C. Berkhirnya Kepailitan Pewaralaba
Kepailitan memberikan banyak akibat yuridis yang berlaku pada pewaralaba oleh undang-undang. Suatu kepailitan dapat dikatakan berakhir
apabila telah terjadi hal-hal sebagai berikut: 1.
Perdamaian Pewaralaba pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada
semua kreditur. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera setelah selesainya pencocokan piutang. Keputusan rencana
perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih dari seperdua jumlah kreditur konkuren yang hadir dalam rapat dan yang mewakili
paling sedikit dua pertiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau untuk sementara diakui oleh kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam
rapat tersebut. Apabila lebih dari seperdua jumlah kreditur yang hadir dalam rapat
kreditur dan mewakili paling paling sedikit seperdua dari jumlah piutang kreditur yang mempunyai hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian,
dalam jangka waktu paling sedikit delapan hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, harus diselenggarakan pemungutan suara kedua. Pada pemungutan
suara kedua kreditur tidak terikat pada suara yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama. Dalam setiap rapat kreditur wajib dibuatkan berita acara yang
ditandatangani oleh hakim pengawas dan panitera pengganti. Berita acara rapat tersebut harus memuat:
69
a. Isi perdamaian;
b. Nama kreditur yang hadir dan berhak mengeluarkan suara dan menghadap;
c. Suara yang dikeluarkan;
d. Hasil pemungutan suara; dan
e. Segala sesuatu yang terjadi dalam rapat.
Setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan cuma-cuma berita acara rapat yang disediakan paling lambat tujuh hari setelah tanggal
berakhirnya rapat di kepaniteraan pengadilan. Isi perdamaian yang termuat dalam berita acara perdamaian harus dimohonkan pengesahan kepada pengadilan yang
megeluarkan keputusan kepailitan. Pengadilan harus mengeluarkan penetapan pengesahan paling lambat tujuh hari sejak dimulainya sidang pengesahan.
Pengadilan wajib menolak pengesahan apabila:
70
a. Harta pewaralaba, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk
menahan suatu benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian
b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin, dan
c. Perdamaian itu terjadi karena penipuan, atau persengkongkolan dengan
satu atau lebih kreditur, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah pewaralaba atau pihak lain bekerja sama
untuk mencapai perdamaian.
69
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 154.
70
Ibid,. Pasal 159 ayat 2
Selanjutnya, dalam hal permohonan pengesahan perdamaian ditolak, baik kreditur yang menyetujui rencana perdamaian maupun pewaralaba pailit, dalam
jangka waktu delapan hari setelah putusan pengadilan diucapkan dapat mengajukan kasasi. Sebaliknya, dalam hal rencana perdamaian sisahkan atau
dikabulkan, dalam jangka waktu delapan hari setelah putusan pengadilan diucapkan dapat diajukan kasasi oleh:
71
a. Kreditur yang menolak perdamaian atau yang hadir pada saat pemungutan
suara. b.
Kreditur yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian tersebut dicapai.
2. Insolvensi
Insolvensi merupakan fase terakhir kepailitan. Insolvensi adalah suatu keadaan di mana pewaralaba dinyatakan benar-benar tidak mampu membayar,
dengan kata lain harta pewaralaba lebih sedikit jumlahnya daripada hutangnya. harta kekayaan boedel pailit harus dijual lelang di muka umum, yang hasil
penjualannya akan dibagikan kepada kreditur sesuai dengan jumlah piutangnya yang disahkan dalam akor.
72
Apabila harta pewaralaba pailit sedikit, bahkan tidak cukup untuk biaya pailit dan utang harta pailit, kurator dapat mengusulkan agar kepailitan tersebut
dicabut kembali. Usulan kurator ini dapat dipertimbangkan melalui Pasal 18 UUK PKPU. Keputusan untuk mencabut kepailitan ini dibuat dalam bentuk
ketetapan hakim dan diputuskan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
71
Ibid.
72
http: millamantiez.blogspot.com diakses pada 25 maret 2015.
Zainal Asikin menyebutkan bahwa kuratorbalai harta peninggalan mulai mengambil tindakan yang menyangkut pemberesan harta pailit,yaitu:
73
a. Melakukan pelelangan atas seluruh harta pailit dan melakukan penagihan
terhadap piutang-piutang si pailit yang mungkin ada di tangan pihak ketiga, di mana penjualan terhadap harta pailit itu dapat saja dilakukan di
bawah tangan sepanjang mendapat persetujuan dari hakim komisaris. b.
Melanjutkan pengelolaan perusahaan si pailit apabila dipandang menguntungkan, namun pengelolaan itu harus mendapat persetujuan
hakim komisaris. c.
Membuat daftar pembagian yang berisi jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan selama kepailitan, nama-nama kreditur dan jumlah tagihan
yang disahkan, pembayaran yang akan dilakukan terhadap tagihan tersebut.
d. Melakukan pembagian atas seluruh harta pailit yang telah dilelang atau
diuangkan itu. Apabila insolvensi sudah selesai dan para kreditur sudah menerima
piutangnya sesuai dengan yang disetujui, kepailitan itu dinyatakan berakhir. Pewaralaba kemudian akan kembali dalam keadaan semula, dan tidak lagi berada
di bawah pengawasan kuratorbalai harta peninggalan. 3.
Kepailitan dicabut atas anjuran hakim pengawas Kepailitan juga dapat dicabut atas anjuran dari hakim pengawas,
pengadilan niaga mencabut suatu kepailitan dengan mengingat pada keadaan harta
73
http:bahankuliyah.blogspot.com201405hukum-kepailitan.html diakses pada 01 April 2015
pailit dan setelah panitia kreditur yang mendengar hal tersebut, panitia kreditur memanggil pewaralaba pailit dengan sah. Dalam memerintahkan pengakhiran
kepailitan tersebut, pengadilan niaga juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator dan membebankannya kepada pewaralaba. Terhadap
penetapan biaya dan imbalan jasa tersebut, tidak dapat diajukan kasasi dan untuk pelaksanaannya, dikeluarkan penetapan eksekusi.
74
4. Kepailitan berakhir jika putusan pailit dibatalkan di tingkat kasasi atau
peninjauan kembali Putusan pailit oleh pengadilan niaga tingkat pertama berlaku secara serta
merta dalam Pasal 8 ayat 7 UUK PKPU. Sejak saat putusan pailit, status pewaralaba sudah dalam keadaan pailit, akan tetapi jika dalam tingkat kasasi atau
peninjauan kembali putusan pailit tersebut ditolak, kepailitan bagi pewaralaba berakhir pula. Namun, jika kepailitan pewaralaba telah berakhir, segala perbuatan
yang telah dilakukan oleh kurator tetap sah sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan dari Mahkamah Agung
tersebut.
75
5. Jika utang dibayar lunas
Kepailitan pewaralaba berakhir apabila seluruh utang telah dibayar lunas. Permohonan penundaan pembayaran harus diajukan oleh pewaralaba
kepada pengadilan dan oleh penasehat hukumnya, disertai dengan daftar-daftar para kreditur beserta besar piutangnya masing-masing dan daftar harta kekayaan
aktivapasiva dari si pewaralaba.
74
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 18.
75
Ibid,. Pasal 16 ayat 2.
Surat permohonan dan lampiran tersebut diletakkan di kepaniteraan pengadilan agar dapat dilihat oleh semua pihak yang berkepentingan. Selanjutnya,
prosedur permohonan penundaan pembayaran tersebut adalah sebagai berikut: a.
Setelah pengadilan menerima permohonan penundaan pembayaran, secara langsung atau seketika pengadilan harus mengabulkan permohonan untuk
sementara dengan memberikan izin penundaan pembayaran. b.
Hakim pengadilan paling lambat empat puluh lima hari melalui panitera harus memanggil para kreditur, pewaralaba dan pengurus untuk diadakan
sidang. c.
Dalam sidang tersebut akan diadakan pemungutan suara jika perlu untuk memutuskan apakah penundaan pembayaran tersebut dikabulkan atau
ditolak. Berdasarkan hasil pemungutan suara inilah pengadilan akan dapat memutuskan secara definitif terhadap permohonan penundaan pembayaran
seperti berikut: 1
Permohonan penundaan pembayaran utang akan dikabulkan atau ditetapkan apabila disetujui lebih dari setengah kreditur konkuren
yang hadir dan mewakili paling sedikit dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari kreditur konkuren
atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut. 2
Permohonan penundaan pembayaran utang tidak akan dikabulkan apabila:
a Adanya alasan yang mengkhawatirkan bahwa pewaralaba
selama penundaan pembayaran akan mencoba merugikan kreditur-krediturnya.
b Apabila tidak ada harapan bagi pewaralaba, selama penundaan
pembayaran dan setelah itu, untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur.
c Dalam putusan hakim yang mengabulkan penundaan
pembayaran definitif tersebut, ditetapkan pula lamanya waktu penundaan pembayaran sejak penundaan sementara ditetapkan.
d Pengurus wajib segera mengumumkan putusan penundaan
kewajiban pembayaran utang sementara dalam berita Negara Republik Indonesia, dan paling sedikit dalam dua surat kabar
harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas, dan pengumuman tersebut harus memuat undangan untuk hadir dalam
persidangan yang merupakan rapat permusyawaratan hakim berikut tanggal, tempat, dan waktu sidang tersebut, nama
Hakim Pengawas, dan nama serta alamat pengurus. e
Setelah pengadilan mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang, panitera pengadilan wajib mengadakan
daftar umum perkara penundaan kewajiban pembayaran utang dengan mencantumkan untuk setiap penundaan kewajiban
pembayaran utang, di antaranya:
1 Tanggal putusan penundaan kewajiban pembayaran
utang sementara dan tetap berikut perpanjangannya 2
Kutipan putusan pengadilan yang menetapkan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara
maupun tetap dan perpanjangannya 3
Nama hakim pengawas dan pengurus yang diangkat 4
Ringkasan isi perdamaian dan pengesahan perdamaian tersebut oleh pengadilan,dan
5 Pengakhiran perdamaian
Sepanjang jangka waktu yang ditetapkan untuk penundaan pembayaran, atas permintaan pengurus, kreditur, hakim pengawas atau atas prakarsa
pengadilan, penundaan kewajiban pembayaran utang dapat diakhiri dengan alasan-alasan berikut ini:
76
1. Pewaralaba selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang bertindak
dengan iktikad tidak baik dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya. 2.
Pewaralaba mencoba merugikan para krediturnya. 3.
Pewaralaba tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau memindahkan hak atas sesuatu bagian dari hartanya.
4. Pewaralaba lalai melakukan kewajiban yang ditentukan oleh pengadilan dan
yang disyaratkan oleh pengurus.
76
Ibid,. pasal 255.
5. Keadaan harta pewaralaba selama penundaan pembayaran tidak
memungkinkan lagi bagi pewaralaba untuk melakukan kewajibannya pada waktunya.
Dengan dicabutnya penundaan kewajiban pembayaran utang, hakim dapat menetapkan si pewaralaba dalam keadaan pailit sehingga ketentuan kepailitan
berlaku bagi si pewaralaba. Pewaralaba yang memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dapat mengajukan rencana perdamaian melalui pengadilan.
Perdamaian itu diajukan pada saat atau setelah mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang. Hal ini berbeda dengan perdamaian
pada kepailitan, yaitu sebagai berikut:
77
1. Dari segi waktu, akor penundaan pembayaran diajukan pada saat atau setelah
permohonan penundaan pembayaran, sedangkan akor pada kepailitan diajukan setelah adanya putusan hakim.
2. Pembicaraan penyelesaian akor dilakukan pada sidang pengadilan
memeriksa permohonan penundaan pembayaran, sedangkan akor kepailitan dibicarakan pada saat rapat verifikasi, yaitu setelah adanya putusan pengadilan
3. Syarat penerimaan akor pada penundaan pembayaran haruslah disetujui
setengah dari jumlah kreditur konkuren yang diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat permusyawaratan hakim, yang bersama-sama mewakili
dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tesebut, dan mewakili
tiga perempat dari jumlah piutang yang diakui. Sementara itu, akor pada
77
Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 178.
kepailitan harus disetujui oleh dua pertiga dari kreditur konkuren, yang mewakili tiga perempat jumlah semua tagihan yang tidak mempunyai tagihan
istimewa. 4.
Kekuatan mengikatnya akor pada penundaan kewajiban pembayaran utang berlaku pada semua kreditur baik konkuren maupun preferen, sedangkan
akor kepailitan hanya berlaku bagi kreditur konkuren. Akibat hukum apabila akor penundaan kewajiban pembayaran utang
ditolak adalah hakim dapat langsung menyatakan pewaralaba dalam pailit. Sementara itu, apabila akor diterima, harus dimintakan pengesahan kepada hakim.
Dengan tercapainya penyelesaian melalui perdamaian akor yang telah disahkan, berakhirlah penundaan kewajiban pembayaran utang.
BAB IV AKIBAT HUKUM KEPAILITAN PEWARALABA TERHADAP
PERJANJIAN WARALABA DALAM BIDANG INDUSTRI MAKANAN A.
Karakteristik Industri Makanan
Hal-hal yang menyebabkan bisnis waralaba sangat berkembang di Indonesia diakibatkan mulai membaiknya perekonomian Indonesia, yang ditandai
dengan mulai meningkatnya jumlah kelas menengah, yang sebagian besar kalangan ini memiliki pendapatan yang di alokasikan dalam bentuk investasi,
salah satunya yaitu investasi dalam waralaba. Salah satu alasan waralaba sangat diminati oleh para calon investor adalah calon investor atau calon penerima
waralaba atau calon terwaralaba hanya cukup menyediakan modal, sementara bentuk bisnis yang akan dimulai hanya mengikuti sistem bisnis waralaba yang
telah dibentuk oleh pewaralaba. Salah satu waralaba yang sangat berkembang dan diminati oleh
masyarakat sehingga menjadi tren dan gaya hidup adalah waralaba dalam industri makanan dan minuman. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya waralaba
industri makanan dan minuman yang tersebar di tanah air, yang menawarkan produk-produk terbaru untuk menarik minat pembelinya, sehingga menarik para
calon terwaralaba untuk menanamkan modalnya menjalankan waralaba. Saat ini berbagai produk makanan dan minuman mulai berinovasi menjadi
bermacam-macam bentuk dan menu yang ditawarkan oleh pelaku usaha untuk menarik simpati konsumennya. Dalam kegiatan usaha di bidang industri makanan
dan minuman selain omset yang terus meningkat, juga mengalami pertumbuhan yang cukup positif. Hal tersebut tidak hanya memberikan keuntungan bagi pelaku
73
usaha di bidang makanan dan minuman, namun juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan membuka peluang baru bagi pemula yang ingin dan
tertarik untuk berinvestasi dalam kegiatan usaha di bidang industri makanan dan minuman.
Tidak hanya waralaba lokal yang mendominasi industri makanan dan minuman di Indonesia, namun banyak merek waralaba asing juga mampu
mempertahankan eksistensinya di Indonesia, seperti Kentucky Fried Chicken KFC, A W, Pizza Hut, Dunkin Donut, Mc Donalds, StarBucks, Texas, dll.
Ada empat faktor utama dalam bisnis waralaba dalam bidang industri makanan yang tidak akan dijumpai dalam melakukan kegiatan usaha atau bisnis
secara independen di luar sistem waralaba, yaitu sebagai berikut:
78
1. Keberadaan pewaralaba dan terwaralaba dalam suatu hubungan yang terus
menerus. 2.
Kewajiban untuk menggunakan nama dan sistem pewaralaba serta patuh pada pengendaliannya.
3. Terdapat risiko yang dapat merusak bisnis waralaba yang berada di luar
kemampuan dan kesiapan terwaralaba untuk menghadapinya, misalnya kegagalan bisnis pewaralaba atau tindakan terwaralaba lain yang membuat
reputasi waralaba tersebut menjadi buruk 4.
Kemampuan pewaralaba untuk tetap memberikan jasa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yang dianggap bernilai dan wajar yang bisa
membuat bisnis waralaba tersebut berhasil.
78
Adrian Sutedi. Op.Cit., hlm. 49.
Menurut International Franchise Association, waralaba pada hakekatnya melibatkan tiga elemen yaitu:
79
1. Merek
Setiap perjanjian waralaba, pewaralaba selaku pemilik dari sistem waralaba memberikan lisensi kepada terwaralaba untuk dapat menggunakan
merek dagang atau jasa dan logo yang dimiliki oleh pewaralaba. 2.
Sistem bisnis Keberhasilan dari suatu organisasi waralaba tergantung dari penerapan
sistem atau metode bisnis yang sama antara pewaralaba dan terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakupp standarisasi produk, metode
untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol
persediaan, kebijakan dagang, dan lain-lain. 3.
Biaya fee Setiap format bisnis waralaba, pewaralaba baik secara langsung atau tidak
langsung, menarik pembayaran dari terwaralaba atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri dari
biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi, danatau biaya pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada
terwaralaba, misalnya biaya manajemen.
79
Ibid.
Beberapa karakteristik yuridis dari suatu bisnis waralaba dalam industri makanan yaitu:
80
1. Unsur dasar
b. Ada pihak pewaralaba;
c. Ada pihak terwaralaba; dan
d. Bisnis waralaba industri makanan.
2. Keunikan produk
3. Konsep bisnis total
4. Terwaralaba memakai atau menjual produk
5. Pewaralaba menerima fee dan royalti
6. Adanya pelatihan manajemen dan keterampilan khusus
7. Pendaftaran merek dagang, paten, atau hak cipta
8. Bantuan pendanaan terwaralaba dari pewaralaba atau lembaga keuangan
9. Pembelian produk langsung dari pewaralaba
10. Bantuan promosi dan periklanan dari pewaralaba
11. Pelayanan pemilihan lokasi oleh pewaralaba
12. Daerah pemasaran yang eksklusif
13. Pengendalian dan penyeragaman mutu
14. Mengandung unsur merek dan sistem bisnis tertentu.
Karakteristik lain dari waralaba industri makanan ialah pihak-pihak yang terkait dalam waralaba sifatnya berdiri sendiri. Terwaralaba berada dalam posisi
independen terhadap pewaralaba. Maksudnya ialah terwaralaba berhak atas laba
80
Ibid,. hlm. 50.
dari usaha yang dijalankannya serta bertanggung jawab atas beban-beban usaha waralabanya sendiri, misalnya pajak dan gaji pegawai. Di luar itu, terwaralaba
terikat pada aturan dan perjanjian dengan pewaralaba sesuai dengan kontrak yang disepakati bersama.
Sebuah bisnis waralaba dalam bidang industri makanan dapat berkembang melalui proses sebagai berikut:
81
1. Melalui format bisnis waralaba, pewaralaba akan menularkan keberhasilan
usahanya, misalnya restoran siap saji dengan cirri tersendiri kepada terwaralaba. Pewaralaba sebelumnya telah melakukan formulasi standar untuk sukses sesuai
dengan pengalamannya. 2.
Seorang individu atau kemitraan atau perusahaan melihat peluang yang ditawarkan
pewaralaba dan
setelah mengevaluasinya,
memutuskan bahwawaralaba tersebut menguntungkan. Ia kemudian membeli waralaba dari
pewaralaba dengan membayar sejumlah biaya yang dikenal sebagai initial fee atau franchise fee. Sebagai imbalannya, ia menerima hak untuk berusaha di bawah
nama dan sistem yang sama. Sama halnya dengan memulai bisnis secara mandiri, terwaralaba bertanggung jawab untuk semua biaya yang muncul untuk memulai
usahanya ini. Perbedaannya ialah kemungkinan untuk mengeluarkan biaya yang lebih rendah karena kekuatan jaringan yang dimiliki oleh pewaralaba.
3. Terwaralaba membuka outletnya secara teratur, kemudian ia wajib
membayar royalti kepada pewaralaba, yaitu sejumlah persentase dari penjualannya. Biaya ini merupakan biaya atas layanan penunjang yang terus
81
Ibid.
diberikan oleh pewaralaba. Saling kebergantungan antara pendapatan terwaralaba, layanan penunjang yang diberikan oleh pewaralaba kepada terwaralaba, dan
pendapatan pewaralaba ang didapat dari royalti merupakan faktor yang menjamin waralaba menjadi suatu sistem yang efektif, karena setiap pihak ingin pihak lain
berhasil. Kegagalan atas satu pihak berarti kesulitan bagi pihak lainnya. Namun, merek dan sistem yang terbukti terbaik di bidangnya, tidak menjamin kesuksesan
waralaba tersebut di Indonesia. Kegagalan dalam membentuk hubungan yang harmonis antara pewaralaba dengan para terwaralabanya dapat membuat
perusahaan waralaba terbaik menjadi gagal. 4.
Pada tingkat terbaik, format bisnis waralaba sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Pewaralaba berada di garis depan guna memikirkan cara-cara
memaksimalkan penjualan dan keuntungan di outletnya sendiri, dengan terus menerus memperbaiki pendekatan dan strategi usahanya agar sesuai dengan
kebutuhan pasarnya yang khusus. Sementara itu, pewaralaba berkonsentrasi menjaga nilai kompetitif produknya dan mendukung terwaralaba untuk
memusatkan upayanya secara efektif. Semakin banyak bermunculan bisnis waralaba, membuat pemerintah harus
membuat aturan tertulis dalam perkembangan bisnis franchise dalam industri makanan dan minuman, salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
adalah melalui peraturan menteri perdagangan yaitu Permendag No. 07M- DAGPER22013 tentang pengembangan kemitraan dalam waralaba untuk jenis
usaha jasa makanan dan minuman.
82
82
Kevin Kogin. Op.Cit., hlm. 37.
Peraturan Menteri Perdagangan No. 07M-DAGPER22013 tentang pengembangan kemitraan dalam waralaba untuk jenis usaha jasa makanan dan
minuman hanya berlaku bagi jenis usaha restoran, rumah makan, barrumah minum dan kafe. Dalam Permendag ini diatur mengenai cara mengembangkan
usaha oleh pewaralaba dan terwaralaba melalui pendirian outlet-outlet yang dimiliki dan dikelola sendiri, diwaralabakan atau dikerjasamakan melalui pola
penyertaan modal dalam hal Pewaralaba atau terwaralaba untuk jenis usaha restoran, rumah makan, barrumah minum dan kafe telah memiliki outletgerai
sebanyak 250 dua ratus lima puluh.
83
Dalam hal penambahan outletgerai oleh pewaralaba atau terwaralaba melalui cara kerjasama dengan pola penyertaan modal, persentase jumlah
penyertaan modal yang dikerjasamakan antara lain:
84
1. Untuk investasi kurang dari atau sama dengan Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh
miliar rupiah, jumlah penyertaan modal dari pihak lain paling sedikit 40; 2.
Untuk investasi lebih dari atau sama dengan Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah, jumlah penyertaan modal dari pihak lain paling sedikit 30 .
B. Akibat Hukum Kepailitan Pewaralaba Terhadap Perjanjian Waralaba dalam Bidang Industri Makanan
Sebelum pernyataan pailit, hak-hak pewaralaba untuk melakukan semua tindakan hukum berkenaan dengan kekayaannya harus dihormati. Tentunya
83
Ibid.
84
Ibid,. hlm. 77.
dengan memperhatikan hak-hak kontraktual serta kewajiban pewaralaba menurut peraturan perundang-undangan.
Semenjak pengadilan mengucapkan putusan kepailitan dalam sidang yang terbuka untuk umum terhadap pewaralaba berakibat bahwa ia kehilangan hak
untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya persona standy in ludicio dan hak kewajiban si pewaralaba pailit beralih kepada kurator
untuk mengurus dan menguasai boedelnya. Si pailit masih diperkenankan untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum di bidang harta kekayaan, misalnya
membuat perjanjian, apabila dengan perbuatan hukum itu akan memberi keuntungan bagi harta boedel si pailit, sebaliknya apabila dengan perjanjian atau
perbuatan hukum itu justru akan merugikan boedel, maka kerugian itu tidak mengikat boedel.
Kepailitan mengakibatkan seluruh kekayaan pewaralaba serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak putusan
pernyataan pailit diucapkan kecuali:
85
1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur
sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang
dipergunakan oleh debitur dan keluarganya, dan bahan makanan untuk tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu;
85
Jono. Op.Cit., hlm. 107.
2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjannya sendiri sebagai
penggajian dari suatu jabatanjasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas; atau
3. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban
memberi nafkah menurut undang-undang. Pasal 25 UUK dan PKPU menyebutkan bahwa semua perikatan debitur
yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit, tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit. Tuntutan mengenai
hakkewajiban yang menyagkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Dalam hal tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap
debitur pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap debitur pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hokum
terhadap harta pailit. Dalam Pasal 26 disebutkan bahwa selama berlangsungnya kepailitan, tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang
ditujukan terhadap debitur pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan.
86
Setiap dan seluruh perikatan antara pewaralaba yang dinyatakan pailit dengan pihak ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, tidak akan dan
tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu.
Perikatan-perikatan yang sedang berlangsung dimana terdapat satu atau lebih kewajiban yang belum dilaksanakan oleh pewaralaba pailit, pada saat
86
Ibid., hlm. 108.
putusan pernyataan pailit telah diucapkan, maka demi hukum perikatan tersebut menjadi batal, kecuali jika menurut pertimbangan kurator masih dapat dipenuhi
dari harta pailit. UUK dan PKPU juga memberikan hak kepada pihak kreditur danatau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan untuk memintakan
permohonan pembatalan atas perbuatan-perbuatan hukum pewaralaba pailit, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan yang bersifat merugikan,
baik harta pailit secara keseluruhan maupun terhadap kreditur konkuren tertentu.
87
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang memberikan hak secara adil, baik kepada kurator
maupun kreditur untuk membatalkan perjanjian danatau perbuatan hukum pewaralaba pailit yang dilakukan sebelum pernyataan pailit diputuskan, namun
belum sepenuhnya diselesaikan pada saat pernyataan pailit dikeluarkan. Bahkan kurator maupun tiap-tiap kreditur yang berkepentingan berhak untuk meminta
pembatalan pailit diucapkan. Hanya perbuatan hukum yang tidak wajib dilakukan yang dapat dibatalkan.
88
Pasal 1314 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa suatu perjanjian dapat bersifat sepihak dan perjanjian yang bersifat timbale balik.
Perjanjian yang bersifat sepihak, yaitu perjanjian dimana hanya ada satu pihak yang mempunyai kewajiban atas prestasi terhadap pihak lain. Adapun perjanjian
yang bersifat timbal balik, yaitu suatu perjanjian dimana kedua belah pihak saling berprestasi. Dalam perjanjian timbal balik bilateral, selalu ada hak dan
87
https:clickgtg.wordpress.com20080702hukum-kepailitan-di-indonesia diakses pada 03 Maret 2015
88
http:lalayulinurmala.blogspot.com201105kepailitan.html diakses pada 07 Januari 2015
kewajiban di satu pihak yang saling berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak lain.
Pasal 36 ayat 1 UUK dan PKPU menentukan bahwa dalam hal pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan, terdapat perjanjian timbal balik yang belum
atau baru sebagian dipenuhi, pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitur dapat meminta kepada kurator untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan
pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh kurator dan pihak tersebut. Pasal 36 ayat 2 UUK dan PKPU menyebutkan bahwa dalam
hal kesepakatan mengenai jangka waktu tersebut tidak tercapai, hakim pengawas menetapkan jangka waktu tersebut. Dalam Pasal 36 ayat 3 UUK dan PKPU
menyebutkan bahwa apabila dalam jangka waktu tersebut kurator tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian
tersebut, maka perjanjian berakhir dan pihak dalam perjanjian tersebut dapat menuntut ganti rugi dan akan diperlakukan sebagai kreditur konkuren.
Perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, pihak yang mengadakan perjanjian dengan pewaralaba dapat meminta kepada kurator
untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh kurator dan pihak tersebut. Jika kurator
tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut maka perjanjian berakhir dan pihak yang dimaksud dapat
menuntut ganti rugi dan akan diperlakukan sebagai kreditur konkuren. Zainal Asikin, menguraikan beberapa akibat hukum dari putusan pailit. Hal yang utama
adalah dengan telah dijatuhkannya putusan kepailitan, pewaralaba pailit
kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya. Pengurusan dan penguasaan harta benda tersebut beralih ke tangan
kuratorBalai Harta Peninggalan.
89
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyebutkan pengecualian harta benda debitur
pailit.Tidak semua harta bendanya akan beralih penguasaan dan pengurusannya ke kuratorBalai Harta Peninggalan. pengecualiannya adalah:
90
a Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya yang dipergunakan oleh
pewaralaba dan keluarganya, dan bahkan makanan untuk tiga puluh hari bagi pewaralaba dan keluarganya
b Segala sesuatu yang diperoleh pewaralaba dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian suatu jabatan atau jasa, upah, uang tunggu, dan uang
tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas c Uang diberikan kepada pewaralaba untuk memenuhi kewajibannya
memberi nafkah. Pewaralaba pailit masih diperkenankan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan hukum apabila dengan perbuatan hukum tersebut akan menambah harta kekayaannya. Apabila ternyata di kemudian hari, perbuatan hukum itu merugikan
kekayaan pailit, kuratorbalai harta peninggalan dapat mengumukakan pembatalan
89
http:staff.blog.ui.ac.id diakses pada 15 Maret 2015
90
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 22.
perbuatan hukum tersebut. Pasal 36 UU No. 37 Tahun 2004 menentukan sebagai berikut:
91
a Dalam hal pada saat penyataan pailit diucapkan, terdapat perjanjian timbal balik yang belum atau sebagian dipenuhi, pihak yang mengadakan perjanjian
dengan pewaralaba dapat meminta kepada kurator untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang
disepakati oleh kurator dan pihak tersebut. b Dalam hal tidak tercapainya kesepakatan antara pihak tersebut dengan
kurator mengenai jangka waktu di atas, hakim pengawas yang akan menetapkan jangka waktu tersebut.
c Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan kurator menyatakan kesanggupannya, kurator wajib memberikan jaminan atas kesanggupannya untuk
melaksanakan perjanjian tersebut. Sebaliknya, jika kurator tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian, maka perjanjian
tersebut dinyatakan berakhir dan pihak yang bersangkutan dapat menuntut ganti rugi dan akan diberlakukan sebagai kreditur konkuren.
d Apabila dalam perjanjian sebagaimana dimaksudkan di atas, telah diperjanjikan untuk menyerahkan benda dagangan yang biasa diperdagangkan
dalam jangka waktu tertentu, dan pihak yang harus menyerahkan benda dagangan yang biasa diperdagangkan dalam jangka waktu tertentu, dan pihak yang harus
menyerahkan benda tersebut belum menyerahkannya setelah putusan pailit dikeluarkan, perjanjian tersebut menjadi hapus, dan dalam hal pihak lawan yang
91
Ibid,. Pasal 36
mengadakan perjanjian dirugikan karena penghapusan perjanjian tersebut, yang bersangkutan dapat mengajukan diri sebagai kreditur konkuren untuk
mendapatkan ganti rugi. Kepailitan pewaralaba sebagai Badan Hukum Perseroan Terbatas di
Indonesia tidak secara otomatis terhentinya operasional perseroan. Pernyataan Pailit Perseroan Terbatas membuat perseroan sebatas kehilangan haknya untuk
mengurus dan menguasai harta kekayaan perseroan tersebut. Pendapat ini dkuatkan dengan berlandaskan pada beberapa hal sebagai berikut:
92
Pasal 143 ayat 1 UUPT, menjelaskan bahwa : 1.
Pembubaran perseroan tidak mengakibatkan perseroan kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan. 2.
Sejak saat pembubaran pada setiap surat keluar Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama perseroan.
Pasal ini berkaitan dengan pasal sebelumnya bahwa salah satu penyebab pembubaran adalah disebabkan karena berada pada keadaan pailit yang mana
keadaan pailit dapat terjadi karena dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan karena telah
dinyatakan Insolvensi. Pembubaran perseroan, seperti yang diatur dalam Pasal 142 butir 4, yang dimaksud dalam Pasal 143 UUPT tersebut pun harus
92
https:hendrasetia.wordpress.com20131116business-law diakses pada 04 Maret 2015
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No. 37 tahun 2004.
93
Peran organ-organ perseroan tersebut berdasarkan Pasal 16 dan Pasal 21 UUK dan PKPU, diambil alih oleh kurator dan hakim pengawas untuk melakukan
emberesan harta pailit dan atau melanjutkan operasional perseroan terbatas dengan pertimbangkan lebih mengutungkan daripada menghentikan operasional
perseroan terbatas, kecuali apabila terjadi pencabutan kepailitan akibat tidak ada kemampuan membayar pewaralaba untuk membayar biaya kepailitan maka
bersamaan dengan itu dilakukan penghentian tugas dan wewenang Kurator dalam kegiatannnya, pemberesan dan penyelesaian kewajiban perseroan dilakukan oleh
likuidator seperti halnya diatur dalam Pasal 143 butir 4 UUPT. Pembubaran badan hukum perseroan terbatas dilaksanakan setelah segala
urusan dan pemberesan kewajiban telah diselesaikan secara keseluruhan terhadap Kreditur maupun pihak ketiga. Pembubaran badan hukum ini melalui mekanisme
yang diatur dalam UUPT. Setelah segala sesuatu mengenai pemberesan dan penyelesaian kewajiban terhadap kreditur maupun pihak ketiga selesai, RUPS
sebagai organ tertinggi Perseroan Terbatas, kembali pada fungsi, tugas dan wewenangnya untuk melakukan langkah-langkah pembubaran Badan Hukum.
94
Mengenai pembubaran perseroan terbatas akibat dari kepailitan telah diatur dalam UUPT. Segala yang diatur dalam UUPT mengenai pembubaran
perseroan terbatas khususnya yang disebabkan karena kepailtan harus mempertimbangkan dan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
93
Ibid.
94
Ibid.
Undang-Undang Kepailitan maka bertolak dari hal tersebut pada esensinya bahwa tidak setiap perseroan yang dinyatakan pailit baik karena dicabutnya kepailitan
berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan karena telah dinyatakan Insolvensi, selalu dibubarkan baik pengertian
berhenti operasionalnya maupun pembubaran badan hukum perseroan terbatas tersebut.
95
Berdasarkan pasal 104 di atas, kepailitan badan hukum perseroan terbatas di Indonesia tidak secara otomatis membuat perseroan kehilangan haknya untuk
mengurus dan menguasai harta kekayaan perseroan tersebut karena kepailitan perseroan terbatas menurut hukum Indonesia tidak menyebabkan terhentinya
operasional perseroan. Apabila dalam hal perusahaan yang dilanjutkan tidak berprospek dengan baik, maka hakim pengawas akan memutuskan untuk
menghentikan beroperasinya perseroan terbatas dalam permohonan seorang Kreditur.
96
Dengan pertimbangan tetap beroperasinya usaha dari perseroan terbatas pailit maka dimungkinkan adanya keuntungan yang akan diperoleh diantaranya
yaitu :
97
a. Dapat menambah harta si pailit dengan keuntungan-keuntungan yang
mungkin diperoleh dari perusahaan itu.
95
Ibid.
96
Ibid., Pasal 104.
97
https:hendrasetia.wordpress.com20131116business-law diakses pada 04 Maret 2015
b. Ada kemungkinan lambat laun si pailit akan dapat membayar utangnya
secara penuh. c.
Kemungkinan tercapai suatu perdamaian. Pada penjelasan Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, memberi peluang bagi perusahaan yang menurut penilaian Kurator, Panitia Kreditur dan atas ijin Hakim Pengawas masih memiliki Prospek
Usaha yang Baik, dapat tetap dilangsungkan. Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, tidak semata-mata bertujuan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
Kreditur atas utang-utang Pewaralaba, tetapi lebih dari pada itu, nilai-nilai dasar yang terkadung dalam asas-asas UU Kepailitan dan PKPU ini, ditujukan untuk
melindungi seluruh kepentingan-kepentingan para pihak dan bahkan dengan pertimbangan untuk kepentingan ekonomi nasional atau kepentingan negara.
Memperhatikan ketentuan yang mengatur mengenai syarat-syarat pewaralaba pailit, yaitu :
98
1. Pewaralaba terhadap siapa permohonan itu diajukan harus paling sedikit
mempunyai dua kreditur atau dengan kata lain harus memiliki lebih dari satu kreditur;
2. Pewaralaba tidak membayar sedikitnya satu utang kepada salah satu
krediturnya; 3.
Utang yang tidak dibayar itu harus telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang pada kalimat yang pertama adalah untuk
98
Ibid,. Pasal 2 ayat 1.
mensyaratkan bahwa pewaralaba tidak hanya mempunyai utang kepada satu kreditur saja. Pengertian kreditur di sini adalah untuk mensyaratkan bahwa
pewaralaba tidak hanya mempunyai utang kepada satu kreditur saja. Dengan demikian, pengertian kreditur di sini adalah menunjuk pada sembarang kreditur,
yaitu baik kreditur konkuren maupun kreditur preferen. Yang diperhatikan di sini adalah keuangan kreditur bukan bebas dari utang, tetapi memikul beban
kewajiban membayar utang-utang.
99
Pengertian kalimat yang kedua adalah untuk menentukan bahwa permohonan pailit dapat diajukan bukan saja oleh pewaralaba sendiri tetapi juga
oleh kreditur. Kreditur yang dimaksud di sini adalah kreditur konkuren, karena seorang kreditur preferen atau separatis pemegang hak-hak jaminan tidak
mempunyai kepentingan untuk diberi hak mengajukan permohonan pernyataan pailit mengingat kreditur separatis telah terjamin sumber pelunasan tagihannya
yaitu dari barang-barang yang telah dibebani dengan hak jaminan. Syarat kedua permohonan pailit adalah ada
nya suatu “utang”. dalam pengertian ini merupakan hal yang dapat timbul pada kedua belah pihak. Dalam
Perikatan, kewajiban pemenuhan prestasi yang harus dijalankan menurut hukum dan merupakan tagihannya yang dapat dimintakan ganti rugi bila tidak dipenuhi
oleh si pewaralaba, sehingga si berpiutang atau kreditur memiliki piutang inschuld dan hak atas tuntutan ganti rugi, sementara pada pihak si berutang atau
pewaralaba memiliki utang uitschuld dan tanggungjawab atas tuntutan ganti rugi haftung.
99
Ibid.
C. Perlindungan Hukum Bagi Terwaralaba untuk Menjaga Kelangsungan Usaha dalam Bidang Makanan