Pertumbuhan Vegetatif Kacang Tanah

27

4.3.2. Pertumbuhan Vegetatif Kacang Tanah

Di samping pemilihan varietas, sistem tumpangsari juga diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan lahan. Tumpangsari intercropping adalah penanaman dua atau lebih komoditas tanaman secara simultan pada lahan yang sama Whigham dan Bharati, 1983. Kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi luas, dapat tumbh di lahan kering, lahan sawah maupun lahan bukaan baru marjinal Adisarwanto et al., 1996. Luas panen dan produksi kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya. Minat petani yang terus meningkat dalam budidaya kacang tanah harus disertai dengan penyediaan teknologi, diantaranya varietas unggul yang sesuai dengan lingkungan dan permintaan pasar. Pada penanaman tumpangsari jagung dan kacang tanah kali ini digunakan varietas yang tahan cekaman pada lahan kering masam yakni varietas Talam, Tuban dan Kancil yang diperoleh dari Balai Penelitian Kacang dan Tanaman Umbi-umbian dengan pembandingnya varietas lokal. Sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan. Hasil penelitian Hoof dalam Ardisarwanto et al. 1993 menginformasikan bahwa sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah di Jawa Timur dengan populasi kacang tanah 95 dan jagung 53 dari populasi tunggalnya menghasilkan rata-rata polong kacang tanah sebesar 80 dan jagung 43 dari pertanaman tunggalnya. Tabel 3. Data pertumbuhan vegetatif kacang tanah, MK 2014 Varietas Tinggi Tanaman cm Jumlah Cabang rumpun 28 HST 42 HST 56 HST 84 HST 28 HST 42 HST 56 HST 84 HST Talam 15.76a 22.83a 36.24a 48.37ab 6.20a 7.26bc 7.53a 7.81a Tuban 15.75a 22.02a 37.19a 48.96a 6.22a 6.70c 7.70a 7.57a Kancil 16.49a 23.33a 35.68a 42.25bc 6.34a 7.67ab 7.36a 7.19a Lokal 12.72a 18.09b 29.73b 39.96c 6.19a 8.04a 9.17a 8.30a Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada awal fase pertumbuhan 28-42 HST semua varietas mempunyai tinggi tanaman yang hampir sama. Pada umur 28 HST tinggi tanaman berkisar antara 12.72 cm-16.49 cm. Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman berkisar antara 18.09-23.33 cm. Memasuki fase generatif pada umur tanaman 56 HST ketinggian tanaman antar varietas menunjukkan perbedaan yang nyata, varietas lokal mempunyai tinggi tanaman yang paling rendah 29.73 cm dibandingkan dengan varietas Talam, Kancil dan Tuban yang memiliki ketinggian 28 tanaman berkisar antara 35.68-37.19 cm. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada akhir pertumbuhan, varietas Tuban 48.96 cm dan Talam 48.37 cm mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kancil 42.25 cm dan Lokal 39.96 cm. Tinggi tanaman merupakan faktor penting yang juga dipengaruhi oleh lingkungan tanah dan iklim dan juga dipengaruhi oleh penyiangan gulma. Penyiangan gulma yang sering dilakukan memberikan tanggapan postif terhadap tinggi tanaman. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada awal fase pertumbuhan 28-42 HST semua varietas mempunyai jumlah cabang rumpun yang hampir sama. Pada umur 28 HST jumlah cabang rumpun berkisar antara 6.19-6.34. Pada umur tanaman 42 HST jumlah cabang rumpun berkisar antara 6.70-8.04 cm. Memasuki fase generatif pada umur tanaman 56 HST jumlah cabang rumpun antar varietas menunjukkan perbedaan yang nyata, varietas lokal mempunyai jumlah cabang rumpun yang paling banyak 9.17 dibandingkan dengan varietas Talam, Kancil dan Tuban yang memiliki jumlah cabang rumpun antara 7.36-7.70. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada akhir pertumbuhan, varietas Lokal 8.30 dan Talam 7.81 mempunyai jumlah cabang tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Kancil 7.19 dan Tuban 7.57. Jumlah cabang tanaman merupakan faktor penting yang juga dipengaruhi oleh lingkungan tanah dan iklim.

4.3.3. Pertumbuhan Generatif Kacang Tanah