Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Sebagai Bentuk

4. Hak, kewajiban, dan tugas masing-masing pihak dapat diterima oleh terwaralaba.

D. Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Sebagai Bentuk

Sistem Bisnis Perjanjian waralaba adalah dokumen krusial baik sebagai terwaralaba penerima waralaba maupun pewaralaba pemberi waralaba. Dengan banyaknya jenis bisnis waralaba baru yang ditawarkan, seringkali pencari waralaba bingung, apakah harus memilih bisnis waralaba baru yang menawarkan berbagai fitur menarik dan inovatif, memilih bisnis waralaba yang telah berdiri lebih lama, tampak stabil, dan dalam fase maturity. 47 Keunggulan sistem waralaba adalah sebagai berikut: 1. Expansion Pihak pewaralaba memiliki akses permodalan untuk berbagi biaya dengan terwaralaba dengan resiko yang relatif lebih rendah. 2. Quick start Pihak terwaralaba memperoleh kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis baru dengan cara cepat. 3. Training Selama menjalankan bisnis waralaba, terwaralaba akan menerima bantuan manajerial secara berkala dalam hal pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasional, pembelian, pemasaran dari pewaralaba. 47 http:panjinugroho1992.blogspot.com201311waralaba.html diakses pada 03 Maret 2015 Kekurangan sistem waralaba bagi terwaralaba adalah: 48 1. Control Sistem waralaba tidak memberikan kebebasan penuh kepada terwaralaba karena terwaralaba terikat perjanjian harus mengikuti sistem dan metode yang telah dibuat oleh pewaralaba. 2. Price Membeli bisnis waralaba memerlukan investasi relatif besar, bahkan terwaralaba sering kali tidak punya pilihan untuk mengurangi biaya. Disamping lokasi, terwaralaba harus pula membayar terwaralaba fee, royalty, dan kontribusi promosi kepada pewaralaba serta memodifikasi kontrak dari waktu ke waktu. Walaupun resiko gagal rendah, tetapi untuk dapat melancarkan bisnis ini, perlu kecermatan dan kehati-hatian dalam memilih pewaralaba dan jenis usahanya. 3. Conflict Adanya resiko pewaralaba melanggar perjanjian yang telah disepakati dengan suatu alasan. Apabila terwaralaba tidak membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup sebelum bergabung dalam bisnis waralaba, maka terwaralaba akan mudah percaya dengan janji-janji pewaralaba tanpa melakukan investigasi kepada terwaralaba lain di bawah naungan pewaralaba yang sama. Dalam kondisi seperti ini ada peluang bagi pewaralaba yang tidak kooperatif untuk menguntungkan satu pihak saja. 48 Ibid. Pertimbangan yang sebaiknya dilakukan sebelum perjanjian ditanda- tangani adalah: 49 1. Sengketa antara pewaralaba dan terwaralaba sebagian besar disebabkan dari ketidakjelasan perjanjian antara kedua belah pihak. 2. Terwaralaba akan berada pada posisi lemah jika telah mengeluarkan sejumlah uang, seperti membayar sewa dan membeli peralatan sebelum menandatangani perjanjian. 3. Isi perjanjian akan menentukan tingkat hasil bisnis terwaralaba, namun terwaralaba harus fokus pada biaya-biaya yang menjadi kewajiban terwaralaba kepada pewaralaba. Untuk biaya yang ditentukan dalam bentuk persentase, tentukan besarnya di awal perjanjian, hindari kalimat-kalimat “akan ditentukan kemudian”, dst. Ilustrasi penawaran tidak memiliki kekuatan hukum dan hanya sebagai alat pemasaran saja. 4. Disamping biaya, pos pendapatan juga harus diperhatikan, misalnya pendapatan lain-lain seperti sewa dan pembagiannya. Perjanjian waralaba delapan hal yang harus diperhatikan dan harus dicantumkan pada perjanjian, yakni : 1. Jangka waktu perjanjian Jangka waktu dalam perjanjian harus memuat berapa lama perjanjian berlangsung, cara memperbaharuinya dan persyaratan yang diajukan. 49 Ibid. 2. Teritorial territory Adalah area territorial yang berlaku dalam perjanjian, apakah hanya satu kota atau kota lain bahkan negara lain. Apakah diberikan hak eksklusif untuk suatu area atau terdapat terwaralaba lainnya dalam teritori tersebut. 3. Hak dan kewajiban Idealnya posisi antara terwaralaba dan pewaralaba adalah seimbang. Namun dalam prakteknya kondisi ini sulit diperoleh. Terwaralaba biasanya berada sedikit dibawah pewaralaba. Hak dan kewajiban masing-masing harus dinyatakan secara tertulis di perjanjian. Jika terdapat asuransi-asuransi yang dibutuhkan harus dinyatakan dengan tegas pihak yang menanggung. Bagian ini perlu dicermati karena mayoritas sengketa bermula dari sini. 4. Hak kekayaan Intelektual Ini terkait dengan merek yang digunakan dan bagaimana perlakuannya. Jika terdapat goodwill harus dinyatakan bagaimana perlakuannya. Penting juga dinyatakan jika pewaralaba adalah pemegang master waralaba, bagaiman perlakuannya jika hak master waralaba dari pewaralaba utama tersebut berakhir. 5. Biaya-biaya fee Terdapat banyak biaya mesti terwaralaba bayar dalam bisnis ini, pastikan semua biaya tersebut dinyatakan dalam perjanjian berikut besarannya. Tiap pewaralaba menetapkan biaya beragam biasanya berupa waralaba Fee initial fee, royalty fee on sales dan regular management fee. Biaya-biaya lain yang dimungkinkan adalah joint marketing fee, perlakuan fee tersebut harus ditulis dengan tegas besarannya, apakah flat atau progresif. 6. Dukungan support dari pewaralaba Perjanjian-perjanjian harus memuat secara tegas dukungan yang dijanjikan oleh pewaralaba. Dukungan-dukungan tersebut memuat diantaranya tidak terbatas pada: a. Dukungan sebelum memulai bisnis, seperti perijinan, pemilihan lokasi, riset awal, desain took, pencarian peralatan equipment, rekutmen b. Dukungan operasional, meliputi teknologi informasi, jaminan pasokan barangjasa, asuransi, standard operation and procedure SOP, regular training, riset pasar, administrasi serta laporan-laporan. Tentukan jadwal atau tanggal-tanggal dukungan itu dapatt dipenuhi oleh pewaralaba. c. Dukungan umum general support, meliputi bantuan hukum, perpajakan. 7. Batasan-batasan Restriction Mengingat waralaba lebih sebagai duplikasi bisnis, maka dalam operasinya harus berdasarkan SOP standard operation and procedure dari pewaralaba. Bagian ini harus memuat secara tegas apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Contoh, apakah terwaralaba diperbolehkan menentukan harga berbeda, diperbolehkan memiliki bisnis serupa, larangan menjalankan bisnis sejenis setelah berakhirnya perjanjian, pasokan diperoleh, apakah semuanya dari pewaralaba, atau diperbolehkan dari supplier lain. Apakah terdapat jaminan pasokan dari pewaralaba. 8. Exit strategy Bagian akhir perjanjian sebaiknya memuat bagaimana jika terjadi pemutusan perjanjian lebih awal dan dengan kondisi-kondisi seperti apa saja. Exit strategy ini juga sebaiknya menjelaskan apakah terwaralaba diperbolehkan menjualmengalihkan waralaba yang telah dibeli karena alasan-alasan tertentu seperti kesulitan keuangan. Hambatan-hambatan yang muncul dalam melakukan perlindungan hukum terhadap terwaralaba, yaitu : 50 1. Mengenai Pajak atas royalti PPn selama ini menjadi beban terwaralaba, sedangkan royalti yang diterima oleh pewaralaba adalah nilai bersih dari gross sales. 2. Pengenaan royalti umumnya didasarkan pada gross sales, namun demikian pada perjanjian waralaba Indonesia didasarkan pada gross income sedangkan pada perjanjian waralaba asing menggunakan dasar gross sales dan adanya kewajiban pembayaran fee-fee lainnya sebagaimana ditentukan oleh pewaralaba antara lain seperti advertising fee, training fee, dan management service fee. 3. Program pelatihan yang tertuang dalam perjanjian waralaba Indonesia tidak diatur secara tegas bentuk dan waktunya berbeda halnya dengan di sebagian perjanjian waralaba asing. Berbagai faktor yang menyebabkan seorang terwaralaba menemui kegagalan dalam bisnis waralaba, antara lain: 1. Penyerahan modal yang cukup tinggi Waralaba pada produk tertentu, terwaralaba harus menyerahkan modal awal agar memiliki hak menggunakan nama produk pewaralaba dan mendapatkan 50 Ibid. bantuan alat dan bimbingan dari pewaralaba. Terkadang modal yang harus diserahkan dirasakan cukup tinggi, terutama waralaba dari luar negeri. Misalnya McDonald’s mensyaratkan para terwaralaba harus memberikan deposit modal sekitar 405 juta rupiah untuk memegang hak izin memproduksi produk McDonald’s selama 20 tahun. Maka untuk menjalankan produksi restaurant cepat saji McDonald’s memerlukan dana sekitar 1 milyar lebih, baik untuk penyedian lokasi, gedung, bahan baku dan karyawan. Namun waralaba lokal biayanya lebih murah. Selain itu, ada beberapa waralaba yang dalam perjanjian kontraknya meminta sekian persen dari keuntunganomzet yang telah diperoleh terwaralaba tiap tahunnya. 2. Biaya bahan baku yang lebih mahal Biasanya para pewaralaba menyediakan penyalur bahan baku bagi para terwaralaba untuk memproduksi produknya dan beralasan bahan baku dari penyalur yang telah diajak bekerjasama oleh pewaralaba telah memenuhi standar mutu. Sehingga harga bahan bakunya pun agak lebih murah dari harga pasar, padahal dari kerjasama dengan penyalur tersebut, pewaralaba juga mendapatkan komisi dan margin keuntungan yang diperoleh oleh terwaralaba menjadi lebih kecil. 3. Modal usaha yang tidak mencukupi Beberapa pewaralaba menyediakan opsi menarik untuk para calon terwaralaba untuk bergabung dalam bisnisnya, yaitu memberikan opsi cicilan dana dan suplai bahan bagi terwaralaba yang kekurangan modal. Namun, pada umumnya para pewaralaba tidak mau terlibat dalam penyediaan dana bagi para terwaralaba yang kekurangan modal, sehingga terwaralaba harus berusaha sendiri mencari tambahan modal, sehingga terwaralaba harus berusaha sendiri mencari tambahan modal. Pada masa paceklik tersebut, para terwaralaba harus gulung tikar di tengah jalan. 4. Pengaturan lokasi waralaba yang tidak baik Para pewaralaba yang mempertimbangkan strategi lokasi, biasanya hanya mengijinkan suatu perwakilan waralaba pada jarakradius tertenttu. Namun, tidak sedikit pewaralaba yang mengijinkan berdirinya puluhan waralaba dalam satu lokasi kota dengan harapan pewaralaba mendapatkan keuntungan lebih dari modal yang disetor para terwaralaba. Hal ini sangat merugikan, karena para terwaralaba harus saling bersaing dengan merek dan produk yang sama dalam satu lokasi radius tertentu. Misalnya dalam satu kota terdapat hingga sepuluh gerai restoran cepat saji dengan produk yang sama. 5. Kreatifitas yang terbatas Pewaralaba mengharuskan para terwaralaba menggunakan aksesoris yang seragam pada tempat usahanya, baik menyangkut warna tempat, papan reklame, pernak-pernik, dan aksesoris lainnya. Sehingga daya kreatifitas yang ingin dikembangkan oleh terwaralaba menjadi terbatas untuk menarik para konsumen. Hal tersebut menjadi nilai negatif bagi wirausahawan yang mempunyai kreatifitas tinggi bagi tempat usahanya. 6. Penentuan lokasi yang kurang tepat Salah satu kunci keberhasilan dalam membantu suatu bisnis adalah memilih lokasi yang tepat. Hal tersebut juga berlaku dalam berbisnis waralaba. Dalam menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat usaha waralaba, ada baiknya melakukan riset kecil-kecilan, baik yang menyangkut keramaian lokasi, minat warga sekitar akan produk yang akan dijual oleh terwaralaba, jumlah saingan usaha pada produk yang sejenis, dan juga kondisi ekonomi yang tengah dialami oleh masyarakat setempat. Jika simpulan mengenai lokasi tersebut ternyata berprospek menjanjikan, maka segera bertindak. 7. Kebangkrutan Pewaralaba Apabila induk bisnis yakni pewaralaba mengalami kebangkrutan di saat usaha sedang mengalami kemajuan, maka terwaralaba harus berjuang sendiri tanpa mendapat bantuan dan bimbingan dari pewaralaba. Hal ini menyebabkan kekhawatiran dan berdampak pada kelangsungan usaha. BAB III KEPAILITAN PEWARALABA MENURUT UU. NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Syarat dan Prosedur Kepailitan Pewaralaba Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pengertian kepailitan adalah: 51 “Sita umum atas semua kekayaan pewaralaba pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. ” Syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pailit terhadap pewaralaba dapat dilihat pada Pasal 2 ayat 1 UUK PKPU adalah sebagai berikut: 52 “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih krediturnya. ” Dalam hal kepailitan pewaralaba, syarat permohonan pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 UUK PKPU diuraikan sebagai berikut: 53 1. Syarat adanya dua kreditur atau lebihconcursus creditorum Syarat bahwa pewaralaba harus mempunyai minimal dua kreditur, sangat terkait dengan filosofis lahirnya hukum kepailitan. Sebagaimana yang telah 51 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1, Angka 1. 52 Ibid,. Pasal 2 ayat 1. 53 Ibid. hlm 4-11. 47 dijelaskan sebelumnya, bahwa hukum kepailitan merupakan realisasi dari Pasal 1132 KUH Perdata. Kreditur yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap pewaralaba adalah kreditur konkuren, kreditur preferen, kreditur separatis. KUH Perdata dikenal tiga istilah kreditur, yaitu: a. Kreditur konkuren Kreditur konkuren ini diatur dalam Pasal 1132 KUH Perdata. Kreditur konkuren adalah para kreditur dengan hak pari passu dan pro rata, artinya para kreditur secara bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang didahulukan yang dihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing- masing dibandingkan terhadap piutang mereka secara keseluruhan, terhadap seluruh harta kekayaan pewaralaba tersebut. Dengan demikian, para kreditur konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas pelunasan utang dari harta pewaralaba tanpa ada yang didahulukan. Setiap kreditur konkuren mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan dari harta kekayaan pewaralaba dalam hal ini pewaralaba. Jika pewaralaba hanya mempunyai satu kreditur, maka seluruh harta kekayaan pewaralaba otomatis menjadi jaminan atas pelunasan utang pewaralaba tersebut dan tidak diperlukan pembagian secara pro rata dan pari passu. Dengan demikian, jelas bahwa pewaralaba tidak dapat dituntut pailit, jika pewaralaba tersebut hanya mempunyai satu kreditur. b. Kreditur preferen kreditur yang diistimewakan Yaitu kreditur yang oleh Undang-undang, semata-mata karena sifat piutangnya, mendapatkan pelunasan terlebih dahulu. Kreditur preferen merupakan kreditur yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. c. Kreditur separatis Yaitu kreditur pemegang hak jaminan kebendaan in rem, yang dalam KUH Perdata disebut dengan nama gadai dan hipotek. 2. Syarat harus adanya utang Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 butir 6 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyebutkan pengertian utang sebagai berikut: “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh pewaralaba dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan pewaralaba. ” 3. Syarat cukup satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih Syarat bahwa utang harus telah jatuh waktu dan dapat ditagih menunjukkan bahwa kreditur sudah mempunyai hak untuk menuntut pewaralaba untuk memenuhi prestasinya. Adanya utang yang harus lahir dari perikatan sempurna yaitu adanya schuld dan haftung. Schuld yang dimaksud adalah kewajiban setiap pewaralaba untuk menyerahkan prestasi kepada kreditur, dan karena itu pewaralaba mempunyai kewajiban untuk membayar utang. Sedangkan haftung adalah bentuk kewajiban pewaralaba lain yaitu pewaralaba berkewajiban untuk membiarkan harta kekayaannya diambil oleh kreditur sebanyak utang pewaralaba guna pelunasan utang tadi, apabila pewaralaba tidak memenuhi kewajibannya membayar utang tersebut. 54 Pengaturan suatu utang jatuh tempo dan dapat ditagih, juga wanprestasi salah satu pihak dapat mempercepat jatuh tempo utang yang diatur dalam perjanjian. Ketika terjadi wanprestasi, jatuh tempo utang telah diatur, maka pembayaran utang dapat dipercepat dan menjadi jatuh tempo dan dapat ditagih sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak diatur tentang jatuh tempo, maka pewaralaba dianggap lalai apabila dengan surat teguran pewaralaba telah dinyatakan lalai dan dalam surat itu pewaralaba diberi waktu tertentu untuk melunasi utangnya. 55 Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menunjukkan bahwa pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit bagi seorang pewaralaba adalah: 56 1. Debitur yang bersangkutan Seorang debitur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit atas dirinya sendiri jika debitur masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau isteri. 2. Kreditur atau para kreditur Kreditur yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debitur adalah kreditur konkuren, kreditur preferen dan kreditur separatis. 54 Ivida Dewi Amrih Suci dan Herowati Poesoko, Hak kreditur Separatis Dalam Mengeksekusi Benda Jaminan Pewaralaba Pailit Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2011, hlm. 16. 55 http:makkula.blogspot.com diakses pada 01 Maret 2015 56 Jono, Hukum Kepailitan Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm.12. 3. Kejaksaan untuk kepentingan umum Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit demi kepentingan umum, yang mana kepentingan umum dalam hal ini adalah kepentingan bangsa dan Negara dan atau kepentingan masyarakat, misalnya: a. Debitur melarikan diri; b. Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan; c. Debitur mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat; d. Debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas; e. Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; f. Dalam hal lain yang menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum. Pengajuan permohonan pailit yang dilakukan oleh pewaralaba disebut dengan voluntary petition. Voluntary petition adalah permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh pewaralaba, yang tidak mensyaratkan berapa besar jumlah utang yang dimilikinya. Sebaliknya pengajuan permohonan pernyataan pailit yang dilakukan oleh pihak kreditur disebut dengan involuntary petition adalah pengajuan permohonan pernyataan pailit yang dilakukan oleh kreditur apabila pewaralaba memiliki utang yang jumlah nilai utangnya dan bentuk utangnya telah ditentukan di dalam perjanjian. Proses pengajuan kepailitan adalah sebagai berikut: 57 1. Pengajuan permohonan pailit oleh kreditur, pewaralaba atau pihak lainnya; 2. Pemeriksaan perkara dan pembuktian sederhana di pengadilan; 3. Putusan pailit tingkat pertama; 4. Penunjukan kurator; 5. Mulai berlaku eksekusi jaminan; 6. Putusan pailit berkekuatan hukum tetap putusan MA di tingkat kasasi; 7. Mulai berlaku verifikasi piutang; 8. Perdamaian; 9. Harta debitur tidak cukup membayar utang; 10. Dilakukan pemberesan termasuk asset, menyusun daftar piutang dan pembagian; 11. Kepailitan berakhir; 12. Dilakukan rehabilitasi. Asas-asas yang terdapat dalam kepailitan adalah: 58 1. Asas keseimbangan Fungsi kepailitan adalah dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga oleh pewaralaba yang tidak jujur. Dan di lain pihak mencegah kreditur yang tidak baik. 57 http:staff.blog.ui.ac.id diakses pada 15 Maret 2015 58 Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia; Dualisme Kewenangan Pengadilan Niaga Lembaga Arbitrase Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm. 75-76. 2. Asas kelangsungan usaha Terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan pewaralaba yang prospektif tetap dilangsungkan. 3. Asas keadilan Ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak berkepentingan. Asas ini mencegah terjadinya kesewenangan terhadap pewaralaba dengan tidak memperdulikan krediturnya. 4. Asas integrasi Sistem hukum formil dan materilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional. Putusan atau penetapan kepailitan harus sudah dikeluarkan atau diucapkan paling lambat tiga puluh hari sejak tanggal pendaftaran permohonan kepailitan, dan putusan ini harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Setelah keputusan kepailitan dijatuhkan oleh hakim yang memeriksa, pengadilan dalam jangka waktu dua hari harus memberitahukan dengan surat dinas tercatat atau melalui kurir tentang putusan itu beserta salinannya, kepada pewaralaba yang dinyatakan pailit, pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit, kurator serta hakim pengawas. Dalam hal penetapan putusan telah dikeluarkan, dalam jangka waktu paling lambat lima hari sejak tanggal diputuskannya permohonan kepailitan, kurator mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan sekurang-kurangnya dalam dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas. Dalam putusan pernyataan kepailitan, selain dapat menetapkan pewaralaba dalam keadaan pailit, hakim juga dapat menetapkan kurator tetap sebagai pengawas sepanjang diminta oleh pewaralaba atau kreditur. Akan tetapi, apabila pewaralaba atau kreditur tidak meminta, Balai Harta Peninggalan BHP bertindak selaku kurator. Kurator adalah pihak yang memiliki peran sentral dalam proses kepailitan. Setelah ditunjuk oleh pengadilan maka kuratorlah yang mengurus dan membereskan proses kepailitan sampai akhir. Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan dalam suatu proses perkara pailit. Karena itu, persyaratan dan prosedur untuk dapat menjadi kurator ini oleh Undang-Undang Kepailitan diatur secara relatif ketat. 59 Tugas Kurator adalah melakukan pengurusan atau pemberesan harta pailit, melakukan perhitungan utang debitur dan jika didasarkan mampu melakukan pembayaran terhadap utang pewaralaba pailit, melakukan penyegelan terhadap harta pailit dengan seizin Hakim Pengawas. Pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan usul penggantian kurator, setelah memanggil dan mendengar kurator lain dan atau mengangkat kurator tambahan atas: 60 1. Permohonan kurator sendiri; 2. Permohonan kurator lainnya jika ada; 3. Usul Hakim Pengawas atau; 4. Permintaan debitur pailit. 59 Munir Fuadi, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014. hlm. 38. 60 http:juraganmakalah.blogspot.com diakses pada 03 Maret 2015 Wewenang kurator dalam pemberesan harta pailit adalah Mengalihkan harta pailit sebelum pemberesaan, Menjual barang-barang yang tidak diperlukan dalam melanjutkan usaha, Menjual harta pailit dalam pemberesan, Meminjam uang dari pihak ketiga, Membebankan hak jaminan atas harta pailit, Menghadap di muka pengadilan, Melanjutkan usaha pewaralaba sebelum perdamaian, Melanjutkan usaha kreditur setelah perdamaian. 61 Selain penetapan kepailitan, yang akan ditetapkan dalam putusan hakim adalah sebagai berikut: 62 1. Kurator tetap Pihak yang dapat ditunjuk sebagai kurator adalah: a. Balai Harta Peninggalan b. Kurator lainnya, yaitu Perseorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit, dan telah terdaftar pada kementerian yang lingkup dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.

B. Akibat Hukum Kepailitan Pewaralaba