BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Juni 2012. Bertempat di Laboratorium Pathologi Hutan, Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah isolat jamur pelapuk kayu S. commune DB1, P. ostreatus HO, P. djamor EB9 dimana masing-masing jamur tersebut
termasuk ke dalam jamur pelapuk putih. Ketiga isolat ini diperoleh dari koleksi Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi yang disimpan di Laboratorium Penyakit Hutan.
Kayu yang digunakan adalah kayu P. falcataria sengon. Ukuran yang digunakan adalah 2 × 2 × 1 cm³ dengan pemotongan arah serat cross section. Media ME
malt extract, glukosa, pepton, air suling, antibiotik kloramfenikol, pasir kuarsa, alkohol 70 dan spirtus.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan pada metode JIS K 1571-2004 adalah labu erlenmeyer, cawan petri, gelas ukur, botol uji berukuran antara 500 ml
–1000 ml dengan tinggi 12
–16,5 cm dan berdiameter 11 cm. Alat lainnya adalah batang pengaduk, neraca analitik, lampu pemanas, sudip, karet gelang, kapas, alumunium
foil, plastik tahan panas, desikator, autoklaf, laminar air flow, ruang inkubasi, alat hitung, alat tulis dan kamera.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengambilan Contoh Uji
Kayu contoh uji yang digunakan dalam metode ini berukuran 2 × 2 × 1 cm, dengan bentuk pemotongan arah serat cross. Contoh uji dikeringkan di dalam
oven hingga mencapai kering tanur pada suhu 6 0˚C selama 2 hari.
3.3.2 Penyediaan Biakan Jamur
Kondisi pengujian keawetan kayu terhadap jamur harus dibuat lembab dengan menyediakan terlebih dahulu biakan jamur di dalam botol uji yang steril.
Media biakan jamur yang digunakan adalah menggunakan pasir kuarsa yang telah dicampur dengan extra malt, pepton dan glukosa. Biakan jamur dibuat dengan
mencampur 250 g pasir kuarsa, dengan 40 g glukosa, 3 g pepton dan 15 g extra malt dalam 1000 ml air suling. Kemudian sebanyak 80 ml campuran tersebut
dimasukkan ke dalam botol uji dan ditutup dengan kapas. Toples tersebut yang telah berisi media biakan jamur disterilkan ke dalam autoklaf selama 30 menit
pada tekanan 15 psi. Setelah proses sterilisasi, gelas tersebut diletakkan mendatar sehingga biakan berada di bagian bawah leher gelas. Jamur penguji diinokulasi
sehari kemudian.
3.3.3 Pengujian Kayu
Contoh uji yang steril dan telah dihitung bobotnya dimasukkan ke dalam botol uji yang sudah ada biakan jamur penguji. Biakan jamur terkontaminasi harus
diganti dengan biakan baru yang lebih baik. Pengamatan dilakukan setelah 12 minggu. Contoh uji dibersihkan dari miselium dan diamati kerusakan yang terjadi
pada contoh uji. Penilaian kerusakan dapat dilakukan menurut kondisi contoh uji mulai dari utuh sampai hancur sama sekali. Contoh uji dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam pada suhu 60°C dan ditimbang. Presentase penurunan bobot dihitung atas dasar selisih bobot contoh uji sebelum dan sesudah diserang jamur.
3.3.4 Perhitungan Persentase Penurunan Bobot
Setelah masa pengumpanan selesai, contoh uji dikeluarkan dari botol uji dan dibersihkan dari jamur-jamur yang menempel di sekelilingnya, kemudian
ditimbang bobot basahnya serta dikeringkan dengan oven. Setelah contoh uji dikeringkan dalam oven kemudian disimpan dalam desikator dan ditimbang untuk
mengetahui bobot kering tanurnya. Besarnya serangan jamur pelapuk diperoleh dengan menghitung penurunan bobot, yaitu :
P = W1 – W2 × 100
W1 Keterangan:
P = persentase Penurunan Bobot W1 = bobot kering tanur contoh uji sebelum diumpankan g
W2 = bobot kering tanur contoh uji setelah diumpankan g
3.4 Pengolahan Data
Penelitian ini menggunkan rancangan acak lengkap dengan pola satu faktor yaitu jenis jamur. Ulangan dilakukan sebanyak 9 kali pada setiap jenis
perlakuan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel 2010 dan SAS 9.1.3 untuk mengetahui hubungan antara jenis jamur dan persentase
penurunan bobot weight loss dari metode pengujian JIS berbeda nyata atau tidak, maka digunakan pengujianbeda nilai tengah beda rata-rata. Nilai F-hitung
yang diperoleh dibandingkan dengan F-tabel dengan selang kepercayaan 99 dengan kaidah keputusan :
1. Apabila F-hitung F-tabel maka perbedaan dari kedua metode standar
pengujian tersebut memberikan pengaruh tidak nyata atau sangat tidak nyata terhadap persentase penurunan bobot weight loss pada selang kepercayaan
99. 2.
Apabila F-hitung F-tabel maka perbedaan dari kedua metode standar pengujian tersebut memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap
persentase penurunan bobot weight loss pada selang kepercayaan 99.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan Visual Kayu
Pengamatan visual kayu merupakan pengamatan yang dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi pada kayu yang diumpankan pada jamur selama 3
bulan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa contoh uji kayu yang telah diserang jamur mengalami perubahan warna menjadi
lebih terang cokelat muda.
Gambar 1 Contoh kayu uji kayu sengon: a sebelum diserang jamur pelapuk
kayu kontrol, b setelah diserang jamur pelapuk kayu
Perubahan warna ini terjadi pada contoh uji kayu yang diserang oleh jamur pelapuk putih seperti pada serangan S. commune, P. ostreatus, dan P. djamor.
Jamur pelapuk putih lebih banyak merombak lignin sehingga warna kayu yang ditinggalkan menjadi lebih terang dari warna kayu awal.
Dari hasil pengujian yang dilakukan contoh uji kayu terhadap tiga jenis jamur, dapat dilihat dari berkembangnya miselium tiga jenis jamur pelapuk kayu
yang menempel pada permukaan masing-masing jenis kayu. Jamur S. commune memilki miselium yang lebih tebal dibandingkan dengan jamur pelapuk kayu lain
sehingga diduga jamur tersebut mampu mendegradasi kayu lebih cepat Gambar 2.
a b
Gambar 2 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji: a jamur P.
ostreatus, b jamur P. djamor, c jamur S. commune .
Perbedaan serangan jamur pelapuk kayu terhadap kayu contoh uji juga dapat dilihat pada botol uji yang berisi media pasir kuarsa. Dalam botol uji sangat
terlihat jelas bahwa jamur pelapuk kayu yang lebih banyak menyerang kayu contoh uji adalah jamur S. commune. Hal ini terlihat dari penutupan miselium
yang terjadi pada botol uji yang berisi jamur S. commune dengan kayu contoh uji, miselium jamur penuh menutupi kayu contoh uji. Pada jamur P. djamor miselium
yang menutupi kayu contoh uji sangat sedikit dan terlihat sangat tipis. Pada jamur P. ostreatus miselium yang menutupi kayu contoh uji terlihat sangat tidak merata
atau hanya sebagian dari bagian kayu contoh uji Gambar 3.
a b
c
a b
Gambar 3 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji dalam botol yang
berisi media pasir kuarsa: a jamur P. ostreatus, b jamur P. djamor, c jamur S. commune
4.2 Persentase Penurunan Bobot