II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Mas
Cyprinus carpio
Ikan mas merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting, dagingnya banyak disukai orang, mudah dipelihara, dapat memanfaatkan
makanan buatan, relatif tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya relatif cepat dan mempunyai toleransi yang besar terhadap kisaran suhu dan oksigen telarut,
dan mudah dipijahkan Hardjamulia Suseno, 1975. Ikan mas mula-mula didatangkan dari China dan Rusia, kemudian didatangkan juga dari Eropa pada
tahun 1972 dan 1930, Taiwan pada tahun 1970, serta dari Jepang pada tahun 1980 Bardach, 1972. Data statistik mengindikasikan bahwa produksi ikan mas hampir
mendekati batas puncaknya. Bagaimanapun juga, ikan mas merupakan salah satu komoditas penting FAO, 2010, sehingga perlu ada inovasi untuk mempercepat
laju pertumbuhannya guna mendukung kegiatan pembudidayaan ikan mas secara luas.
2.2. Motilitas dan Viabilitas Sperma Ikan
Sperma didefinisikan sebagai larutan spermatozoa yang berada dalam larutan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis, yang merupakan salah satu
bagian dari alat reproduksi ikan Harvey Hoar, 1979. Menurut Tave 1986, spermatogenesis
2n yang aktif akan membelah secara mitosis dan mengalami replikasi kromosom menjadi formasi empat yang disebut spermatosit primer,
spermatosit ini mengalami pembelahan meiosis menjadi spermatosit sekunder,
selanjutnya akan terjadi pembelahan mitosis menjadi spermatid n dan setelah proses metamorfosa akan menjadi spermatozoa. Spermatozoa yang normal terdiri
dari kepala dan ekor. Bagian ekor terbagi atas leher tengah, bagian utama dan bagian ujung. Bagian kepala spermatozoa berbentuk membulat sperichal dan
bagian leher mengalami reduksi. Ekor sperma berguna sebagai organ renang Stoss Donaldson, 1982.
Motilitas sperma yang tinggi sangat berpengaruh terhadap terjadinya fertilisasi. Motilitas sperma dimulai ketika sperma bersentuhan dengan media air.
Tabares et al. 2007 menyatakan bahwa spermatozoa pada ikan tidak bergerak ketika berada dalam seminal plasma dan akan aktif ketika dilepas dalam air di
mana keseimbangan ion menjadi faktor utama yang menjadi pemicu aktifnya sperma. Interaksi antara ion lingkungan atau media dengan membran sel akan
mengubah keadaan di dalam membran sel dan memberikan sinyal di dalam sel sehingga memicu sperma untuk motil. Ciereszko et al. 2001 menyatakan bahwa
sperma akan diam pada kondisi asam dan baru akan motil jika masuk dalam lingkungan dengan pH antara 6,0-9,0.
Proses pengaktifan sperma dan hubungannya dengan ion ditunjukkan dengan adanya pengaruh dari kejutan konsentrasi, yaitu perbedaan konsentrasi
cairan di dalam spermatozoa dengan lingkungan di luar spermatozoa sehingga menimbulkan pergerakan spermatozoa osmotic shock, yaitu dengan merubah
transmembran potensial dan melalui regulasi proses pengaturan isoosmosis antara dua media yang berbeda konsentrasi sehingga terjadi perubahan di dalam
dan juga saluran ion untuk Na
+
, K
+
dan Ca
+
. Keseimbangan ion ini dipercaya menjadi penghubung antara faktor yang lain dengan kondisi di dalam sel,
komposisi dalam seminal plasma Ohta et al., 2001, dan arus ion yang melalui membran yang pada akhirnya diatur oleh saluran.
Beberapa jenis dari pembukaan saluran dapat diuraikan sebagai berikut: 1 membuka saluran pori-pori yang disebabkan adanya perbedaan konsentrasi antara
di dalam dan di luar sel, 2 mengaktifkan gerbang saluran secara mekanik dan dibuka saat membran memperluas karena ada pengaruh dari lingkungan air, 3
saluran yang bergantung pada voltase, akan diaktifkan ketika terjadi perubahan pada potensial membran, 4 saluran ligands bekerja melalui protein tertentu yang
berhubungan dengan reseptornya dan yang terakhir 5 saluran interchanger di mana energi dihasilkan oleh jalur lintasan yang menyertakan suatu ion melalui
gradien, saluran ini digunakan sebagai lintasan ion lain dalam arah sebaliknya. Jamieson 1990 menyatakan bahwa motilitas spermatozoa ikan dibatasi
pada periode detik dan menit karena adanya osmotic injury rusaknya sifat permeabilitas pada membran sperma. Motilitas spermatozoa digunakan sebagai
sarana untuk bergabung dengan sel telur pada saat pembuahan. Fenomena ini dilalui dengan pengaktifan sperma dan reaksi akrosomal. Pengaktifan sperma
sperm activation adalah perubahan dari sperma yang belum motil menjadi motil yang terjadi pada saat sperma menempel pada sel telur.
Kategori yang dipakai Jamieson 1990 untuk mengklasifikasi motilitas sperma tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jika sperma bergerak cepat dan lurus ke depan, maka motilitas spermatozoa
ini masuk ke dalam kategori fast proggresive. b.
Jika sperma geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus, maka motilitas spermatozoa ini masuk ke dalam kategori slow proggresive.
c. Jika sperma tidak bergerak maju, maka motilitas spermatozoa ini masuk ke
dalam kategori non proggresive. d.
Jika sperma tidak bergerak, maka motilitas spermatozoa ini masuk ke dalam kategori immotile.
Kemampuan spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit Effendie, 1997. Kemampuan hidup viabilitas
spermatozoa sangat dipengaruhi oleh suhu dan secara umum akan hidup lebih lama dalam suhu rendah Toelihere, 1981.
Perubahan infrastruktur pada membran plasma, hilangnya beberapa matrik mitokondria dan penurunan densitas elektron dari matrik mitokondria
menyebabkan hilangnya viabilitas spermatozoa. Ekor sperma merupakan alat gerak yang membutuhkan energi tinggi dari mitokondria. Sumber energi ini
berasal dari pemecahan monosakarida terutama fruktosa dalam plasma semen yang berasal dari kelenjar asesoris Toliehere, 1981. Penggunaan larutan
fisiologis yang mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit. Tabares et al. 2007 menambahkan bahwa
waktu motilitas terlama dicapai dengan menggunakan pengencer yang mengandung Na
+
dan Mg
+
. Faktor terjadinya peningkatan waktu motilitas dan viabilitas spermatozoa
tersebut adalah bahwa fruktosa dapat meningkatkan aktifitas protein yang terdapat pada ekor spermatozoa. Beberapa ahli mengatakan bahwa bagian tengah
ekor spermatozoa disusun oleh mikrotubulus yang mengandung substansi fiber yang disusun oleh protein dinein. Menurut Zaneveld 1978, protein dinein ini
penting karena mempunyai aktivitas ATPase. ATPase akan lancar dan menyebabkan peningkatan motilitas dan viabilitas spermatozoa. Waktu motilitas
dan viabilitas sperma akan berbanding terbalik, yaitu semakin meningkatnya waktu motilitas sperma maka akan semakin menurun waktu viabilitasnya.
2.3. Hormon