5
penyampaian adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui siaran TVRI dan narasumber di 10 Kab Kota, f.
penyediaan dan
penyebarluaskan benih bibit untuk
display sebanyak 460 kg, g. monitoring dan supervisi penerapan varietas unggul dan inovasi teknologi tepat guna spesifik lokasi,
h. persiapan dan penyebarluasan materi penyuluhan berupa Buku I novasi Teknologi sebanyak 270 buah, Katam Terpadu MK 400 buah, Katam Terpadu
MH 80 buah, VCD 20 set dan caplak roda 20 buah, i. menempatkan penyuluh peneliti di 10 Kab Kota sebagai LO untuk membina dan mengawal
penerapan teknologi di Kab Kota, dan j. monitoring laporan mingguan : Kab. Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara dan Mukomuko dari bulan
Januari s.d bulan Desember 2015. 3.
Terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas dan petani dalam penerapan inovasi teknologi budidaya padi spesifik lokasi yaitu
pengetahuan petugas meningkat sebesar 83,05 dari 17,70 menjadi 32,40, dan petani sebesar 61,72 dari 12,12 menjadi 19,60.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian di daerah, dapat menjadi roda penggerak dalam
mempercepat dan
memperluas pemanfaatan
berbagai inovási teknologi
pertanian.
1.3. Tujuan
Tujuan kegiatan 2016 adalah: 1.
Mendampingi, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan UPSUS; 2.
Narasumber kegiatan padi, jagung, kedelai, bawang merah, dan sapi potong;
3. Memberikan dukungan teknologi melalui penerapan inovasi teknologi
budidaya jagung, kedelai, dan bawang merah; Tujuan akhir kegiatan:
Dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan
petugas, stakeholders dan petani melalui penerapan inovasi teknologi budidaya spesifik
lokasi yaitu teknologi PTT Padi, Jagung, dan Kedelai dan inovasi teknologi budidaya spesifik budidaya Bawang Merah dan Sapi Potong untuk mendukung
percepatan swasembada pangan di Propinsi Bengkulu.
6
1.4. Keluaran
Keluaran tahun 2016: 1.
Penyampaian informasi sistem pelaporan luas tambah tanam padi, laporan luas tambah tanam padi, dan laporan target tanam padi;
2. Pendampingan kelompok tani dan
stakeholder dalam menerapkan inovasi teknologi Komoditas padi, jagung, kedelai, bawang merah, dan sapi potong;
3. Demplot display penerapan inovasi teknologi melalui penerapan budidaya
spesifik lokasi komoditas jagung, kedelai, dan bawang merah; Keluaran akhir kegiatan:
Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan
petugas, stakeholders
dan petani melalui penerapan inovasi teknologi budidaya spesifik lokasi yaitu teknologi PTT Padi, Jagung, dan Kedelai dan inovasi teknologi budidaya spesifik
budidaya Bawang Merah dan Sapi Potong untuk mendukung percepatan swasembada pangan di Propinsi Bengkulu.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat yang diharapkan: 1.
Teridentifikasinya luas baku lahan padi dan potensi penanaman padi dalam satu musim tanam.
2. Meningkatkan pengetahuan
stakeholder dan petani tentang inovasi
teknologi komoditas padi, jagung, kedelai, bawang merah, dan sapi potong. 3.
Meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas jagung, kedelai, dan bawang merah di Provinsi Bengkulu.
Dampak yang diharapkan diantaranya adalah: 1.
Perencanaan target penanaman padi dalam satu musim tanam yang tepat bagi provinsi Bengkulu.
2. Penerapan inovasi teknologi komoditas padi, jagung, kedelai, bawang
merah, dan sapi potong yang sesuai kondisi setempat spesifik lokasi. 3.
Dapat dijadian alternatif pilihan komoditas yang paling berpeluang dan menguntungkan di Provinsi Bengkulu.
7
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan fenomena tingginya risiko gejolak harga dan pasokan pangan di pasar internasional, maka adalah tidak bijaksana jika I ndonesia
sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 244 juta jiwa harus menyandarkan pasokan pangan pokoknya pada pasar internasional. Sebagai
negara agraris dan maritim yang besar, sudah selayaknya jika I ndonesia mempunyai kemandirian dalam penyediaan bahan pangan pokok bagi sebagian
besar penduduknya. Keberhasilan peningkatan produksi menjadi penunjang keberhasilan dari upaya untuk mencapai katahanan dan kedaulatan pangan
masyarakat. Keberhasilan peningkatan produksi komoditas pertanian ikut
menunjang keberhasilan diversifikasi konsumsi pangan. Peningkatan produksi pertanian memerlukan dukungan sumberdaya
lahan. Tanpa perluasan lahan, maka upaya peningkatan produksi pangan hanya tertumpu pada inovasi teknologi atau peningkatan produktivitas. Bila hanya
tertumpu pada peningkatan produktivitas, pada titik tertentu, produksi pangan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. I ndonesia
dengan luas daratan
sekitar 188,20
juta ha
memiliki sumberdaya lahan yang sangat bervariasi. Keragaman karakteristik sumberdaya
lahan dan iklim merupakan
potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi komoditas pertanian unggulan di masing-masing daerah sesuai
dengan kondisi agroekosistemnya Handewi dan Adang, 2014. I ndonesia mempunyai lahan sawah seluas 8,18 juta ha dan masih mempunyai potensi
untuk perluasan lahan sawah seluas 7,31 juta ha Ditjen PSP, 2012. Untuk mencapai ketahanan pangan dan kedaulatan pangan, I ndonesia
membutuhkan pembangunan pertanian dengan paradigma yang berbeda dan melibatkan
banyak pihak.
Paradigma pertanian
untuk pembangunan
menekankan pembangunan pertanian yang mengemban 10 fungsi, yaitu: 1. Pengembangan sumberdaya insani, 2. Ketahanan pangan, 3. Penguatan
ketahanan penghidupan keluarga 4. Basis potensial ketahanan energi 5. Pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan, 6. Jasa lingkungan
alam, 7. Basis untuk pengembangan bioindustri, 8. Penciptaan iklim yang
8
kondusif bagi pembangunan, 9.
Penguatan daya
tahan perekonomian
economic resilient, dan 10. Sumber pertumbuhan berkualitas. Secara umum, peningkatan kualitas kehidupan masyarakat akan diiringi
dengan peningkatan kesadaran terhadap penyelamatan dan pelestarian
lingkungan. Komponen dari kualitas kehidupan terdiri atas angka harapan hidup, income atau pendapatan dan pendidikan. Kondisi ini berdampak terhadap
peningkatan permintaan
produk pertanian
pangan, pakan,
energi dan
serat dari aspek
kuantitas dan
kualitas tanpa mengabaikan
proses produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ketersediaan inovasi teknologi yang dinamis merupakan salah satu kunci untuk mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan pertanian di I ndonesia.
Ketersediaan inovasi
teknologi saja
tidaklah cukup,
karena inovasi teknologi harus didiseminasikan dan diadopsi oleh pengguna, khususnya
petani, agar dapat
memberikan dampak positif
terhadap pembangunan
pertanian. Untuk
itu perlu keterpaduan
antara subsistem
penciptaan
generating system
, penyampaian
delivery system
, dan
penerimaan
receiving system
teknologi harus terwujud dalam sistem inovasi pertanian Balitbangtan, 2012.
Kementerian Pertanian telah menetapkan upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai melalui
kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung lainnya, antara lain: pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu GP-PTT, Optimasi Perluasan Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan I ndeks Pertanaman PAT-PI P Kedelai, Perluasan
Areal Tanam Jagung PAT Jagung, penyediaan sarana dan prasarana pertanian benih,
pupuk, pestisida
dan alat
mesin pertanian
dan pengawalan pendampingan.
Dukungan teknologi yang akan diberikan yaitu teknologi PTT PJK yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu
teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Sedangkan kKomponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi,
kemauan dan kemampuan petani setempat.
9
Pendampingan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi dengan proses komunikasi timbal balik, dimana para
pelaku menyediakan sekaligus juga menerima informasi dan teknologi serta adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama. I novasi teknologi berpeluang
untuk di adopsi oleh petani apabila teknologi yang di introduksikan memiliki sifat- sifat antara lain; 1 bermanfaat bagi petani secara nyata, 2 lebih unggul
dibandingkan dengan teknologi yang telah sudah ada, 3 sudah tersedianya bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi, 4
memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi, 5 meningkatkan efisiensi dalam berproduksi, 6 bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan
usaha pertanian Kartono, 2009. Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan
tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi
teknologi berlangsung secara bertahap dan berdasarkan konsep tersebut, maka model percepatan adopsi akan terbangun oleh peubah-peubah yang
berhubungan dengan proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan
inovasi. Menurut Tjiptopranoto 2000, dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan
biaya murah dan mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan
penerapan teknologi maupun sistem usahatani yang dianjurkan dan dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi
dimaksud dalam usahataninya, sehingga pendapatan menjadi meningkat. Pada tahun 2015 sasaran produksi padi Nasional sebesar 73,44 juta ton,
sedangkan sasaran produksi padi, jagung dan kedelai di Propinsi Bengkulu berturut-turut sebesar 688.140 Ton GKG, 143,557 Ton pipilan kering dan 8.846
Ton biji kering Distan Propinsi Bengkulu, 2015. Seiring dengan sasaran produksi PJK tersebut di Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 94.595
ha dengan Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional yang sudah mencapai 5,05 t
GKG ha. Produktivitas padi sawah rata-rata 4,408 ton ha, BPS Provinsi
Bengkulu, 2013. Produktivitas padi ini masih terbuka ditingkatkan melalui
10
pendekatan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu GP2T2 dan peningkatan I ndeks Pertanaman I P. Dengan pendekatan PTT tahun 2013, hasil
padi sawah di Provinsi Bengkulu dapat mencapai 7,5 t GKG ha.
11
I I I . PROSEDUR
3.1 Pendekatan Kerangka Pemikiran