Faktor-Faktor yang Memotivasi Berhenti Merokok

dimana setiap pilihan jawaban mengandung nilai. Skor tertinggi yaitu 10 menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi, dan skor 0 menunjukkan ketergantungan yang paling rendah. 10 Tabel 2. Uji Fagerstrom 10 Pertanyaan Jawaban Skor Berapa banyak Anda merokok dalam sehari? a. 10 batanghari b. 11-20 batanghari c. 21-30 batanghari d. 30 batanghari 1 2 3 Seberapa cepat Anda merokok setelah bangun tidur? a. 5 menit setelah bangun tidur b. 6-30 menit setelah bangun tidur c. 30 menit setelah bangun tidur 3 2 Apakah Anda merasa kesulitan untuk tidak merokok di “no smoking area” ? a. Ya b. Tidak 1 Apakah Anda kesulitan untuk tidak merokok di pagi hari? a. Ya b. Tidak 1 Apakah Anda lebih sering merokok saat bekerja daripada saat jam istirahat? a. Ya b. Tidak 1 Apakah Anda masih merokok saat sakit? a. Ya b. Tidak 1

2.7 Faktor-Faktor yang Memotivasi Berhenti Merokok

Ada dua faktor yang memotivasi seseorang untuk berhenti merokok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor Intrinsik meliputi: 1. Khawatir pada kesehatan diri sendiri Praktisi kesehatan dan perokok setuju bahwa memburuknya tingkat kesehatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat motivasi untuk berhenti merokok. Sehingga masalah kesehatan yang disebabkan karena merokok dapat menjadi faktor yang memotivasi untuk berhenti merokok. Namun sayangnya hanya sedikit perokok yang menyadari manfaat berhenti merokok terhadap kesehatan. 1 Universitas Sumatera Utara 2. Khawatir pada kesehatan orang lain Di Amerika Serikat, lebih dari 20 juta anak-anak terpapar dengan lingkungan asap rokok. Paparan ini mengakibatkan tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas pada anak-anak dan merupakan penyebab terjadinya infeksi saluran pernapasan. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dan belajar di rumah. Bila orangtua tidak membuat kesepakatan larangan merokok di rumah, tentu saja anak-anak akan menjadi korban dari asap rokok yang dihasilkan. Ketika anak- anak sakit, maka hal ini dapat memotivasi orangtua untuk berhenti merokok. Walaupun mereka hanya memiliki keinginan dan niat untuk berhenti namun belum memiliki kesiapan untuk berhenti, setidaknya hal ini membantu dokter gigi untuk memotivasi pasien agar berhenti merokok. 34 Faktor ekstrinsik yang memotivasi seseorang untuk berhenti merokok mencakup: 1. Nasehat dokter Keterlibatan dokter dalam memberikan motivasi berhenti merokok diakui sebagai faktor yang dapat memotivasi pasien untuk berhenti merokok. Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien ingin dan mengharapkan dokternya menanyakan kebiasaan merokok pasien tersebut dan membantu pasiennya untuk berhenti merokok ketika mereka telah siap untuk berhenti. Hal ini berarti motivasi dan nasehat dari seorang dokter akan meningkatkan motivasi perokok untuk berhenti merokok. 1 2. Kebijakan Pemerintah Daerah bebas rokok telah diperkenalkan oleh pemerintah Kanada sejak Januari tahun 2000, dimana semua tempat umum di dalam ruangan diwajibkan sebagai daerah bebas rokok termasuk tempat-tempat makan dan fasilitas rekreasi. 35 Sementara di Indonesia, Peraturan Daerah Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR sebenarnya sudah ada sejak lama, sesuai dengan amanat UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, serta Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2011, dimana pemerintah daerah diwajibkan untuk menetapkan dan melaksanakan KTR, termasuk Kota Medan saat ini. Namun sayangnya KTR tersebut belum tertuang dalam bentuk peraturan daerah perda kota Universitas Sumatera Utara Medan. 36 Sementara di Jakarta, peraturan tersebut telah tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 882010 yang melarang merokok di kantor dan tempat umum 37 Daerah bebas asap rokok merupakan cara yang terbukti cukup efektif melindungi non perokok dari asap rokok. Pemerintah harus konsisten dalam memberikan dukungan terhadap program kawasan bebas rokok. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hukum yang disahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daerah bebas asap rokok juga membantu perokok yang ingin berhenti, dan mendorong orang-orang untuk membuat rumah mereka bebas asap rokok sehingga dapat melindungi anak-anak dan orang-orang non perokok lainnya dari bahaya asap rokok. 35 3. Harga jual rokok Menurut Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau cit. WHO pada pasal 6 menyatakan bahwa “menaikkan harga penjualan rokok adalah cara yang cukup efektif untuk mengurangi penggunaan tembakau sehingga dapat memberikan kontribusi pada bidang kesehatan”. Dengan meningkatkan harga jual rokok maka konsumsi rokok akan berkurang dan membantu perokok untuk berhenti merokok. Setiap kenaikan 10 pada harga eceran akan mengurangi konsumsi rokok sekitar 4 di negara berpenghasilan tinggi hingga 8 di negara berpenghasilan rendah dan menengah. 38 4. Label peringatan bahaya merokok Membantu perokok untuk berhenti merokok atau mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi jumlah kematian dan kesakitan setiap tahunnya. Saat ini, kira-kira 30 perokok di Amerika Utara tidak memiliki keinginan untuk berhenti merokok. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu program yang dapat mengendalikan perokok untuk berhenti merokok. 35 WHO merekomendasikan label peringatan yang paling efektif adalah di bagian depan bungkus rokok dan harus mencakup 50 dari tampilan depan bungkus rokok namun tidak boleh kurang dari 30. Label peringatan ditampilkan di bagian depan sehingga dapat terlihat jelas ketika perokok mengambil rokok dari bungkusnya. Universitas Sumatera Utara Penempatan label peringatan di bagian atas bungkus rokok juga lebih baik, daripada di bagian bawah. Hal ini juga meningkatkan visibilitas karena memudahkan penglihatan saat membuka bungkus rokok. 38 Kanada adalah negara pertama yang menampilkan label bahaya merokok pada bungkus rokok yaitu pada tahun 2001. Label peringatan bahaya merokok tersebut didesain dengan gambar yang semenarik mungkin dan terletak di bagian depan dan belakang bungkus rokok. Di bagian samping bungkus terdapat informasi mengenai bagaimana caranya untuk berhenti merokok dan pesan-pesan mengenai risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat merokok. 35 Perokok yang membaca label ini mulai memikirkan untuk berhenti merokok, memutuskan untuk berhenti atau mengurangi kebiasaan merokoknya. Tiga dari sepuluh perokok termotivasi untuk berhenti merokok setelah melihat label peringatan di bungkus rokok. 38 Gambar 2. Label Peringatan di Bungkus Rokok 38 2.8 Program Berhenti Merokok Program berhenti merokok adalah sebuah program yang mengharuskan pasien agar termotivasi berhenti merokok. Metodenya mencakup konseling, farmakoterapi, metode self-help misalnya : selebaran, pamflet, program tv, dan menggunakan langkah 5As yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi 5M. 39 Universitas Sumatera Utara Ada beberapa alasan mengapa seorang praktisi kesehatan dapat menjadi mediator yang efektif dalam membantu orang-orang untuk berhenti merokok. Seorang praktisi dianggap sebagai sumber pengetahuan kesehatan. Pasien cenderung dapat menerima nasehat dari seorang klinisi apakah dokterdokter gigi untuk mengubah kebiasaan merokok mereka karena dokterdokter gigi dianggap ahli dalam bidang kesehatan. Selain itu pasien lebih mudah menerima nasehat berhenti merokok ketika mereka telah merasakan akibat dari merokok itu sendiri. Beberapa perokok yang ingin berhenti merokok juga cenderung mencari perawatan dari seorang praktisi seperti dokter gigi daripada menggunakan metode self-help. 39 Dokter gigi maupun praktisi kesehatan lainnya tidak hanya memiliki kewajiban untuk mengobati penyakit, tetapi juga sebagai penasehat kesehatan bagi pasiennya termasuk mempromosikan berhenti merokok. 39 Dokter gigi juga dapat memberikan pelayanan berhenti merokok pada pasiennya dengan mengidentifikasi efek merokok di rongga mulut. 21 Setiap dokter gigi diharapkan agar menanyakan pasiennya yang berusia 15 tahun ke atas mengenai kebiasaan merokok, sudah berapa lama merokok, dan memberi nasehat serta anjuran untuk berhenti merokok. 39 Dokter gigi dapat mempromosikan berhenti merokok melalui tulisan “dilarang merokok” yang ditempatkan di ruang praktek dan yang mudah dilihat oleh pasien. Menampilkan gambar kondisi rongga mulut sebelum dan sesudah perawatan adalah cara yang cukup efektif untuk menarik minat pasien agar berhenti merokok. 40 Pedoman praktis klinis merekomendasikan “5M” sebagai kerangka kerja program berhenti merokok. 5M tersebut meliputi 40 : 1. Menanyakan asking. Ketika pasien datang mencari perawatan dokter gigi dapat menanyakan apakah pasien memiliki kebiasaan merokok atau tidak. Kemudian bisa ditanyakan jenis rokoknya, frekuensinya, jumlahnya, waktu merokoknya dan alasan mengapa merokok. 2. Menilai assessing. Menilai tingkat motivasi berhenti merokok dan ketergantungan merokok merupakan hal yang sangat penting untuk memilih jenis perawatan. Universitas Sumatera Utara 3. Menasehati advice. Memberi edukasi dan pengetahuan kepada pasien mengenai risiko merokok dan keuntungan berhenti merokok. Namun yang perlu diingat adalah nasehat yang diberikan tidak boleh bersifat memaksa dan menekan agar hubungan dokter dengan pasien tetap terjaga. 4. Membantu assist. Langkah selanjutnya adalah menawarkan pilihan bantuan untuk berhenti merokok yang sesuai dengan tingkat motivasi dan ketergantungan pasien. 5. Menyusun jadwal kunjungan berulang dan memberikan dukungan arranging follow up and support. Langkah terakhir adalah membuat jadwal kunjungan berulang dan memberikan dukungan kepada pasien. Dukungan bisa berupa melakukan dental profilaksis yaitu pembersihan karang gigi dan plak serta mengevaluasi jaringan periodontal.

2.9 Kerangka Konsep