Pertumbuhan Generatif Jagung 3. Sistem Tumpang Sari Jagung dan Kacang Tanah 3.1 Nilai Kesetaraan Lahan NKL

31 memberikan respon yang kurang baik, selain itu juga disebabkan kurangnya curah hujan di daerah tersebut pada saat penanaman memasuki 56 HST.

4.3.4. Pertumbuhan Generatif Jagung

Pada pertumbuhan generatif jagung menunjukkan bahwa panjang tongkol pada tanaman jagun yang ditumpangsarikan dengan kacang tanah varietas Talam sebesar 12.54 cm. Panjang tongkol ini relatif kecil dibandingkan panjang tongkol tanaman jagung pada umumnya dikarenakan hasil yang diperoleh tidak maksimal karena kondisi lingkungan lahan kering masam yang kekeringan pada saat memasuki fase generatif. Untuk diameter tongkol jagung terbesar terdapat pada tanamana jagung yang ditumpangsarikan dengan varietas Tuban sebesar 3.45 cm. Tabel 7. Data pertumbuhan generatif jagung Perlakuan Tumpangsari Panjang Tongkol cm Diamater cm Berat 1000 butir gr Berat kering t ha Jagung denganTalam 12.20ab 3.34a 208.40a 1.84b Jagung denganTuban 12.54a 3.45a 197.99a 2.35a Jagung dengan Kancil 12.25ab 3.36a 204.16a 1.83b Jagung dengan Lokal 11.79b 3.34a 193.63a 1.78b Untuk berat 1000 butir pada tanaman jagung didominasi oleh tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan varietas Talam sebesar 208.40 gram dan komponen berat kering jagung pada tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan varietas Tuban menunjukkan hasil 2.35 t ha diikuti oleh tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan varietas Talam 1.84 t ha, Kancil 1.83 t ha dan Lokal 1.78 t ha. Tanaman jagung Zea Mays L sudah lama diusahakan oleh petani di I ndonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Kebutuhan jagung dalam negeri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan akan jagung disebabkan banyaknya permintaan untuk pakan, pangan dan industri. Sebagai tanaman palawija, jagung cocok diusahakan dalam sistem tanam tumpangsari karena memiliki sifat fisiologi dan anatomis yang sesuai diusahakn untuk sistem tumpangsari. Varietas jagung yang digunakan adalah varietas hibrida dengan sifat toleran pada pH rendah. Hal ini diperlukan karena umumnya tumpangsari jagung dan kacang tanah 32 ini ditanam pada tanah PMK yang miskin akan hara dan tinggi akan AL dan Fe yang dapat menghambat pertumbuahn dan produksi tanaman. Untuk sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah yang dilakukan di Desa Pasar Pedati, Kecamatan Pondok Kelepa ini menunjukkan hasil yang kurang maksimal dengan hasil produksi jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tanah varietas tuban sekita 3.92 ton ha. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan yang terlalu kering dan kurangnya sumber air pada lokasi pengkajian.

4.4 Efektifitas Pemberian Amelioran