B. Hak dan Kewajiban Antara Pewaralaba dengan Terwaralaba dalam Perjanjian Waralaba
Kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba yang berlaku di Indonesia adalah berdiri sendiri independen contracts atau no agency klausul ini
menegaskan bahwa kedudukan dan hubungan hukum antara pewaralaba dengan terwaralaba bukanlah hubungan keagenan, joint venture, atau atasan bawahan.
Pihak pewaralaba sebagai pihak yang memberikan bisnis waralaba dengan memiliki sistemtata cara dalam menjalankan bisnis waralaba, sementara pihak
terwaralaba merupakan pihak yang menerimamenjalankan bisnis waralaba tersebut dengan cara yang dikembangkan oleh pewaralaba.
37
Keberhasilan usaha waralaba yang ditawarkan pewaralaba kepada terwaralaba, menjadikan terwaralaba langsung menjadi seorang pengusaha dengan
memakai menjalankan suatu sistem usaha yang diberikan oleh pewaralaba melalui suatu perjanjian. Perjanjian antara pewaralaba dan terwaralaba berisi hak
dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan mereka. Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu dasar yang dipatuhi oleh masing-
masing pihak. Akan tetapi karena suatu usaha waralaba adalah suatu sistem pemasaran yang vertikal di mana pewaralaba bersedia menyerahkan semua sistem
usaha waralaba kepada terwaralaba, maka perjanjian usaha waralaba mencakup perjanjian lisensi HAKI.
Perjanjian waralaba menetapkan pewaralaba dalam berbagai bentuk ketentuan-ketentuan persyaratan waralaba yang dimaksudkan untuk menjaga ciri
khas usaha, standar pelayanan dan barangjasa, dan HAKI. Berbagai persyaratan
37
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm .87.
perjanjian waralaba tersebut dalam prakteknya sering memuat klausul-klausul yang mengatur berbagai bentuk hambatan atau pembatasan terhadap terwaralaba
sehingga dapat berpotensi menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
38
Ketika suatu perjanjian ditandatangani, dengan begitu para pihak telah sepakat dengan perjanjian tersebut, hal ini dikuatkan dalam Pasal 1338 KUH
Perdata, yakni: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”
Perjanjian waralaba harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
39
1. Kesepakatan kerja sama waralaba tertuang dalam perjanjian waralaba yang
disahkan secara hukum 2.
Kesepakatan kerja sama ini menjelaskan secara rinci semua hak, kewajiban, dan tugas dari pewaralaba dan terwaralaba
3. Masing-masing pihak yang bersepakat sangat dianjurkan, bahkan untuk
beberapa negara dijadikan syarat, mendapatkan nasihat dari ahli hukum yang berkompeten untuk memahami isi dari perjanjian tersebut dan dengan waktu
yang dianggap cukup untuk memahaminya.
38
Republik Indonesia, Undang-Undang Negara Nomor 5 Tahun 1999 Pedoman Pasal 50b tentang pengecualian Waralaba
39
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 81.
Setelah perjanjian ditandatangani oleh para pihak, sejak saat itulah perjanjian waralaba mulai berlaku terutama dalam hal hak dan kewajiban para
pihak. Adanya penawaran dalam bentuk paket usaha dari pewaralaba, adanya kerja sama dalam bentuk pengelolaan unit usaha tertentu outlet oleh pihak
terwaralaba yang akan memanfaatkan paket usaha milik pihak pewaralaba, dan terdapat kontrak tertulis berupa perjanjian baku antara pihak pewaralaba dengan
pihak terwaralaba. Dalam perjanjian waralaba telah memuat ketentuan terkait kerja sama ini, dan menjelaskan secara rinci semua hak, kewajiban dan tugas
antara pewaralaba dan terwaralaba.
40
Secara garis besar dalam perjanjian waralaba memuat beberapa hal sebagai berikut:
41
1. Hak yang eksklusif diberikan oleh pewaralaba kepada terwaralaba.
Hak yang diberikan tersebut meliputi antara lain penggunaan metode atau resep yang khusus, penggunaan merek dan atau nama dagang, jangka waktu hak
tersebut dan perpanjangannya, serta pemilihan wilayah kegiatan dimana tempat beroperasinya usaha, pelatihan tenaga kerja, bantuan manajemen usaha,
pelaksanaan operasional perusahaan, pengawasan daan evaluasi kinerja, pemberian manual pengoperasian, pengontrolan biaya, dan hak yang lain
sehubungan dengan pembelian kebutuhan operasional. 2.
Kewajiban dari terwaralaba sebagai imbalan atas hak yang diterima dan kegiatan yang dilakukan oleh pewaralaba.
40
Ibid.
41
Ibid,. hlm. 82.
Pada saat terwaralaba memulai usaha, maupun selama menjadi anggota dari sistem waralaba. Berupa seluruh mekanisme pembayaran oleh terwaralaba
kepada pewaralaba misalnya: royalty, fee terwaralaba, initial assistance fee, dan biaya promosi.
3. Hal yang berkaitan dengan penjualan hak terwaralaba kepada pihak lain.
Apabila terwaralaba tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan ingin menjualnya kepada pihak lain, maka suatu tata cara perlu disepakati
sebelumnya. 4.
Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari masing- masing pihak.
42
Subjek hukum dalam perjanjian waralaba, yaitu pewaralaba dan terwaralaba. Pewaralaba adalah perusahaan yang memberikan lisensi, baik berupa
paten, merek perdagangan, merek jasa, maupun lainnya kepada terwaralaba. Sedangkan terwaralaba adalah perusahaan yang menerima lisensi dari pewaralaba.
Disamping itu, ada dua pihak lainnya dalam perjanjian waralaba yang terkena dampak dari perjanjian ini adalah terwaralaba lain dalam sistem waralaba
franchising sistem yang sama dan konsumen atau klien dari terwaralaba maupun masyarakat pada umumnya.
Objek dalam perjanjian waralaba adalah lisensi. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pewaralaba kepada terwaralaba. Ada dua kriteria lisensi
sebagaimana dikemukakan oleh Dieter Plaff, yaitu tujuan ekonomis adalah apa yang hendak dicapai oleh lisensi itu sedangkan acuan yuridis adalah instrumen
42
Ibid,. h. 82
hukum yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
43
Berdasarkan kriteria tersebut, maka lisensi dibagi menjadi tiga macam, yaitu adalah sebagai berikut:
44
1. Licence exchange contract
Yaitu perjanjian antara para pesaing yang bergerak dalam kegiatan yang sama atau memiliki hubungan yang erat, sehingga disebabkan masalah-masalah
teknis, mereka tidak dapat melakukan kegiatan tanpa adanya pelanggaran hak-hak termasuk hak milik perindustrian dari pihak lain. Oleh pelanggaran hak masing-
masing untuk mengadakan penuntutan terhadap perbuatan yang merupakan pelanggaran di bidang hak milik perindustrian tersebut. Di sini titik berat lisensi
terletak pada pemberian izin ataupun pembayaran royalti. 2.
Return contracts Merupakan kebalikan dari bentuk perjanjian yang pertama yaitu perjanjian
yang tampak luarnya saja sebagai perjanjian lisensi, namun sebenarnya bukan perjanjian lisensi dalam arti sebenarnya. Perjanjian tersebut semata-mata untuk
tujuan penyelundupan pajak; dengan cara seolah-olah suatu cabang perusahaan di suatu negara tertentu membayar royalti kepada perusahaan induknya di negara
lain. 3.
Perjanjian lisensi dalam arti sebenarnya, tanpa camouflaging effects. Kontrak yang dibuat oleh pihak pewaralaba dengan terwaralaba berlaku
sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak. Sejak penandatanganan kontrak antara kedua belah pihak akan menimbulkan hak dan kewajiban.
43
http:indradefi.wordpress.com diakses pada 07 Januari 2015
44
Salim, H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 177
Kewajiban dari pihak pewaralaba adalah menyerahkan lisensi kepada terwaralaba. Hak dari pewaralaba adalah:
45
1. Logo merek dagang trade mark, nama dagang trade name, dan nama
baikreputasi goodwill yang terkait dengan merek dan atau nama tersebut.
2. Formatpola usaha, yaitu sistem usaha yang terekam dalam bentuk buku
pegangan manual, yang sebagian isinya dalam rahasia usaha 3.
Dalam kasus tertentu berupa rumus, resep, desain, dan program khusus 4.
Hak cipta atas sebagian dari hal di atas bias dalam bentuk tertulis dan tertulis dan terlindungi dalam undang-undang hak cipta.
Hak terwaralaba adalah menerima lisensi. Kewajiban terwaralaba adalah membayar royalti kepada pewaralaba dan menjaga kualitas barang dan jasa yang
di waralaba. Hal-hal yang berhak dimiliki terwaralaba yang harus tercantum dalam
perjanjian waralaba sehingga perjanjian tersebut bersifat sebagai berikut:
46
1. Suatu perjanjian yang dikuatkan oleh hukum legal agreement
2. Memberi kemungkinan pewaralaba untuk tetap memiliki hak atas nama
dagang atau merek dagang, formatpola usaha, dan hal-hal khusus yang dikembangkannya untuk suksesnya usaha tersebut
3. Memberikan kemungkinan pewaralaba mengendalikan sistem usaha yang
dilisensikannya
45
Ibid., hlm. 178.
46
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 81.
4. Hak, kewajiban, dan tugas masing-masing pihak dapat diterima oleh
terwaralaba.
D. Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Sebagai Bentuk