organisme hidup lainnya. Cendawan penyerang kayu memanfaatkan sebagai makanannya zat-zat yang tersimpan dalam rongga sel kayu atau dinding sel itu
sendiri. Kebanyakan mikroorganisme menyerang kayu berbeda banyak dalam hal akibat yang ditimbulkan terhadap sifat-sifat kayu.
Mikroorganisme dibedakan menjadi empat golongan, tergantung pada sifat perkembangannya di dalam kayu dan tipe kerusakan yang ditimbulkan olehnya.
Golongan-golongan tersebut adalah cendawan perusak kayu, cendawan pewarna kayu, cendawan buluk, dan bakteri penyerang kayu. Golongan pertama adalah
yang paling penting dan ini meliputi cendawan yang merusak dinding-dinding sel, dan mengubah sifat-sifat fisik dan kimia kayu itu. Cendawan pewarna, cendawan
buluk, dan bakteri penyerang biasanya memakan senyawa-senyawa organik yang mudah dicerna yang tersimpan dalam kayu dan tidak menimbulkan efek yang
berarti terhadap kekuatan kayu. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa cendawan buluk dan cendawan pewarna kayu dapat menyebabkan berkurangnya
berat dan kekuatan, terutama pada kayu daun lebar. Cendawan pewarna menyebabkan perubahan warna yang dapat digolongkan sebagai cacat pada kayu
gergajian dan barang-barang lainnya, cendawan dipermukaan kayu menyebabkan perubahan warna permukaan pada kayu. Bakteri penyerang kayu tidak
memperngaruhi kenampakkan, tetapi merubah dengan nyata daya serap kayu terhadap cairan.
2.2.1 Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune
Jamur S. commune termasuk ke dalam kelas Basidiomycetes, dengan nama famili Schizophyllaceae dan tersebar luas di dunia atau kosmopolitan Kuo 2006.
Jamur ini dikenal dengan tanda tubuh buah tidak bertangkai, bagian bawah menyempit hingga berbentuk kipas, bagian atas berwarna putih keabu-abuan pada
waktu muda dan setelah tua berwarna abu-abu, tersusun radial, ujung pecah ini melengkung, pada waktu segar S. commune liat dan kenyal, dan setelah kering
menjadi kaku Martawijaya 1965 dalam Eksanto 1996. Fungsi lamela tersebut adalah untuk memproduksi basidiospora pada permukaannya. Tidak seperti jamur
lain, miseliumnya hanya memproduksi satu kumpulan tubuh buah pertahun yang
dapat mengering dan mendapatkan air kembali dan tetap berfungsi Volk 2000 dalam Kurnia 2009.
2.2.2 Jamur Pelapuk Kayu Pleurotus ostreatus
Jamur P. ostreatus mempunyai tudung seperti tiram, seperti payung, permukaan bagian tengah berlekuk, warna abu-abu putih keruh. Konsistensi lunak
dan berdaging. Pinggiran menggulung ke arah himenium muda, lurus tua, bergelombang-bergaris tua. Daging tudung putih, tebal, setelah tua tidak kenyal.
Lamela melanjut turun ke arah dasar tangkal. Habitat dan substrat, beberapa mengelompok atau serumpun pada serbuk gergaji campuran yang sudah lapuk
Herliyana 2007. Jamur tiram termasuk ke dalam jamur kayu, karena tumbuh pada substrat kayu yang telah lapuk maupun pada potongan pohon yang telah mati
Nurjayadi 2011.
2.2.3 Jamur Pelapuk Kayu Pleurotus djamor
Jamur P. djamor mempunyai tudung seperti tiram, seperti kipas, permukaaan bagian tengah berlekuk, tidak ada ornamentasi. Warna merah muda
putih keruh. Konsistensi lunak dan berdaging. Pinggiran menggulung kearah himenium muda, lurus tua, bergelombang bergaris tua. Daging tudung putih,
tebal, kenyal tua. Habitat dan substrat, beberapa mengelompok atau serumpun pada serbuk gergajian kayu campuran seperti mangium, jeunjing, kayu merah,
karet dan sebagian yang sudah lapuk di tempat penggergajian Herliyana 2007.
2.3 Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Jamur