berlebihan dalam grafik komputer, namun ia tidak dapat disangkal lagi bahwa metode ini menghasilkan gambar yang paling nyata dan
berkesan. Radiosity juga merupakan rendering teknologi yang realistis mensimulasikan cara di mana cahaya berinteraksi dalam
suatu lingkungan.
Gambar 1.2 Contoh Modelling 3D Menggunakan Radiosity
1.8 Sistematika penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematis dalam mempermudah pemahaman, maka penulisan skripsi ini dikelompokan
menjadi 4 empat bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, yaitu hal-hal yang melatar belakangi mengambil judul “Perancangan Visualisasi
3 Dimensi Interior Perumahan Menggunakan Metode Radiosity”. Kemudian identifikasi masalah dan juga rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Membahas tinjauan pustaka, penjelasan tentang beberapa studi literatur yang telah menjadi acuan dalam pengambilan judul dan
penjelasan 5 jurnal konsep. 5 jurnal pembanding, dan 5 aplikasi pembanding.
BAB III : Tahap Perancangan
Bab ini memaparkan kerangka pemikiran, tahap perancangan, spesifikasi hardware, spesifikasi software, tahap pra produksi, tahap
produksi dan post produksi.
BAB IV : Implementasi dan Pengujian
Bab ini berisikan pembahasan tentang implementasi Visualisasi 3D sebagai media promosi perumahan yang telah dianalisa dan
pengujian sistem yang telah dilakukan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari Visualisasi 3D sebagai media promosi perumahan yang dibuat serta saran yang diharapkan dapat
memberikan solusi bagi sistem yang berjalan.
Lampiran
Daftar Acuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam perancangan visualisasi 3D ini menggunakan beberapa teori yang diterapkan pada perancangan.
2.1.1 Animasi 3D
Animasi pada dasarnya adalah menggerakan objek agar tampak lebih dinamis. Sebelum era komputerisasi seperti saat ini,
animasi merupakan proses yang rumit dan menyita banyak waktu serta tenaga. Hal itu lantaran diperlukannya gambar sketsa yang
banyak untuk membuat animasi. Namun, di era multimedia saat ini, proses pembuatan
animasi tidaklah serumit dulu. Saat ini banyak software yang dapat digunakan untuk membuat animasi 2D maupun 3D.
Teknologi ini sudah banyak sekali dikembangkan oleh perusahaan besar untuk tujuan tertentu. Selaint itu, juga sebagai
sarana promosi dan iklan karena tampilan animasi lebih menarik sehingga dapat memikat masyarakat untuk melihat. Proses
pembuatan animasi 3D dapat dibagi secara sekuens menjadi 3 fase dasar yaitu :
Modelling
Tahap ini adalah pembuatan object-object yang dibutuhkan pada tahap animasi. Object ini bisa berbentuk primitif object seperti
sphere, cube sampai complicated object seperti sebuah karakter dan sebagainya. Ada beberapa jenis materi object yang disesuaikan
dengan kebutuhannya yaitu: polygon, spline, dan metaclay. Polygon adalah segitiga dan segiempat yang menentukan
area dari permukaan sebuah karakter. Setiap polygon menentukan
sebuah bidang datar dengan meletakkan sebuah jajaran polygon sehingga kita bisa menciptakan bentuk-bentuk permukaan. Untuk
mendapatkan permukaan yang halus, kita membutuhkan banyak bidang polygon. Bila kita hanya menggunakan sedikit polygon,
maka object yang kita dapatkan akan terbagi menjadi pecahan- pecahan polygon.
Spline adalah beberapa kumpulan spline yang membentuk sebuah lapisan curva yang halus yang dinamakan patch. Sebuah
patch menentukan area yang jauh lebih luas dan halus dari sebuah polygon.
Metaclay Dalam bentuk dasarnya, metaball berbentuk bola sphere yang bisa digabungkan satu sama lain sehingga membentuk
bentuk organik object.
Texturing
Proses ini adalah pembuatan dan pemberian warna dan material texture pada objek yang telah dimodelkan sebelumnya
sehingga akan tampak suatu kesan nyata. Pemberian material atau texture pada objek 3D akan medefiniskan rupa dan bahan dari objek
3D.
Lightning
Lightning adalah proses pembuatan dan pemberian cahaya pada model sehingga diperoleh kesan visual yang realistis karena
terdapat kesan kedalaman ruang dan pembayangan objek.
Rendering
Proses akhir dari keseluruhan proses animasi komputer. Dalam rendering, semua data-data yang sudah
dimasukkan dalam
proses modelling,
animasi, texturing,
pencahayaan dengan parameter tertentu akan diterjemaahkan dalam sebuah bentuk output.
2.1.2 Radiosity
Teknik ini merupakan teknik render berdasarkan analisis rinci refleksi cahaya dari permukaan difusi. Teknik ini membagi bidang
menjadi bidang yang lebih kecil untuk menemukan detail warna sehingga prosesnya berlangsung lambat, namun visualisasi yang
dihasilkan sangat rapid an halus. Radiosity lebih tepat digunakan untuk gambar diam atau hasil akhir dari suatu objek. Kurang tepat
jika digunakan untuk rendering objek yang sifatnya real time seperti pada game atau simulasi.
Gambar 2.1 Render menggunakan radiosity
•
Teori dasar Radiosity
Energi per satuan luas yang meninggalkan permukaan per satuan waktu total energi yang dipancarkan dan yang
dipantulkan. Jika, Bidang radiosity A
i
dan B
i
. Energi yang dipancarkan oleh E
i
dan dipantulkan oleh
ρ
i
Gambar 2.2 Proses Radiosity
Radiosity x luas = Energi dipancarkan + energi dipantulkan Faktor bentuk menentukan fraksi energi meninggalkan satu
bidang yang tiba di bidang yang lain, Pancaran energi bergantung pada :
• Bentuk patch Ai dan Aj
• Jarak
• Orientasi
Tidak semua energi yang keluar Aj mencapai Ai
Gambar 2.3 Pancaran energi
2.2 Analisa Pembanding