16
4. Mendapatkan alternatif rekomendasi teknis sistem tumpangsari jagung dan
kacang tanah pada lahan suboptimal. 5.
Mendapatkan umpan balik dari stakeholders dan petani pengguna dalam rangka percepatan penyebarluasan inovasi teknologi.
1.4 Keluaran yang diharapkan
1. Varietas unggul kacang tanah yang tepat untuk ditumpangsarikan dengan jagung pada lahan kering masam Ultisol spesifik lokasi di Provinsi
Bengkulu. 2. Tingkat efektifitas penambahan amelioran pada lahan Ultisol terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman yang ditumpangsarikan. 3.
Peningkatan produktifitas, efisiensi penggunaan lahan, dan keuntungan usahatani secara tumpangsari pada lahan Ultisol.
4. Alternatif rekomendasi tumpangsari jagung dan kacang tanah pada lahan
suboptimal. 5.
Umpan balik dari stakeholders dan petani pengguna dalam rangka percepatan penyebarluasan inovasi teknologi.
1.5 Perkiraan Dampak
Pengembangan jagung dan kacang tanah di lahan suboptimal dapat menyumbangkan produksi secara signifikan di Provinsi Bengkulu. Peningkatan
produksi akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Lahan kering masam dapat dimanfaatkan untuk penanaman dan produksi pangan, jagung
ataup[ un kacang tanah, sehingga mampu mendukung terwujudnya ketahanan, kemandirian dan bahkan kedaulalatan pangan pada masa depan. Budidaya
tumpangsari dapat menjadi alternative untuk menjaga kelestarian konservasi lahan dengan tetap memberikan keuntungan ataupun pendapatan yang layak
bagi petani. Hal ini dapat menahan atau mengurangi konversi lahan dari lahan pangan ke sektor perkebunan khususnya untuk komoditas kelapa sawit dan
karet.
17
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
I stilah lahan kering seringkali digunakan untuk padanan upland, dryland atau unirrigated land. Kedua istilah terakhir mengisyaratkan penggunaan lahan untuk
pertanian tadah hujan. Upland merupakan lahan yang berada di suatu wilayah berkedudukan lebih tinggi yang diusahakan tanpa penggenangan air seperti lahan padi
sawah Notohadinegoro, 2000. Lahan kering adalah hamparan tanah yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun
Adimihardja et al., 2000 dalam I djudin dan Marwanto, 2008. Secara umum, berdasarkan penggunaan lahannya untuk pertanian, lahan kering dikelompokkan
menjadi pekarangan, tegal kebun ladang huma, padang rumput, lahan sementara tidak diusahakan, lahan untuk kayu-kayuan dan perkebunan BPS Provinsi Bengkulu,
2010. Berdasarkan kemasaman tanahnya, secara umum lahan kering dapat
dibedakan menjadi lahan kering masam dan tidak masam. Lahan kering masam dicirikan dengan pH 5.0 dan kejenuhan basa 50 . Tanah-tanah yang umumnya
mempunyai pH masam di lahan kering adalah Ordo Entisols, I nceptisols, Ultisols dan Oxisols yang beriklim basah dengan curah hujan tinggi Kelembaban udik. Lahan
kering yang tidak masam umumnya terdiri dari Ordo I nceptisols, Vertisols dan Alfisols yang berada pada daerah beriklim sedang regim kelembaban ustik, Hidayat dan
Mulyani, 2002. Lahan kering masam umumnya memiliki kesuburan rendah disebabkan kadar
bahan organik rendah dan status hara makro N. P, K, S, Ca, Mg rendah. Akibatnya, produktivitas tanah juga rendah suboptimal. Jenis tanah pada lahan kering masam
didominasi oleh Ultisol dan Oxisol. Tanah Ultisol dan Oxisol merupakan tanah pertanian utama di I ndonesia terutama di lahan kering. Tanah Ultisol menempati area sekitar
49.794 juta ha 24.3 sedangkan oxisol sekitar 14.1 juta ha 7.5 Puslittanak, 2000 dalam Nursyamsi, 2003.
Dengan cukup luasnya lahan kering masam yaitu sekitar 102 juta ha, penyebaran terluas terdapat di Sumatera, Kalimantan dan papua dapat menjadi
18
tumpuan harapan di masa mendatang. Meskipun dijumpai beberapa kendala biofisik lahan, namun peluang pengembangan pertanian di lahan kering masam masih besar.
I dealnya jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang subur, pencahayaan penuh dan cukup air. Jagung juga dapat tumbuh dan
berkembang pada lahan masam. Varietas jagung ini merupakan salah satu varietas yang toleran dan adaptif pada lahan masam. Keunggulan varietas ini diantaranya
adalah: mempunyai potensi hasil yang tinggi 8.5 ton ha pipilan kering, kelobot tertutup baik 98.5 , tahan penyakit bulai dan karat daun, serta adaptif terhadap
lahan masam. Kacang tanah paling adaptif di lahan masam dibandingkan dengan tanaman
pangan lainnya Makmur et al., 1996, Trustinah et al., 2008. Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan kering maupun di lahan sawah setelah padi. Kacang tanah
dapat ditanam pada tanah yang bertekstur ringan maupun agak berat, yang penting tanah tersebut dapat mengatuskan air sehingga tidak menggenang. Tanah yang
paling sesuai adalah tanah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah dan gembur. Kacang tanah masih dapat berproduksi baik pada tanah yang ber pH rendah sampai
tinggi. Pada pH tanah tinggi 7,5 – 8,5 kacang tanah sering mengalami klorosis, yakni daun-daun menguning Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011.
Kendala peningkatan produksi kacang tanah pada akhir-akhir ini adalah dampak perubahan iklim yaitu kekeringan dan penyakit bercak daun dan karat daun.
Banyak varietas kacang tanah yang cocok untuk dibudidayakan pada lahan kering masam. Varietas Tuban memiliki karakteristik dua biji perpolong, dengan potensi hasil
3.2 t ha polomg kering, umur panen 90 – 95 hari, biji kecil 35-38 g 100 biji , adaptif di lahan kering alfisol, agak toleran kekeringan, tahan penyakit layu, agak peka
penyakit daun. Varietas talam memiliki karakteristik dua biji perpolong, potensi hasil 3.2 t ha polong kering, umur panen 90-95 hari, biji sedang 50.3 gr 100 biji, toleran
jamur A.Flavus, agak tahan layu, karat dan bercak daun, adaptif lahan kering masam. Varietas kancil memiliki karakteristik dua biji perpolong, potensi hasil 3.5 t ha polong
kering, umur panen 90-95 hari, biji kecil 35-40 g 100 biji, toleran klorosis daun, tahan bakteri layu, agak tahan bercak daun, karat dan jamur A.Flavus.
19
20
I I I . METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu