang dijual. Selain itu, Ka Nung Bakery masih berada di atas titik impas selama peiode Desember 2010, sehingga Ka Nung Bakery mengalami keuntungan.

Suliani Tandrayuana (2003) “Penerapan cost volume profit dalam pengambilan keputusan mengenai titik impas dan produk yang menguntungkan pada PT. "X" di Jakarta menjelaskan, PT. X mengalami kesulitan untuk mengetahui volume penjualan yang harus terjual agar tidak mengalami kerugian dan mengetahui produk yang mendatangkan keuntungan terbesar dan terkecil. Dengan demikian PT. X merasa perlunya alat bantu yang dapat memberi informasi yang tepat dalam pengambilan keputusan. Analisa cost, volume, profit (CVP) adalah analisa untuk pengambilan keputusan yang menekankan hubungan antara biaya, unit yang terjual dan harga jual. Dengan analisa CVP diketahui volume penjualan yang harus terjual agar mencapai keadaan impas dan produk yang mendatangkan keuntungan terbesar dan terkecil di PT. X di Jakarta tersebut.


(16)

16

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

PD. Alam Lestari adalah salah satu UKM di Tasikmalaya yang memproduksi susu bubuk sari kedelai, serbuk kunyit, dan bawang merah goreng dengan merk Maureen. Memiliki tujuan mendapatkan laba yang maksimal, PD. Alam Lestari akhirnya memproduksi tiga jenis produk yang sebelumnya hanya memproduksi satu produk saja, yaitu serbuk kedelai.

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah besarnya laba yang bisa diperolehnya. PD. Alam Lestari yang awalnya hanya memproduksi serbuk kedelai menjadi tiga produk yang diproduksi membuat UKM ini harus lebih memperhatikan tiga faktor dalam menentukan besarnya laba, yaitu biaya, harga jual produk, dan besarnya volume penjualan.

Biaya, harga jual produk, dan besarnya volume penjualan saling berkaitan satu sama lain. Jika biaya untuk memproduksi tinggi, maka harga jual akan ikut tinggi. Dengan harga jual yang tinggi, perusahaan pun akan menghasilkan laba yang tinggi, namun perlu berhati-hati dalam menetapkan harga jual. Harga jual akan mempengaruhi volume penjualan, dengan harga jual yang tinggi kemungkinan konsumen berpikir ulang dalam membelinya, sehingga volume penjualan pun akan sedikit.

Ketika UKM ini memiliki lebih dari satu produk, pemilik akan dihadapkan pada pilihan komposisi produk yang akan dijual untuk mendapatkan laba maksimum. Perlu adanya perencanaan dalam merumuskan hubungan antara biaya, volume penjualan, dan harga jual, agar UKM PD. Alam Lestari memperoleh laba setinggi-tingginya.

Salah satu cara untuk membantu UKM PD. Alam Lestari yaitu dengan menggunakan metode Breakeven Point ( Titik Impas) untuk multiple product dalam merencanakan dan mengendalikan operasi yang berhubungan dengan biaya, volume penjualan, dan harga jual. Setelah melihat titik impas, selanjutnya dapat melakukan analisis Cost-Volume- Profit (CVP) untuk mengambil keputusan


(17)

17

terbaik dalam pencapaian laba yang optimal, yaitu mengenai kebijakan harga dan volume penjualan yang harus PD. Alam Lestari Capai. Kerangka pemikiran dapat disederhanakan dalam bagan berikut.


(18)

18

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian PD. Alam Lestari

Jenis Produk

Biaya Volume Harga Jual

Variabel

Tetap Marjin Kontribusi

Per Produk Volume Penjualan

Per Produk

Total Biaya

Total Pendapatan

Breakeven Point (BEP) Multiple Product

Analisis CVP


(19)

19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PD. Alam Lestari yang memproduksi susu bubuk sari kedelai, bubuk kunyit, dan bawang merah goreng. Perusahaan UKM ini bertempat di Jl. Asrama Nyantong RT 009 RW 007 Tasikmalaya Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai bulan Oktober 2011 sampai bulan Desember 2011.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik PD. Alam Lesatari. Data dan infromasi yang diperoleh dari data sekunder berupa laporan keuangan yang berisi rincian biaya operasional dan pendapatan PD. Alam Lestari periode bulan Mei September 2011 serta anggaran biaya dan penjualan bulan Oktober 2011..

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data biaya operasional yang mencakup biaya variable, biaya tetap dan data penjualan. Data kualitatif berupa keterangan-keterangan dan penjelasan.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengolahan data yang diperoleh, yaitu:

1. Menganalisis laporan biaya-biaya operasional perusahaan yang terjadi bulan September 2011, serta besarnya jumlah penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tersebut.

2. Memisahkan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya variabel. Untuk biaya semivariabel, harus dilakukan pemisahan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan alat statistik berupa model persamaan regresi linier sederhana, berupa least squares method.

3. Membuat analisis breakeven point berdasarkan data penjualan dan biaya-biaya tetap maupun variabel, sehingga dapat menghasilkan gambaran titik dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun mengalami kerugian.


(20)

20

4. Membuat analisis CVP berdasarkan anggaran biaya dan penjualan Bulan September 2011.

Metode analisis data yang digunakan, adalah:

Breakeven Point Analysis pada Persamaan (1) untuk menghitung titik impas dalam jumlah. Sebelum pada persamaan (1), terlebih dahulu menghitung Marjin kontribusi per unit (Persamaan 3) dan hitung marjin kontribusi rata-rata (Persamaan 9).

Cost- Volume- Profit Analysis yang akan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan laba atau untuk mencapai titik BEP. Analisis CVP yang dilakukan, adalah:

1. Menurunkan biaya variabel per unit (VCu) 2. Menurunkan biaya tetap (FC)

3. Menaikkan harga jual (P)

4. Menaikkan volume penjualan (Q)

Dari beberapa hasil analisis CVP yang sudah dilakukan, maka akan dipilih cara mana yang dianggap paling rasional dan sesuai yang dapat dilakukan oleh PD. Alam Lestari sesuai dengan kondisi perusahaan dan kondisi pasar yang ada.

Trend Analysis, dilakukan bertujuan untuk melihat perkembangan penjualan, laba, titik impas selama bulan Mei hingga September 2011, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk analisis CVP periode selanjutnya.


(21)

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PD. Alam Lestari 4.1.1 Sejarah Perkembangan PD. Alam Lestari

PD. Alam Lestari adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) produsen susu bubuk kedelai yang diproduksi secara manual, namun dikemas secara modern. PD. Alam Lestari didirikan pada Tanggal 16 Oktober 2000 di Tasikmalaya oleh Elisabeth Apoliana Maureen. Pada awal berdirinya perusahaan menjual susu kedelainya denga merek dagang “Mentari”. Beberapa tahun kemudian, baru diketahui ternyata merek dagang “Mentari” tersebut sudah ada yang menggunakan. Akhirnya PD. Alam Lestari memutuskan untuk mengganti merek susu kedelai bubuknya dengan merek dagang “Maureen”. Susu kedelai merek Maureen ini baru dipasarkan pada tahun 2006. Merek Maureen sendiri diturunkan dari nama pemilik perusahaan, sedangkan untuk nama perusahaan diberi nama Alam Lestari karena produk yang dipasarkan berasal dari alam dan diproses secara tradisional. Oleh karena itu, produk ini tidak ditambah dengan bahan pengawet dan rasa tambahan lainnya agar tetap alami, sehingga diharapkan lestari baik bagi perusahaannya maupun masyarakat yang mengkonsumsi susu kedelai ini.

Pada awal berdirinya, perusahaan memasarkan produk susu kedelainya di wilayah tasikmalaya saja, namun seiring perkembangan usaha kegiatan pemasaran PD. Alam Lestari diperbanyak ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Bandung, Ciamis, Purwokerto, Palembang, Jakarta, dan Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk memperluas usaha dan skala bisnis. Penjualan produk andalan PD. Alam Lestari ternyata tidak selamanya mengalami keuntungan, ketika menginjak tahun 2008 produk susu bubuk kedelai mengalami penurunan dan terus mengalami penurunan permintaan dari tahun ke tahun sampai tahun 2011, sehingga pemilik perusahaan memutuskan untuk memproduksi produk lain selain kedelai, untuk mengantisipasi penurunan pendapatan secara drastis. Akhirnya PD. Alam Lestari semenjak bulan Mei 2011 menambah produknya yaitu serbuk kunyit instan dan bawang goreng Sumenep hingga sekarang.


(22)

22

Saat ini PD. Alam Lestari telah bekerja sama dan aktif dalam organisasi Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) yang didirikan pada tahun 2005 sebagai suatu organisasi formal dibawah bimbingan Departemen Perindustrian Jawa Barat. Adapun jenis perizinan usaha yang dimiliki diantaranya adalah P.IRT dengan nomor 315327801162, Halal, SIUP, TDP, IUI, HKI, dan IG. Tergabungnya PD. Alam Lestari dalam organisasi semacam ini berfungsi sebagai wahana sosialisasi, mempermudah perolehan informasi dan sekaligus sebagai mekanisme control dari penipuan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

PD Alam Lestari termasuk kedalam kategori Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan klasifikasi perusahaan kecil, karena pada Tahun 2010 perusahaan dapat menghasilkan penjualannya sebesar Rp 855.000.000.

4.1.2 Struktur Organisasi

PD. Alam Lestari merupakan jenis perusahaan kecil yang belum memiliki struktur organisasi yang jelas. Secara keseluruhan perusahaan dipegang oleh pemilik. Perusahaan ini hanya terdiri dari pemilik dan tenaga kerja langsungnya, sehingga struktur organisasinya pun sangat sederhana.

Gambar 2.Struktur Organisasi PD. Alam Lestari

Pemilik mengerahkan tenaga kerja langsung dalam memproduksi setiap jenis produk yang dimiliki. Masing-masing jenis produk membutuhkan empat orang pegawai. Pemilik selalu memantau setiap melakukan kegiatan produksi.

4.1.3 Deskripsi Produk

PD. Alam Lestari mengeluarkan merek Maureen yang memiliki satu jenis produk, yaitu susu bubuk kedelai. Pada tahun 2011 tepatnya bulan Mei hingga

Pemilik PD. Alam Lestari

Produk

Bawang Merah Goreng Produk

Susu Bubuk Kedelai

Produk Serbuk Kunyit Instan

Tenaga Kerja Langsung

Tenaga Kerja Langsung

Tenaga Kerja Langsung


(23)

23

sekarang PD. Alam Lestari menambah dua produk baru yang ditawarkan, yaitu Serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng, sehingga ada tiga produk yang dipasarkan oleh PD. Alam Lestari. Berikut ini adalah paparan lebih jauh mengenai produk PD. Alam Lestari:

1. Susu Bubuk Kedelai Maureen

Susu bubuk kedelai merupakan minuman kesehatan instan dan praktis yang dibuat secara sederhana dengan konsep modern. Produk ini terbuat dari biji kedelai pilihan tanpa dicampur dengan bahan-bahan lainnya, sehingga kandungan protein dari susu bubuk kedelai sangat tinggi dan alami. Sebelum tahun 2011, susu bubuk kedelai dikemas 300 gram/kotak, namun setelah memasuki tahun 2011 kemasan yang dijual tidak hanya dalam ukuran 300 gram/kotak, tetapi adapula kemasan 200 gram/kotak.

2. Serbuk Kunyit Instan Maureen

Serbuk kunyit instan merupakan produk olahan dari kunyit dan gula aren. Sama halnya dengan serbuk kedelai, serbuk kunyit ini memiliki khasiat untuk kesehatan. Produk ini di proses secara sederhana, namun tetap higienis dan alami. Serbuk kunyit instan dijual dalam kemasan 200 gram/kotak.

3. Bawang Merah Goreng Maureen

Seperti bawang merah goreng lainnya, bawang merah goreng merek “Maureen” diolah secara sederhana, hanya dikemas secara modern, yaitu dikemas di dalam kotak ukuran 3 ons/kotak. Selain itu yang membedakan dengan bawang merah goreng lainnya, bawang merah ini tidak dicampur dengan tepung dan menggunakan bawang merah asli dari Sumenep yang berkualitas dengan rasa tidak pahit.

4.1.4 Proses Produksi

PD. Alam Lestari membuat produk-produknya dilakukan dengan proses yang sederhana, namun dikemas secara modern. Susu bubuk kedelai, Serbuk kunyit instan, dan bawang merah goreng diproses seluruhnya secara alami dan higienis dengan proses produksi setiap produk berbeda-beda. Dalam memproduksi setiap produknya memerlukan bahan baku, mesin sebagai alat produksi, dan pengemasan. Proses produksi tiap produk adalah sebagai berikut.


(24)

24 1. Susu Bubuk Kedelai

Cara pembuatan susu bubuk kedelai sangat mudah dan sederhana, tetapi karena produk yang akan dihasilkan sangat banyak maka proses pengolahannya sangat lama. Proses produksi dalam setiap bulannya dilakukan hanya satu kali produksi yang dapat menghabiskan waktu selama 2 hari. Proses pembuatan dimulai dari pukul 07.00 – 18.00 yang diawali dengan proses pemilihan biji kedelai sampai yang terakhir adalah pengemasan. Produksi tidak dilakukan setiap hari dan akan mulai beroperasi saat menginjak bulan berikutnya.

Proses pertama yang harus dilakukan adalah pemilihan kedelai yang dilakukan dengan cara ditampi, kedelai yang bagus adalah kedelai yang tidak pecah, kedelai yang pecah tidak digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian biji kedelai secara manual, agar kedelai yang diolah bersih, setelah itu dilanjutkan dengan penyaringan kedelai yang sudah dicuci dan ditiriskan dengan menggunakan baskom besar. Setelah ditiriskan, kedelai di sangan di dalam wajan besar tanpa menggunakan minyak goreng. Kedelai yang sudah disangan di tampi ulang dan membuang kulit-kulit kedelai yang terkelupas. Kedelai yang sudah melalui tahap tersebut langsung digiling denagn menggunakan mesin penggilingan, dengan hasil akhir kedelai yang tadinya berupa biji-bijian berubah menjadi bubuk kedelai. Kemudian bubuk kedelai di kemas sesuai ukuran, yaitu 300 gr/kotak dan 200 gr/kotak. Agar tahan lama, susu bubuk kedelai dibungkus dengan alumunium foil dan direkatkan oleh mesin perekat atau mesin sealer. Tahap akhir proses produksi susu bubuk kedelai adalah packaging, alumunium foil yang sudah diisi susu bubuk kedelai dimasukkan ke dalam dus-dus sesuai ukuran dan diberi label atau labeling. Pengemasan dilakukan setelah proses penggilingan yang dilakukan hingga sore hari dan dilanjutkan pada hari selanjutnya. Dalam satu kali produksi setiap bulannya menghasilkan 500 kotak ukuran 300 gram/kotak dan 250 kotak dalam ukuran 200 gram/kotak.

2. Serbuk Kunyit Instan

Pembuatan serbuk kunyit instan memerlukan bahan baku kunyit dan gula aren. Pembuatan serbuk kunyit instan yang dilakukan oleh PD. Alam Lestari dilakukan secara sederhana dan mudah pengerjaannya. Proses produksi serbuk kunyit instan dalam satu hari dimulai dari pukul 08.00-17.00. Produksi dapat


(25)

25

menghabiskan waktu selama 3 hari, hari kedua dan ketiga digunakan untuk proses pengemasan. Proses yang pertama adalah kunyit digiling dan dihancurkan dengan menggunakan mesin penggiling. Kemudian kunyit yang sudah hancur langsung dimasak dan dicampur langsung oleh gula aren, diaduk terus-menerus hingga kunyit yang sudah tercampur dengan gula aren mengering tanpa ada air yang menyisa. Setelah mengering, serbuk kunyit tersebut dimasukkan ke dalam alumunium foil dengan berat 200 gram dan dikemas ke dalam kotak yang sudah disediakan.

Dalam satu bulan, PD. Alam Lestari dapat memproduksi serbuk kunyit instan sebanyak 650 kotak untuk kemasan 200 gram/kotak. Pembuatan serbuk kunyit instan ini dapat menghabiskan 52 kg kunyit pilihan dan 78 kg gula aren. 3. Bawang Merah Goreng

Seperti pembuatan bawang goreng lainnya, PD. Alam Lestari membuat bawang merah goreng dengan cara digoreng hingga kering. Dalam satu bulan dapat menghasilkan 1.000 kotak dalam kemasan 300 gr/kotak. PD. Alam Lestari dapat menghabiskan 3 kuintal bawang merah goreng asli Sumenep. Sebelum digoreng, bawang merah dikupas terlebih dahulu dan dicuci hingga bersih, kemudian diiris tipis-tipis. Setelah diiris bawang merah digoreng dengan hingga kering kecoklatan. Dalam menggoreng 3 kwintal dapat menghabiskan 19 liter minyak goreng untuk untuk menggoreng bawang merah. Setelah digoreng, bawang merah ditiriskan hingga tidak ada lagi minyak yang tersisa, hal ini dilakukan agar bawang merah goreng tidak langu. Setelah kering, baru dicampur dengan garam, tetapi garam yang digunakan hanya sedikit saja. Setelah selesai semuanya bawang merah goreng langsung dikemas. Proses pembuatan bawang merah goreng ini dikerjakan dari pukul 08.00-16.00 dan sampai proses akhir pengemasan dapat menghabiskan waktu selama 3 hari, dengan hari kedua dan ketiga digunakan untuk proses pengemasan.

4.2 Biaya Operasional Bulan Mei-September 2011

Semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan biaya operasional, yang terdiri dari biaya variabel, biaya semivariabel. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya sebanding dengan aktivitas produksi, sedangkan biaya semivariabel merupakan biaya yang mengandung unsur biaya variabel dan biaya


(26)

26

tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak terpengaruh oleh aktivitas produksi, biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi.

Biaya yang termasuk ke dalam kategori biaya variabel di perusahaan PD. Alam Lestari adalah biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, gas, bensin mesin penggiling dan packaging. Sedangkan untuk biaya tetap berupa, biaya listrik, telepon, fotocopy, iklan, penyusutan mesin pabrik, pemeliharaan mesin, dan biaya iklan.

4.2.1 Biaya Variabel Bulan Mei-September 2011

Semenjak diproduksinya produk baru menjadi tiga jenis produk, maka diketahui biaya variabel periode bulan Mei-september 2011. Biaya variabel periode bulan Mei-september 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Variabel Bulan Mei-September 2011

Jenis Biaya Bulan (Rp)

Mei Juni Juli Agustus September

Bahan Baku Langsung 7.677.150 7.638.150 7.693.150 7.774.650 7.774.650 Tenaga Kerja Langung 2.039.500 2.039.500 2.039.500 2,039,500 2,115,000 Bensin Mesin Penggiling 85.500 85.500 85.500 85.500 85.500 Gas 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 Kemasan dan Label 2.640.200 2.640.200 2.640.200 2.640.200 2.640.200

Total 13.072.350 13.032.650 13.088.350 13.169.850 13.245.350

Sumber: Data Perusahaan

Biaya variabel yang terjadi selama lima bulan terakhir semenjak diproduksinya produk baru berada dalam kisaran Rp 13.000.000. Perubahan yang terjadi pada biaya variabel pada masing-masing jenis biaya memang tidak berubah secara signifikan, hal ini dikarenakan karena jangka waktu produksi yang sangat berdekatan dan konsistensi kegiatan produksinya. Biaya variabel yang mengalami perubahan meskipun hanya mengalami sedikit perubahan, adalah biaya untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

Total biaya bahan baku langsung setiap bulannya berubah-berubah, dikarenakan adanya perubahan harga beli bahan baku dari para pemasok. Biaya bahan baku langsung untuk masing-masing jenis produk dapat dilihat pada Tabel 5.


(27)

27

Tabel 5. Bahan Baku Langsung Produk Bulan Mei-September 2011

No. Jenis Produk Bahan Baku Biaya (Rp)

Mei Juni Juli Agustus September 1. SBK 300 gram Kedelai 1.750.000 1.750.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 SBK 200 gram Kedelai 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 2. Serbuk Kunyit Kunyit

Gula aren 745.000 741.000 741.000 741.000 741.000 3. Bawang Goreng Bawang merah

Garam Minyak goreng

4.182.150 4.147.150 4.152.150 4.233.650 4.233.650

Total 7.677.150 7.638.150 7.693.150 7.774.650 7.774.650

Sumber: Data Perusahaan

Seperti yang tertera pada Tabel 5, bahwa bahan baku langsung untuk Susu Bubuk Kedelai (SBK 300 gram dan SBK 200 gram) mengalami peningkatan dari bulan Juli hingga bulan September biaya bahan baku kedelai berada pada posisi Rp 2.800.000 dengan asumsi untuk biaya bahan baku SBK 200 gram (susu bubuk kedelai 200 gram) disamakan tiap tahunnya. Kedelai sebagai bahan baku susu bubuk kedelai mengalami kenaikan dikarenakan adanya kelangkaan kedelai, sehingga harga beli kedelai naik. Biaya bahan baku kedelai setiap bulannya digunakan untuk 1 kali proses produksi dalam 1 bulan. Setiap bulannya PD. Alam Lestari dapat menghabiskan 2 kwintal kedelai untuk 1 kali proses produksi.

Berbeda dengan kedelai, bahan baku untuk Serbuk Kunyit Instan mengalami penurunan setelah menginjak bulan Juni. Harga kunyit awalnya sebesar Rp 160.000 dari pemasok, tetapi untuk gula aren tidak mengalami perubahan harga setiap bulannya yaitu sebesar Rp 585.000. Bahan baku untuk serbuk kunyit instan digunakan hanya 1 kali proses produksi dalam 1 bulan. Setiap bulannya PD. Alam Lestari memerlukan 130 kg bahan baku, yang terdiri dari 52 kg kunyit dan 78 kg gula aren untuk membuat serbuk kunyit instan dalam kemasan 200 gr/kotak.

Bawang merah yang digunakan sebagai bahan baku mengalami perubahan setiap bulannya, terkadang mengalami kenaikan ataupun penurunan, hal ini dikarenakan harga yang diberikan oleh pemasok menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada. Sama seperti bahan baku lainnya, bawang merah dipakai untuk satu kali proses produksi dalam 1 bulan. Setiap bulannya PD. Alam Lestari membutuhkan 300 kg bawang goreng, 5 kg garam dan 15,2 kg minyak goreng untuk memproduksi 1.000 kotak bawang merah goreng.


(28)

28

Biaya variabel lainnya selain bahan baku langsung adalah tenaga kerja langsung. Setiap tenaga kerja yang bekerja di PD. Alam Lestari dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tenaga kerja langsung Susu Bubuk Kedelai, Serbuk Kunyit Instan, dan Bawang Merah Goreng. Secara keseluruhan PD. Alam Lestari memiliki 12 orang tenaga kerja langsung. Tentunya akan ada biaya yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja langsung. Biaya yang dikeluarkan oleh PD. Alam Lestari untuk tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 6. Biaya tenaga kerja langsung setiap produknya berbeda-beda, tergantung jam kerja.

Tabel 6. Tenaga Kerja Langsung Bulan Mei-September 2011

Jenis Produk Jumlah Tenaga Kerja (org) Biaya/produksi (Rp)

Mei Juni Juli Agustus September

SBK 4 382.000 382.000 382.000 382.000 412.500

SKI 4 697.500 697.500 697.500 697.500 712.500

BMG 4 960.000 960.000 960.000 960.000 990.000

Total 12 2.039.500 2.039.500 2.039.500 2,039,500 2,115,000

Sumber: Data Perusahaan

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja langsung setiap bulannya tidak mengalami perubahan, kecuali setelah menginjak bulan September 2011 biaya tenaga kerja dinaikkan, hal ini dikarenakan adanya sedikit penambahan jam kerja untuk pengemasan.

Pada Tabel 4 biaya untuk bensin penggerak mesin selama bulan Mei hingga bulan September 2011 tidak mengalami perubahan sama sekali. Bensin yang diperlukan untuk mesin sudah dikelola dengan baik, sehingga tidak akan terjadi pemborosan biaya untuk proses penggilingan. Begitu pula mengenai biaya untuk gas seperti pada Tabel 7, selama bulan Mei hingga bulan September 2011 tidak mengalami kenaikan atau penurunan, dikarenakan setiap bulannya kegiatan produksi tetap sama dan tidak ada penambahan jumlah produk yang diproduksi yang menyebabkan ikut berubahnya jumlah gas yang diperlukan.

Tabel 7. Biaya Gas Bulan Mei-September 2011

Jenis Produk Jumlah Gas

(Unit)

Total Biaya (Rp)

@ 70.000 Keterangan

Susu Bubuk Kedelai 3 210.000 Biaya yang

dikeluarkan setiap bulannya sama

Serbuk Kunyit Instan 3 210.000

Bawang Merah Goreng 3 210.000

Total 6 630.000


(29)

29

Sama halnya yang terjadi pada biaya kemasan, setiap bulannya PD. Alam Lestari tidak menambah ataupun mengurangi jumlah produksi sehingga kemasan yang diperlukan pun tidak mengalami perubahan. Biaya kemasan dan label untuk masing-masing jenis produk dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya Kemasan dan Label Bulan Mei-September 2011

Produk Ukuran

Kemasan

Kemasan dan Label (Rp)

Ket

Susu Bubuk Kedelai

300 gram/kotak 673.200 Biaya yang dikeluarkan setiap bulannya sama 200 gram/kotak 345.000

Serbuk Kunyit Instan 300 gram/kotak 792.600 Bawang Merah

Goreng 300 gram/kotak 829.400

Total 2.640.200

Sumber: Data Perusahaan

4.2.1 Biaya Tetap Bulan Mei-September 2011

Biaya tetap yang terjadi pada PD. Alam Lestari terdiri dari 7 komponen, biaya tetap berupa, biaya listrik, telepon, fotocopy, iklan, penyusutan mesin pabrik, pemeliharaan dan perbaikan mesin, dan biaya iklan. Rincian biaya tetap untuk bulan Mei hingga bulan September 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Tetap Bulan Mei-September 2011

Jenis Biaya Bulan (Rp)

Mei Juni Juli Agustus September

Telepon 477.200 469.727 470.112 470.112 478.434 Listrik 142.492 141.522 142.500 142.449 142.599 Perbaikan dan

Pemeliharaan Mesin

100.000 100.000 100.000 100.000 500.000 Penyusutan Mesin 275.000 275.000 275.000 275.000 275.000 Fotocopy 100.500 100.500 104.000 104.000 104.000

Iklan - - - - 333.333

Sewa pabrik 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Total 3.095.192 3.086.749 3.091.612 3.091.561 3.508.366

Sumber: Data Perusahaan

Biaya tetap setiap bulannya mengalami perubahan, meskipun tidak terlalu jauh perubahannya. Perubahan biaya tetap setiap bulannya disebabkan oleh adanya perbedaan biaya telepon, biaya listrik, dan adanya iklan yang baru dilakukan pada bulan September saja, sehingga total biaya setiap bulannya mengalami perubahan, baik itu menurun maupun meningkat. Biaya tetap yang paling tinggi terjadi pada bulan September, hal ini dikarenakan adanya biaya


(30)

30

untuk perbaikan mesin yang mengalami kerusakan dan adanya biaya iklan yang dikeluarkan yang berlaku hingga enam bulan kedepan.

Biaya listrik yang menjadi komponen biaya tetap yang memang harus dibayar setiap bulannya tidak terlalu mengalami perubahan setiap bulannya. Biaya listrik ini dimasukkan ke dalam komponen biaya tetap karena listrik merupakan suatu kewajiban yang harus dibayar setiap bulannya walaupun perusahaan tidak melakukan produksi sama sekali. Komponen biaya tetap lainnya adalah biaya telepon, Pemilik sering menggunakan telepon untuk berkomunikasi dengan para pelanggan ataupun menawarkan produk ke toko dan swalayan calon pelanggan, sehingga biaya telepon setiap bulannya selalu ada, sehingga biaya yang dikeluarkan pun untuk telepon tidak sedikit.

Pada Tabel 9 perawatan mesin dikeluarkan setiap bulannya sebesar Rp 100.000. Perusahaan selalu menyediakan biaya untuk pemeliharaan setiap bulannya, agar mesin yang digunakan tidak cepat rusak. Pada bulan September biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan cukup besar, dikarenakan mesin penggiling mengalami kerusakan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan perbaikan untuk bulan September lebih besar dibandingkan bulan Mei hingga Agustus 2011.

Sesuai seperti yang disajikan pada Tabel 9, menunjukkan bahwa setiap bulannya perusahaan mengeluarkan biaya untuk penyusutan mesin setiap bulannya sebesar Rp 275.000 dengan menggunakan rumus metode garis lurus. Mesin yang digunakan adalah 1 mesin penggilingan kedelai, 2 mesin penggilingan kunyit, dan 3 mesin sealer. Untuk biaya penyusutan mesin menggunakan metode garis lurus. Perhitungan penyusutan mesin dapat dilihat pada Lampiran 5. Setiap periode mesin akan mengalami penyusutan hingga akhirnya mesin yang digunakan akan tidak terpakai lagi pada periode tertentu. Biaya fotocopy dikeluarkan untuk keperluan fotocopy selebaran-selebaran untuk disebar ke berbagai lokasi seperti swalayan dan toko. Biaya fotocopy merupakan biaya tetap karena besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi dan biaya ini selalu dikeluarkan setiap bulannya oleh PD. Alam Lestari.

Biaya iklan baru dikeluarkan pada bulan September 2011 saja untuk periode enam bulan kedepan setelah bulan September 2011. Total keseluruhan biaya iklan


(31)

31

adalah Rp 2.000.000, sehingga iklan yang dikeluarkan tiap bulannya sebesar Rp 333.333. Seperti yang disajikan pada tabel bahwa pada bulan Mei sampai Agustus 2011 perusahaan belum melakukan kegiatan promosi berupa iklan. PD. Alam Lestari mengeluarkan biaya iklan untuk mempromosikan produknya di media cetak, radio, dan siaran televisi lokal.

Biaya sewa PD. Alam Lestari dibebankan sebesar Rp 2.000.000 tiap bulannya, karena sewa untuk pabrik selama 1 tahun sebesar Rp 24.000.000. Biaya sewa cukup besar dikarenakan gedung untuk pabrik cukup besar dan luas.

4.3 Data Penjualan

4.3.1 Analisis Trend Penjualan 2006-2010

Data penjualan pada saat perusahaan PD. Alam Lestari masih menjual satu jenis produk yaitu susu bubuk kedelai dari Tahun 2006 sampai Tahun 2010 dapat dilihat dengan menggunakan Analisis Trend. Dengan menggunakan analisis trend dapat melihat keadaan perusahaan selama beberapa periode tertentu dan dapat memprediksi kondisi perusahaan di masa depan. Berikut pada Tabel 10 data penjualan susu bubuk kedelai Tahun 2006-2010 dengan analisis trendnya.

Tabel 10. Nilai Trend Penjualan Susu Bubuk Kedelai Tahun 2006-2010

Komponen Tahun (unit)

2006 2007 2008 2009 2010

Penjualan 110.000 116.500 101.500 63.000 57.000

Nilai Trend (%) 100 105,91 92,27 57,27 51,82

Pada Tabel 10 terlihat jelas bahwa penjualan susu bubuk kedelai mulai menurun dari Tahun 2007 dan terus merosot penjualannya hingga Tahun 2010. Nilai trend itu sendiri menunjukkan dari nilai indeks 100% yang telah ditentukan terus menurun hingga nilai 51,82%. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat penurunan penjualan pada grafik analisis trend dengan model Quadratic Trend.


(32)

32 t ahun p e n ju a la n 2010 2009 2008 2007 2006 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20

Accu racy Measures

MAPE 9.7615 MAD 6.7941 MSD 56.1301 Variab le Forecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for penjualan

Quadratic Trend Model

Yt = 102.914 + 4.38814* t - 3.14786* t* * 2

Gambar 3 . Analisis Trend Penjualan Susu Bubuk Kedelai Tahun 2006-2010 Alasan menggunakan Quadratic Model Trend karena keakuratannya dalam ketepatan pengukurannya yang dilihat dari nilai MAPE, MAD, dan MSD. Semakin kecil nilai MAPE, MAD, MSD maka semakin akurat pengukurannya dan juga dalam peramalan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang. Berikut daftar nilai MAPE, MAD, dan MSD untuk semua Model analisis trend yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Daftar Nilai MAPE, MAD, dan MSD

Linier Quadratic Growth S-Curve

MAPE 9,94 9,7615 11,1270 56,49

MAD 8,3 6,7941 9,7210 58,52

MSD 83,87 56,1301 119,9040 9086,51

Pada daftar nilai MAPE, MAD, dan MSD ke empat model analisis trend menunjukkan nilai yang berbeda-beda, tetapi dipilih model yang memiliki nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil dengan demikian dipilihlah Quadratic Trend Model yang memberikan keakuratan paling tinggi dan dipilih untuk meramal kondisi perusahaan di tahun berikutnya yaitu kondisi penjualan pada Tahun 2011.


(33)

33

Pada Tahun 2007 PD. Alam Lestari mengalami peningkatan penjualan, hal ini dikarenakan permintaan susu bubuk kedelai sedang tinggi dan tren konsumsi terhadap kedelai sedang meningkat, namun ketika menginjak Tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan karena mulai menurunnya tren konsumsi kedelai di masyarakat hingga akhirnya terus menurun penjualannya. Memang permintaan kedelai sulit diprediksi terkadang permintaan pesat namun terkadang permintaan pun menurun. Dengan analisis trend Quadratic Trend Model dapat diprediksi kondisi penjualan Tahun 2011 dan ternyata setelah dihitung dengan persamaan garis yang telah ada dari Quadratic Trend Model kondisi penjualan perusahaan diramalkan akan mengalami penurunan yaitu sebesar 15,91%. Semakin menurunnya penjualan yang telah diprediksi perusahaan akhirnya memutuskan untuk memproduksi dua jenis produk yang berbeda agar tidak terpaku terhadap penjualan sebelumnya dan menghindari kerugian akibat semakin menurunnya penjualan susu bubuk kedelai.

4.3.2 Data Penjualan dan Analisis Trend Bulan Mei-September 2011

Ketika PD. Alam Lestari mengalami penurunan penjualan susu bubuk kedelainya, perusahaan ini akhirnya memutuskan untuk menambah dua jenis produk lainnya yang berbeda yang dimulai sejak bulan Mei 2011. Pada Tabel 12 disajikan data penjualan setelah penambahan dua jenis produk yang berbeda pada bulan Mei sampai bulan September 2011.

Tabel 12. Data Penjualan Bulan Mei-September 2011

Bulan

Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan

Bawang Merah Goreng

Total SBK 300

gram

SBK 200 gram

Kotak Kotak Kotak kotak Kotak

Mei 500 250 400 700 1850

Juni 500 250 600 900 2250

Juli 500 250 700 1100 2550

Agustus 500 250 650 1000 2400

September 500 250 600 900 2250

Sumber: Data Perusahaan

Selama bulan Mei hingga bulan September total penjualan secara keseluruhan tidak jauh berbeda, tetapi penjualan mengalami penurunan pada Agustus dan September untuk jenis produk serbuk kunyit instan dan bawang


(34)

34

merah goreng. Beda jumlah produk yang terjual setiap bulannya maka berbeda pula total penjualannya. Perbedaan penjualan akan mengakibatkan perbedaan laba yang diperoleh setiap bulannya. Berikut data penjualan setiap bulannya.

1. Data Penjualan Bulan Mei 2011

Seperti yang sudah disajikan pada Tabel, total penjualan pada bulan Mei 2011 sebanyak 1.850 unit total dari penjualan semua jenis produk. Total penjualan pada bulan Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Data Penjualan Bulan Mei 2011 Jenis Produk Penjualan

(unit)

Harga Jual (Rp)

Total Penjualan (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000

Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000

Serbuk Kunyit Instan 400 12.000 4.800.000

Bawang Merah Goreng 700 24.000 16.800.000

Total 1.850 32.225.000

Sumber: Data Perusahaan

Total penjualan pertama yang diperoleh PD. Alam Lestari setelah menambah dua jenis produk adalah sebesar Rp 32.225.000 dari penjualannya sebanyak 1.850 unit. Produk yang paling banyak terjual adalah bawang merah goreng sebanyak 700 unit, sedangkan produk yang paling kecil penjualannya adalah susu bubuk kedelai sebanyak 250 unit. Susu bubuk kedelai 200 gram memang paling sedikit penjualannya, tetapi hal ini terjadi bukan karena produk ini sedikit peminatnya namun produk ini hanya memproduksi 250 unit.

Laba bulan Mei 2011 dapat diperoleh setelah diketahui penjualan selama 1 bulan dan biaya operasionalnya. Berikut perhitungan laba untuk bulan Mei 2011.

= Rp 15.917.558

PD. Alam Lestari pada bulan Mei 2011 memperoleh laba sebesar Rp 15.917.558 hasil penjualannya sebesar Rp 32.225.000. Laba bulan Mei 2011 dapat dijadikan patokan bagi perusahaan untuk penjualan bulan selanjutnya.


(35)

35

Penjualan pada bulan Juni 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan penjualan sebelumnya. Pada bulan Mei penjualan PD. Alam Lestari sebanyak 1.850 unit, namun mengalami peningkatan sebanyak 2.250 unit pada bulan Juni. Total penjualan pada bulan Juni 2011 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Data Penjualan Bulan Juni 2011 Jenis Produk Penjualan

(unit)

Harga Jual (Rp)

Total Penjualan (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000

Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000

Serbuk Kunyit Instan 600 12.000 7.200.000

Bawang Merah Goreng 900 24.000 21.600.000

Total 2.250 39.425.000

Sumber: Data Perusahaan

Pada penjualan bulan Juni 2011 produk serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng mengalami peningkatan, sehingga menambah total penjualan yang lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya. Susu bubuk kedelai tetap pada posisi sama dalam arti produk ini habis terjual, baik pada bulan Mei maupun bulan Juni 2011.

Penjualan yang diperoleh oleh PD. Alam Lestari pada bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp 39.425.000, sehingga dapat diketahui perolehan labanya.

= Rp 22.983.751

Laba yang diperoleh perusahaan untuk bulan Juni 2011 sebesar Rp 22.983.000, artinya pada bulan ini laba mengalami peningkatan yang sebelumnya laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 15.917.558 pada bulan Mei 2011. Peningkatan laba disebabkan karena volume penjualan bawang merah goreng dan serbuk kunyit instan mengalami peningkatan.

3. Data Penjualan Bulan Juli 2011

Penjualan pada bulan Juli 2011 mengalami peningkatan dibandingkan bulan Mei dan juli. Sebanyak 2.550 unit berhasil terjual oleh PD. Alam Lestari pada bulan ini. Total penjualan pada bulan ini ikut meningkat sesuai penjualan yang diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 15.


(36)

36

Tabel 15. Data Penjualan Bulan Juli 2011 Jenis Produk Penjualan

(unit)

Harga Jual (Rp)

Total Penjualan (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000

Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000

Serbuk Kunyit Instan 700 12.000 8.400.000

Bawang Merah Goreng 1100 24.000 26.400.000

Total 2.550 45.425.000

Sumber: Data Perusahaan

Seperti pada bulan sebelumnya, susu bubuk kedelai 300 gram dan 200 gram selalu habis terjual. Bawang merah goreng paling banyak terjual pada bulan ini yaitu 1100 unit dan serbuk kunyit instan juga mengalami peningkatan penjualan dari bulan sebelumnya sebanyak 700 unit.

Pada bulan Juli 2011 penjualan mengalami peningkatan, sehingga labanya pun akan mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, perhitungan laba untuk bulan Juli 2011 adalah sebagai berikut.

= Rp 29.160.138

Laba perusahaan hingga bulan Juli 2011 terus mengalami peningkatan dan yang paling besar memberikan penjualan tertinggi adalah bawang merah goreng. 4. Data Penjualan Bulan Agustus 2011

Sebaliknya, pada bulan agustus 2011 penjualan mulai mengalami penurunan. Penjualan yang tadinya sebanyak 2.550 unit, mengalami penurunan menjadi 2.400 uni, sehingga total penjualannya pun ikut menurun menjadi Rp 42.425.000. Data penjualan bulan Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Data Penjualan Bulan Agustus 2011

Jenis Produk Penjualan

(unit)

Harga Jual (Rp)

Total Penjualan (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000 Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000

Serbuk Kunyit Instan 650 12.000 7.800.000

Bawang Merah Goreng 1000 24.000 24.000.000

Total 2.400 42.425.000


(37)

37

Pada Tabel 16 ditunjukkan bahwa produk yang mengalami penurunan pada bulan Agustus 2011 adalah serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng. Penurunan ini terjadi karena konsumen masih memiliki persediaan, sehingga tidak membeli dahulu sebelum persediaan akan habis, sedangkan untuk bawang merah goreng mengalami penurunan dikarenakan keterbatasan dalam memproduksi produk.

Laba untuk bulan Agustus 2011 mengalami penurunan karena penjualan yang diperoleh pada bulan ini menurun dari bulan sebelumnya. Laba untuk bulan Agustus 2011 adalah sebagai berikut.

= Rp 26.181.689

Ternyata laba yang diperoleh oleh PD. Alam Lestari mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 26.181.000. Perusahaan harus mulai berhati-hati terhadap situasi seperti ini, karena bisa saja penjualan akan terus mengalami penurunan apabila tidak ditangani dengan baik.

5. Data Penjualan Bulan September 2011

Penjualan terus mengalami penurunan kembali pada bulan September 2011 yaitu sebanyak 2.250 unit dari penjualannya pada bulan Agustus 2011 sebanyak 2.400 unit. Data penjualan bulan Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Data Penjualan Bulan September 2011 Jenis Produk Penjualan

(unit)

Harga Jual (Rp)

Total Penjualan (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000

Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000

Serbuk Kunyit Instan 600 12.000 7.200.000

Bawang Merah Goreng 900 24.000 21.600.000

Total 2.250 39.425.000

Sumber: Data Perusahaan

Penjualan pada bulan ini serupa dengan penjualan yang terjadi pada bulan juni 2011. Penjualan terus mengalami penurunan semenjak bulan Juli 2011 hingga bulan September. Terjadinya penurunan yang terus menerus mendorong PD. Alam Lestari mulai melakukan promosi dengan iklan. Produk yang tetap bertahan


(38)

38

dalam penjualannya selama kurun waktu 5 bulan adalah susu bubuk kedelai kemasan 300 gram dan susu bubuk kedelai kemasan 200 gram.

Pada bulan September 2011 perolehan laba terus menurun menjadi Rp 22.512.000, berikut perhitungan labanya.

= Rp 22.512.134

Data penjualan selama bulan Mei hingga September 2011 mengalami naik turun begitu pula laba yang didapatkan, perusahaan mengalami peningkatan tetapi setelah menginjak bulan Agustus laba terus mengalami penurunan. Analisis trend dapat melihat kecenderungan, perkembangan perusahaan selama periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang. Pada Gambar 4 merupakan analisis trend penjualan periode bulan Mei 2011 hingga bulan September 2011, dimana perusahaan baru memulai produksi dua jenis produk barunya sejak bulan mei 2011.


(39)

39

Bulan

P

e

n

ju

a

la

n

Sep Agust

Jul Jun

Mei 140

130

120

110

100

90

Accur acy Measu res

MAPE 1,82212

MAD 2,38331

MSD 8,04339

Variable

Fo recasts Actual Fits Trend Analysis Plot for Penjualan

Quadratic Trend Model

Yt = 61,645 + 44,4994* t - 6,51664* t* * 2

Gambar 4. analisis Trend Penjualan Bulan Mei-September 2011

Pada Gambar 4 terlihat jelas bahwa penjualan tertinggi terjadi pada bulan Juli 2011 dan mengalami penurunan saat bulan Agustus dan terus menurun pada bulan September 2011. Dengan menggunakan analisis trend dapat diketahui prediksi penjualan untuk bulan selanjutnya yaitu bulan Oktober 2011 dan prediksi yang keluar adalah penjualan akan mengalami kembali penurunan. Dengan menggunakan quadratic trend model dapat diprediksikan penjualan akan mengalami penurunan sebesar 94 %. Kemudian pada Gambar 5 dapat dilihat perkembangan perolehan laba selama enam bulan.


(40)

40

Bulan

L

a

b

a

Sep Agust

Jul Jun

Mei 180

160

140

120

100

80

Accur acy Measu res

MAPE 3,0466

MAD 4,8044

MSD 31,5890

Variable

Fo recasts Actual Fits Trend Analysis Plot for Laba

Quadratic Trend Model

Yt = 19,6121 + 92,7547* t - 13,7433* t* * 2

Gambar 5. Analisis Trend Laba Bulan mei-September 2011

Perubahan penjualan otomatis terjadi pula perubahan terhadap laba perusahaan. Pada Gambar 5 menunjukkan laba tertinggi diperoleh pada bulan Juli dan mengalami penurunan saat menginjak bulan Agustus dan September 2011. Sama halnya dengan kondisi penjualan selama lima bulan, perolehan laba diprediksikan akan mengalami penurunan, apabila dibiarkan seperti ini maka perusahaan cepat atau lambat akan menghadapi kerugian.

4.4 Analisis Margin Kontribusi dan BEP

Margin kontribusi menunjukkan mengaba laba operasi berubah ketika jumlah unit yang terjual berubah. Margin kontribusi dapat melihat kemampuan tiap jenis produk dalam memberikan kontribusi untuk menghasilkan laba. Breakeven Point atau titik impas adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total, yaitu jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi Rp 0 (nol). PD. Alam Lestari setidaknya harus mengetahui analisis titik impas untuk menghindari kerugian. PD. Alam Lestari yang memiliki tiga jenis produk yang dijual, dapat dikonversikan menjadi satu produk tunggal dalam menyelesaikan analisis cost-volume-profit.


(41)

41

4.4.1 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan Mei 2011

Bulan Mei 2011 merupakan awal diproduksinya dua jenis produk baru, yaitu serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng. Semakin bertambahnya jenis produk yang dimiliki, maka perusahaan perlu mengetahui jenis produk mana yang memberikan keuntungan terbesar dan produk yang memberikan keuntungan terkecil. Analisis margin kontribusi dapat membantu PD. Alam Lestari untuk menentukan produk mana yang memberikan keuntungan terbesar pada bulan Mei 2011.Margin kontribusi bulan Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Margin Kontribusi Bulan Mei 2011

Keterangan

Jenis Produk Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit

Instan

Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram

/kotak

300 gr/kotak

Penjualan 8.000.000 2.625.000 4.800.000 16.800.000

Biaya Variabel

Bahan Baku Langsung 1.750.000 1.000.000 745.000 4.182.150 Tenaga Kerja Langung 191.000 191.000 697.500 960.000

Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 -

Gas 105.000 105.000 210.000 210.000

Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400

Total Biaya Variabel 2.750.700 1.672.500 2.467.600 6.181.550

Margin Kontribusi 5.249.300 952.500 2.332.400 10.618.450

Berdasarkan Tabel 18 menjelaskan bahwa produk yang memberikan margin kontribusi terbesar untuk bulan Mei 2011 adalah bawang merah goreng sebesar Rp 10.618.550 dan produk yang memberikan margin kontribusi terkecil adalah susu bubuk kedelai kemasan 200 gram sebesar Rp 952.500.

Breakeven Point (BEP) atau titik impas adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total, yaitu jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi Rp 0 (nol). PD. Alam Lestari setidaknya harus mengetahui analisis titik impas untuk menghindari kerugian.

Jika analisis impas meliputi lebih dari lini produk, maka diasumsikan bahwa ada bauran penjualan yang tidak berubah. Bauran penjualan (sales mix) menunjukkan kombinasi atau perbandingan jumlah produk yang dijual perusahaan. Setelah diketahui sales mix masing-masing produk, maka dapat diketahui margin kontribusi rata-rata tertimbang (Weight Average Unit


(42)

42

Contribution Margin/ WACM). Pada Tabel 19 dapat dilihat WACM masing-masing produk dan totalnya.

Tabel 19. Weight Average Unit Contribution Margin/ WACM Mei 2011

Nilai margin kontribusi rata-rata tertimbang dicari untuk menghitung volume titik impas, yang melibatkan biaya tetap untuk membagi WACM. Maka BEP untuk bulan Mei 2011 adalah sebagai berikut.

= 299,46 unit

PD. Alam Lestari mengalami volume titik impas sebesar 299,46 unit selama bulan Mei 2011. PD. Alam Lestari tidak akan mengalami kerugian dan tidak untung apabila unit penjualan sebanyak 299 unit. Hasil penjualan pada bulan Mei 2011 nilainya lebih dari nilai titik impas yang telah dihitung, sehingga menunjukkan PD. Alam Lestari mengalami keuntungan. Volume titik impas merupakan kombinasi penjualan tiga produk yang satu produknya memiliki dua jenis kemasan. Kombinasi penjualan untuk bulan Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 20. Kombinasi penjualan akan menunjukkan titik impas penjualan masing-masing jenis produk dan titik impas nilai penjualannya.

Tabel 20. Kombinasi Penjualan Impas Mei 2011

Jenis Produk

Sales Mix (%)

BEP Penjualan (unit)

Harga Jual

(Rp) BEP (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gr 27 80,85 16.000 1.293.600

Susu Bubuk Kedelai 200gr 13,51 40,45 10.500 474.725

Serbuk Kunyit 21,62 64,74 12.000 776,880

Bawang Merah Goreng 37,8 113,19 24.000 2.716.560

Total 100 299,46 5.261.765

Tabel 20 kombinasi penjualan impas bulan Mei 2011 menunjukkan bahwa setiap penjualan produk untuk mengalami kerugian sangat jauh sekali, justru terlihat

Jenis Produk Sales Mix (%) MC/unit (Rp) WACM (Rp)

Susu Bubuk Kedelai 300 gr 27 10.498 2.834

Susu Bubuk Kedelai 200 gr 13,51 3.810 514

Serbuk Kunyit Instan 21,62 5.806 1.255

Bawang Merah Goreng 37,8 15.169 5.733


(43)

43

jelas bahwa PD. Alam Lestari mengalami keuntungan dengan titik impas nilai penjualan secara keseluruhan sebesar Rp 5.261.765.

4.4.2 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan Juni 2011

Tabel 21 berikut menyajikan margin kontribusi untuk bulan Juni 2011. Seperti perhitungan bulan sebelumnya, margin kontribusi dihitung dari penjualan dikurangi biaya variabel.

Tabel 21. Margin Kontribusi Bulan Mei 2011

Keterangan

Jenis Produk Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit

Instan

Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram

/kotak

300 gr/kotak

Penjualan 8.000.000 2.625.000 7.200.000 21.600.000

Biaya Variabel

Bahan Baku Langsung 1.750.000 1.000.000 741.000 4.147.150 Tenaga Kerja Langung 191.000 191.000 697.500 960.000

Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 -

Gas 105.000 105.000 210.000 210.000

Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400

Total Biaya Variabel 2.750.700 1.672.500 2.463.600 6.146.550

Margin Kontribusi 5.249.300 952.500 4.736.400 15.453.450

Sama halnya seperti bulan Mei 2011, pada bulan Juni 2011 produk yang memberikan margin kontribusi terbesar adalah bawang merah goreng sebesar Rp 15.453.450 dan produk yang memberikan margin kontribusi terkecil adalah produk susu bubuk kedelai kemasan 200 gram sebesar Rp 952.500. Bawang merah goreng memang selain paling banyak diproduksi dari produk lainnya, bawang merah goreng merupakan produk yang paling banyak diminati. Meskipun produk ini baru masuk dikalangan masyarakat Tasikmalaya, tetapi banyak konsumen yang menyukainya karena rasanya yang enak dan tidak langu.

Berikut akan disajikan perhitungan nilai BEP dalam unit untuk bulan Juni 2011. Kemudian akan dihitung kombinasi penjualan untuk mengetahui titik impas masing-masing produk baik titik impas unit maupun titik impas penjualannya. Tetapi sebelumnya terlebih dahulu dihitung nilai WACM sebelum ke dalam perhitungan BEP (unit). WACM untuk bulan Juni 2011 dapat dilihat pada Tabel 22.


(1)

3

3 Lampiran 2. Proses produksi

1. Susu Bubuk Kedelai

2. Serbuk Kunyit Instan

3. Bawang Merah Goreng Pemilihan kedelai yang tidak pecah (Ditampi)

Pencucian dan penyaringan

kedelai Sangrai kedelai di wajan

Penggilingan kedelai, 2x penggilingan

Pengemasan produk

05.00 – 05.30 05.30 – 06.00

06.00 – 09.00

09.00 – 13.00

14.00 – 17.00 , 07.00 -14.00

Pencucian dan pengupasan kunyit

Penggilingan kunyit 2x penggilingan

Pemasakan kunyit dan gula aren di

wajan hingga kering Pengemasan Produk

05.00 – 06.00 06.00 – 11.00 11.00 – 17.00

07.00 – 16.00 ( 2 hari)

Pengupasan bawang merah Pencucian dan pengirisan bawang merah

Penggorengan bawang merah Pengemasan Produk

05.00 – 09.00 09.00 – 13.00 14.00 – 17.00 06.00 – 17.00 (2 hari)


(2)

(3)

62

5 Lampiran 3. Daftar Istilah

1. CVP (Cost-Volume-Profit) adalah Analisis yang menyajikan informasi kepada manajemen mengenai dampak perubahan biaya, pendapatan, volume, dan bauran produk terhadap laba. 2. BEP (unit) / Breakeven Point Unit adalah titik impas dalam jumlah unit produk

3. BEP (Rp) adalah titik impas dalam jumlah rupiah

4. MC atau Margin Kontribusi adalah hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

5. MC/unit adalah margin kontribusi setiap unit produk

6. Sales Mix adalah Bauran penjualan, kuantitas berbagai produk yang mewakili unit penjualan total perusahaan

7. WACM (Weighted Average Unit Contribution Margin) adalah Nilai margin kontribusi rata-rata tertimbang dicari untuk menghitung volume titik impas, yang melibatkan biaya tetap untuk membagi WACM.


(4)

62

6 Lampiran 4. Perhitungan

1. Sales Mix Rumus

Bulan

Mei Juni Juli Agustus September

Susu bubuk kedelai 300 gram

= 27%

x 100

= 22,22% = 19,61% = 20,83%

x 100 = 22,22% Susu bubuk kedelai 200 gram

= 13,51% = 11,11 % = 9,80% =10,42% = 11,11 % Serbuk kunyit instan

= 21,62% = 26,67% = 27,45% = 27,08% = 26,67%

Bawang merah goreng

=37,8% = 40% = 43,13 = 41,67% = 40%

2. Margin kontribusi/unit Rumus

Bulan

Mei Juni Juli Agustus September

Susu bubuk kedelai 300 gram

= 10.498

= 10.498 = 10.398 = 10.398

= 10.368 Susu bubuk kedelai 200 gram

= 3.810 = 3.810 = 3.810 = 3.810 = 3.749 Serbuk kunyit instan

= 5.806 = 7.894 = 8.480 = 8.209 = 7.869

Bawang merah goreng

=15.169 = 17.170 = 18.407 = 17.766 = 17.041


(5)

62

7 Lampiran 5. Perhitungan Penyusutan Mesin - Mesin Penggilingan Kedelai

500.000 - Mesin Penggilingan Kunyit (2 mesin)

500.000 x 2 = 1.000.000

- Mesin Sealer (3 mesin = 1 sealer untuk kedelai, 1 sealer untuk kunyit, dan 1 sealer untuk bawang goreng)

500.000 x 3 = 1.500.000 Total Penyusutan Mesin = Rp 275.000


(6)

i

RINGKASAN

ASTY RIZKI. H24097015. Kajian terhadap Perencanaan Pencapaian Laba

dengan Metode Cost-Volume-Profit Analysis pada PD. Alam Lestari (Maureen) di Tasikmalaya. Dibawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.

PD. Alam Lestari merupakan salah satu UKM yang ada di Tasikmalaya yang bergerak di bidang makanan berupa susu bubuk kedelai, serbuk kunyit instan, dan bawang merah goreng. Sama halnya dengan UKM lainnya, PD. Alam Lestari menghadapi persaingan dengan UKM lainnya dalam perolehan laba dan terus berusaha dalam menjaga stabilitas penjualan produknya. Selama ini perusahaan tidak mengetahui volume penjualan yang harus terjual agar perusahaan berada dalam kondisi impas maupun penjualannya mencapai target laba yang diinginkan oleh PD. Alam Lestari, karena perusahaan belum pernah menerapkan analisis perhitungan biaya, volume, dan laba. Analisis Cost Volume Profit (CVP) merupakan alat analisis untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu pihak perusahaan dalam merencanakan laba jangka pendek.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1). mengetahui dan mengidentifikasi biaya-biaya operasional yang terjadi pada PD. Alam Lestari selama periode bulan Mei sampai September 2011, 2). mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk, laba perusahaan, margin kontribusi, dan titik impas selama periode bulan Mei-September 2011, 3). menganalisa penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode bulan Mei sampai September 2011.

Selama bulan Mei 2011 hingga bulan September 2011 biaya variabel dan biaya tetap mengalami perubahan tetapi tidak terlalu jauh perbedaannya. Total penjualan selama lima bulan mengalami peningkatan, tetapi hanya sampai bulan Juli 2011 saja, tetapi mengalami penurunan terus menerus hingga bulan September 2011. Penjualan terakhir yang diperoleh oleh PD. Alam Lestari adalah sebesar Rp 39.425.000 pada bulan September 2011 dengan BEP (titik impas) sebesar 5.283.670 atau berjumlah 302 unit dengan keuntungan yang menurun sebesar Rp 22.512.134. Selama bulan Mei 2011 hingga September 2011 produk yang memberikan margin kontribusi terbesar adalah bawang merah goreng dan yang memberikan margin kontribusi terkecil adalah susu bubuk kedelai 200 gram.

Agar perusahaan mencapai laba maksimal setelah mengalami penurunan, maka dapat dilakukan analisis CVP untuk bulan Oktober 2011. Alternatifnya adalah Menaikkan harga jual 5% dan volume penjualan tetap, menaikkan volume penjualan 10 % dan harga jual tetap, dan menurunkan biaya tetap 15% dan menaikkan harga jual 5%. Dari ketiga alternatif tersebut yang dapat memberikan laba maksimal dengan titik impas kecil adalah alternatif menaikkan volume penjualan 10 % dan harga jual tetap yaitu memberikan laba sebesar Rp 26.523.339 dengan titik impas lebih rendah dari penjualan sebelumnya sebesar Rp 5.084.588.