1
I .
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional. Peran strategis bidang pertanian dalam pembangunan nasional adalah sebagai
penghasil pangan, penyedia lapangan kerja, penyedia bahan baku bagi agroindustri, penghasil devisa negara, dan pasar potensial produk dalam negeri.
Peran pertanian sebagai penghasil pangan baik nabati maupun hewani mutlak diperlukan untuk saat ini maupun di masa-masa mendatang. Permintaan bahan
pangan terus meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Handewi dan Adang, 2014.
Pangan, air, udara, dan energi merupakan kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia Ananta dan Arifin, 2014; Handewi dan
Adang, 2014. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki, sehingga pemenuhan kebutuhan akan pangan merupakan bagian dari
hak azazi perorangan yang dijamin oleh negara. Pangan adalah sesuatu yang berasal
dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia. Kedaulatan pangan harus menjadi pijakan utama program pembangunan pertanian, khususnya untuk menghadapi
mulai berlakunya era Masyarakat Ekonomi Asean 2016 Mat Syukur, 2014. Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang
sesuai dengan potensi sumber daya lokal lahan, air, sumberdaya manusia, teknologi, kelembagaan dan budaya. Pencapaian target kedaulatan pangan
dibayangi-bayangi oleh beberapa ancaman dan permasalahan biofisik yang harus diantisipasi dan ditanggulangi. Selain alih fungsi lahan pertanian produktif,
perubahan iklim sebagai derivasi dari pemanasan global, ancaman serius lain yang dihadapi adalah degradasi sumberdaya lahan, air dan lingkungan
erosi, longsor, pencemaran,
serta meluasnya
lahan terdegradasi
dan terlantar.
Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan sampai dengan tingkat perseorangan, yang
2
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagai negara agraris dengan
keberagaman sumberdaya hayati, I ndonesia mempunyai potensi sangat besar untuk memproduksi pangan dalam jumlah yang cukup. Selain itu, I ndonesia
juga mempunyai beraneka ragam pangan lokal untuk mendukung diversifikasi pangan nasional Handewi dan Adang, 2014.
Kabinet Kerja telah menetapkan Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai harus dicapai dalam waktu 3 tiga tahun.
Adapun target
produksi yang
harus dicapai
pada tahun
2016 adalah
produksi padi 73,40 ton dengan pertumbuhan 2,21 tahun, jagung 20,33 juta ton dengan pertumbuhan 5,57 tahun dan kedelai 1,50 juta t on dengan
pertumbuhan 60,81 tahun. Berdasarkan target Dirjendd Hortikultura tahun 2016, target produksi bawang merah sebanyak 1,291 juta ton, sehingga terjadi
kelebihan sebesar 449.321 ton dari kebutuhan tahun 2016 sebanyak 880.179 ton. Pada tahun 2015, produksi daging sapi nasional mencapai 523.927 ton,
sementara kebutuhan daging sapi sebesar 590.000 ton dan kebutuhan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 640.000 ton pada tahun 2016 Dirjend
Peternakan. 2015. Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian swasembada pangan antara lain: 1 alih fungsi dan fragmentasi
lahan pertanian;
2 rusaknya
infrastruktur jaringan irigasi; 3 semakin berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta kurangnya
peralatan mekanisasi pertanian; 4 masih tingginya susut hasil losses; 5
belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi enam tepat; 6 lemahnya permodalan petani
petani; 7 harga komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan hasil pada saat panen raya.
Kementerian Pertanian telah menetapkan upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai melalui
kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung lainnya, antara lain: pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu GP-PTT, Optimasi Perluasan Areal Tanam Kedelai
melalui Peningkatan
I ndeks Pertanaman
PAT-PI P Kedelai,
3
Perluasan Areal Tanam Jagung PAT Jagung, penyediaan sarana dan prasarana pertanian benih, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian dan pengawalan
pendampingan. Badan Litbang Pertanian telah melakukan dua pendekatan dalam
melaksanakan tugas
yang diembaganya,
yaitu scientific recognition dan
impact recognition. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi
informasi, komunikasi dan diseminasi 3-Si diharapkan menjadi roda penggerak dalam
mempercepat dan
memperluas pemanfaatan
berbagai inovási
pertanian hasil litkaji oleh pengguna pelaku utama dan pelaku usaha sektor pertanian. Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan efektif.
Upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai di Provinsi Bengkulu dilaksanakan di 10 kabupaten
kota melalui kegiatan pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu
GP-PTT, Optimasi Perluasana
Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan I ndeks Pert anaman PAT- PI P Kedelai, Perluasan Areal Tanam Jagung PAT Jagung, penyediaan sarana
dan prasarana pertanian benih, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian dan pengawalan pendampingan.
Kegiatan upaya khusus tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan dalam bentuk pengawalan,
pendampingan dan
pengawasan oleh TNI , peneliti, Perguruan Tinggi dan Penyuluh Pertanian dengan memperhatikan aspek teknis, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan
spesifik lokasi di
Provinsi Bengkulu.
Disamping proses pengawalan,
pendampingan dan pengawasan, juga dilaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dalam rangka mengetahui kinerja pelaksanaan kegiatan.
1.2. Dasar Pertimbangan