Latar Belakang Pengujian Ketahanan Alami Kayu Sengon terhadap Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune, Pleurotus djamor dan Pleurotus ostreatus dengan Metode JIS K 1571-2004

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan kekayaan alam yang sangat penting bagi Indonesia. Hasil hutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan hutan non kayu. Salah satu hasil hutan non kayu adalah jamur. Jamur merupakan suatu organisme yang tidak mengandung klorofil dan memperoleh sumber energi secara heterotrof yaitu dengan cara menyerap absorpsi makanan dengan miselium dari bahan-bahan organik lain. Bahan organik tersebut salah satunya adalah kayu. Saat ini jamur banyak dikembangkan seiring banyaknya penelitian yang menyatakan bahwa jamur memiliki manfaat yang banyak. Jamur biasanya tumbuh di alam liar. Jamur banyak ditemukan pada awal musim hujan dan dapat hidup di tanah ataupun kayu pada suhu udara yang cukup lembab. Jamur merupakan kelompok organisme yang paling umum menyebabkan kerusakan kayu dibandingkan dengan kelompok mikroorganisme yang lain seperti bakteri, virus, dan nematoda Hadi 1984, 1991 dalam Herliyana 1994. Pada umumnya, jamur perusak berasal dari kelas Basidiomycetes yang dikenal sebagai jamur pelapuk kayu. Menurut Hunt dan Garratt 1986, jamur pelapuk kayu merupakan jamur yang merusak dinding-dinding sel kayu dan mengubah sifat- sifat fisik serta kimia kayu. Perusakan ini dapat meningkat sampai suatu kondisi yang disebut decay kayu busuk. Komponen-komponen kayu yang digunakan oleh jamur dapat berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang dirombak secara biokimia dengan bantuan enzim. Akibat dari perombakan ini maka sifat-sifat kayu mengalami perubahan Nandika 1986. Pohon yang kayunya dikenal dalam perdagangan sampai saat ini diperkirakan 400 jenis, tercakup dalam 198 marga genus dari 68 suku famili. Selanjutnya berdasarkan pertimbangan persamaan ciri dan sifat kayu dari jenis- jenis pohon tersebut dikelompokkan kembali menjadi 186 kelompok jenis. Tiga jenis pohon tersebut diantaranya adalah Falcataria molucana sengon, Acacia mangium mangium dan Pinus merkusii tusam Mandang dan Pandit 1997. Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang dari luar kayu itu sendiri. Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap jenis kayu. Keawetan kayu biasanya ditentukan oleh adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu tersebut Muherda 2011. Sekitar 80 –85 kayu-kayu Indonesia memiliki keawetan rendah yang mudah diserang oleh organisme perusak kayu Yunasfi 2008. Jenis kayu yang memiliki keawetan rendah tersebut contohnya adalah sengon, mangium, dan tusam.

1.2 Tujuan Penelitian