Analisis Kualitatif Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Berhenti Merokok

(1)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BERHENTI

MEROKOK

Skripsi

Disusun oleh:

AHMAD RIFQI NUBAIRI NIM: 106104003480

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Rifqi Nubairi

Tempat/Tanggal Lahir : Indramayu, 08 Juni 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Blok Bantenan Kel. Kaliwadas RT: 02/02 Kec.

Sumber Kab. Cirebon 45611.

Telp : 085224238868

Email : rifqinubairi@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. 1992 – 1994 : TK Ash-Sholah Kaliwadas Sumber Cirebon 2. 1994 – 2000 : SDN Kaliwadas II Sumber Cirebon.

3. 2000 – 2003 : MTsN Babakan Ciwaringin Cirebon. 4. 2003 – 2006 : MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon. 5. 2006 – 2012 : S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, 27 Juni 2012

Ahmad Rifqi Nubairi, NIM: 106104003480

ANALISIS KUALITATIF FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESULITAN MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BERHENTI MEROKOK

xv + 59 Halaman + 5 Lampiran

Kata kunci: kesulitan berhenti, perilaku merokok.

ABSTRAK

Jumlah perokok semakin hari semakin meningkat di berbagai negara di dunia, baik di negara-negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Prevalensi penyakit yang salah satu faktornya disebabkan oleh rokok semakin meningkat namun hal ini tidak membuat orang menghentikan kebiasaan perilaku merokok. Pecandu rokok yang berusaha untuk berhenti merokok selalu mengalami kegagalan.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta berhenti merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Jenis data yang digunakan adalah data primer, dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara mendalam dengan jumlah informan 12 orang. Analisa data yang digunakan adalah deskriptif naratif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor personal, faktor adiksi rokok, faktor pengaruh lingkungan sosial, faktor teman sebaya, faktor kemudahan mendapatkan rokok, dan faktor adanya orang yang menjadi panutan merokok dapat mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta berhenti merokok. Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya program pendidikan atau promosi kesehatan yang lebih terintegrasi dengan sosialisasi secara menyeluruh tentang bahaya merokok dan adanya penerapan aturan larangan merokok disertai orang yang menjadi panutan sebagai contoh untuk tidak merokok.


(8)

vii

THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Thesis, June, 27 2012

By Ahmad Rifqi Nubairi, Id Number: 106104003480

QUALITATIVE ANALYSIS: FACTORS THAT INFLUENCE THE DIFFICULTY FOR STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDENTS TO STOP SMOKING

xv + 59 Pages + 5 Enclosures

Key words: difficult to stop, smoking behavior

ABSTRACT

Day by day, the total of smokers has increased in many countries in the world, either in the developed country or in the developing countries. The prevalence of the illness that becomes one of the factors which is caused by cigarette has increased, however this does not make them to stop smoking behaviors. The addict smokers that attempt to stop smoking always deal with failure.

Purpose of the study is to find out the factors that influence the difficulty for State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta students to stop smoking. This research is a qualitative descriptive with phenomenology approach. The type of the data that is used is the primary data, the collecting data is conducted through depth interview with the total of the informants were 12 peoples. The data analyzing that was used is descriptive-narrative.

The results of the research showed that a personal factor, a smoking addiction factor, a social circumstances influence, a peers factor, an opportunity (easiness) to get a cigarette, and the person that becomes a model to smoke may influence the difficulty for State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta students to stop smoking. suggestions that are recommended, i.e. there are a need for education program or promoting health that are more integrated with the socialization altogether about the hazard of smoking as well as the regulation about forbidden to smoke that should implemented by the person who act as a role model.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tanpa henti-hentinya memberikan segala nikmat dan hidayah kepada semua makhluk-NYA. Sholawat serta salam selalu penulis curahkan kepada baginda pemimpin seluruh umat Nabiyyuna Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dalam naungan agama islam.

Diawali dengan membaca bismillah penulis memulai menulis skripsi dan

Alhamdulillah setelah melewati perjuangan yang penuh dengan rintangan, berkat nikmat dan hidayah-NYA akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi dengan judul “ANALISIS KUALITATIF FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BERHENTI MEROKOK”.Penulis mempunyai keyakinan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya partisipasi dari berbagai pihak. Maka dengan tulus dan ikhlas dari hati nurani penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Tien Gartinah M.N. Selaku Ketua Program Studi dan Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kp. Sp.Mat. Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku penasehat akademik yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehatnya selama masa perkuliahan.

4. Ernawati, S.Kep, Sp.KMB dan Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM Selaku pembimbing skripsi yang begitu sabar dan penuh keikhlasan dalam memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehat untuk mengarahkan penulis menghasilkan skripsi yang baik.


(10)

(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rokok ... 7

1. Jenis-jenis Rokok ... 7

2. Kandungan Rokok ... 8

3. Merokok ... 11

4. Perokok ... 12

5. Alasan Merokok ... 12

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok ... 12


(12)

xi

8. Mitos-mitos Keliru Tentang Rokok ... 15

9. Adiksi ... 15

B. Berhenti Merokok ... 16

1. Manfaat Berhenti Merokok ... 17

2. Alasan Tidak Mudah Berhenti Merokok ... 18

3. Motivasi Berhenti Merokok ... 19

4. Faktor Penyulit Berhenti Merokok ... 20

C. Perilaku dan Perubahan ... 21

D. Kerangka Teori ... 23

BAB III. KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Pikir ... 24

B. Definisi Istilah ... 24

BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Informan Penelitian ... 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

D. Jenis Data Penelitian ... 28

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

F. Instrumen Data ... 30

G. Analisis Data ... 30

H. Validasi Data ... 31

I. Keabsahan Data ... 31

J. Etika Penelitian ... 32

BAB V. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Informan ... 34

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Mulai Merokok ... 35

2. Penyebab Merokok ... 36

3. Motivasi Berhenti Merokok ... 38


(13)

xii

5. Kesulitan Berhenti Merokok ... 41

BAB VI. PEMBAHASAN A. Mulai Merokok ... 46

B. Penyebab Merokok ... 47

C. Motivasi Berhenti Merokok ... 49

D. Upaya Berhenti Merokok ... 51

E. Kesulitan Berhenti Merokok ... 52

F. Aturan Larangan Merokok ... 53

G. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah ... 24 Tabel 5.1 Karakteristik Informan ... 34


(15)

xiv

DAFTAR BAGAN


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent.

Lampiran 2. Lembar Pedoman Wawancara. Lampiran 3. Transkip Wawancara.

Lampiran 4. Koding Wawancara. Lampiran 5. Analisis Tema.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan hak mutlak bagi setiap manusia di dunia. Sebagian dari mereka belum mengerti sepenuhnya hakekat sehat yang sesungguhnya, sehingga mereka terkadang lalai dan tidak mensyukurinya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Ibnu Abbas ra. Berkata bahwa

Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua macam nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan (umur).” (Muchtar, 2009).

Banyak konsep mengenai pengertian sehat salah satunya menurut World Health Organization (WHO), “Health is a complete state of physical, mental, and social being and not merely the absence of disease or infirmity.” (sehat adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang menyeluruh dan bukan hanya bebas dari penyakit cacat dan kelemahan). Berdasarkan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No.36 Pasal 1 Tahun 2009 tentang

kesehatan, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis”.

Kondisi fisik, mental, spiritual dan sosial yang sehat maka manusia dapat beraktifitas dengan sempurna sehingga kesehatan merupakan salah satu hal


(18)

terpenting dalam kehidupan manusia yang harus dijaga dan disyukuri. Pada kenyataannya masih banyak orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja merusak kesehatan mereka dengan perilaku-perilaku yang tidak sehat, yakni salah satunya berupa perilaku merokok.

Di sisi lain masyarakat khususnya para pemuda telah tercemar oleh

mitos-mitos yang “menyesatkan”. Rokok dianggap sebagai simbol kedewasaan dan

kejantanan bagi laki-laki, jika seorang laki-laki tidak merokok dianggap masih kecil (belum dewasa) dan “banci”. Target dari mitos tersebut adalah para remaja laki-laki yang sedang mencari jatidirinya. Mereka yang kondisi psikologisnya masih labil sehingga gampang sekali terpengaruh oleh mitos semacam itu. Dalam faktanya tidak hanya laki-laki yang merokok, perempuan juga merokok bahkan adapula nenek-nenek yang merokok artinya, bahwa merokok bukanlah lambang kedewasaan dan kejantanan laki-laki sejati (Muchtar, 2009).

Peringatan yang tertulis pada kemasan rokok (merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin) semata-semata tidak lebih hanya sebagai sebuah hiasan. Para pelaku industri rokok tidak khawatir dengan adanya peraturan untuk mencantumkan peringatan tersebut karena pada dasarnya para perokok mengetahui dampak negatif yang diakibatkan oleh rokok tersebut. Mereka masih terus saja menghisapnya tanpa memikirkan dampak dari apa yang mereka lakukan itu, karena rokok bagaikan hipnotis (Muchtar, 2009).

Jumlah perokok semakin hari semakin meningkat di berbagai negara di dunia, baik di negara-negara yang sudah maju maupun negara yang sedang


(19)

berkembang. Prevalensi penyakit yang salah satu faktornya disebabkan oleh rokok semakin meningkat namun hal ini tidak membuat orang menghentikan kebiasaan perilaku merokok (Soedarmadji, 2011).

Banyak pecandu rokok yang berusaha untuk berhenti dari perilaku merokok baik karena kesadaraan diri atau karena anjuran orang lain. Namun usaha yang dilakukan selalu menemukan jalan buntu (kegagalan). Adapun yang membuat seseorang sulit berhenti merokok adalah nikotin karena bersifat adiktif, sehingga membuat seorang perokok menjadi kecanduan secara fisik dan emosional. Apabila seorang perokok menghentikan kebiasaannya, ia pasti akan tersiksa, baik secara fisik maupun mentalnya. Walaupun begitu beberapa diantara mereka yang memiliki niat dan tekad yang kuat ada juga yang berhasil meloloskan diri dari siksaan candu (Lisa, 2010).

Menghentikan perilaku merokok bukanlah usaha mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok), dari 375 responden yang dinyatakan 66,2 persen perokok pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka gagal (Makara, 2005). Global Youth Tobacco Survey (GYTS, 2006) melaporkan 76% perokok ingin berhenti merokok, 86% telah mencoba berhenti tahun sebelum survei dilakukan tetapi gagal.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, tempat proses belajar mengajar merupakan kawasan tanpa rokok. Hasil studi pendahuluan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret 2011 dari 10 mahasiswa


(20)

perokok 8 mahasiswa perokok ingin berhenti merokok tetapi mengalami kesulitan berhenti merokok.

Melihat dari masalah yang ada maka dalam penelitiannya penulis tertarik

mengambil judul “Analisis kualitatif faktor yang mempengaruhi kesulitan

mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhenti

merokok” untuk mengetahui secara lebih luas, jelas, dan terperinci faktor yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta dalam berhenti merokok.

B. Rumusan Masalah

Dari hasil studi pendahuluan pada mahasiswa UIN Jakarta sebesar 80% mahasiswa perokok ingin berhenti merokok tapi mengalami kesulitan. Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah penelitian adalah tingginya keinginan mahasiswa perokok untuk berhenti merokok namun mengalami kesulitan dan belum diketahuinya faktor yang mempengaruhi kesulitan perokok berhenti merokok. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta dalam berhenti merokok.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta dalam berhenti merokok?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta berhenti merokok.


(21)

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran motivasi mahasiswa berhenti merokok. b. Mengidentifikasi gambaran upaya mahasiswa berhenti merokok. c. Mengidentifikasi gambaran lebih dalam kesulitan mahasiswa berhenti

merokok.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai elemen:

1. Institusi Kesehatan dan Perawat

Sebagai bahan masukan dan referensi dalam membantu program pendidikan kesehatan pada pasien dengan perilaku merokok.

2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai bahan masukan dalam membantu optimalisasi program kampus bebas asap rokok, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah pusat maupun daerah bahwa tempat pendidikan merupakan kawasan bebas asap rokok.

3. Peneliti

Bagi peneliti pribadi, penelitian ini memberikan bekal pengetahuan dalam melaksanakan program pendidikan kesehatan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan perokok berhenti merokok sehingga dapat membantu program perokok berhenti merokok.


(22)

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa perokok dalam mengantisipasi kesulitan untuk berhenti merokok.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UIN Jakarta dengan objek penelitian adalah mahasiswa UIN Jakarta yang merokok dan pernah mencoba untuk berhenti merokok namun mengalami kesulitan atau belum berhasil berhenti merokok.


(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rokok

Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang apabila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Sebagaimana yang tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum, pasal 1, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003, rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

1. Jenis-jenis Rokok

Jenis-jenis rokok menurut Lisa (2010): a. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus

- Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

- Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. - Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau.

b. Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi

- Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.


(24)

- Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya

- Sigaret kretek tangan (SKT) adalah rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan ataupun alat bantu sederhana.

- Sigaret kretek mesin (SKM) adalah rokok yang proses pembuatannya mengguanakan mesin. Caranya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini, mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang permenit.

d. Rokok Berdasarkan Pengguanaan Filter

- Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

- Rokok nonfilter (RNF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

2. Kandungan Rokok

Rokok mengandung berbagai zat toksik yang sangat berbahaya bagi tubuh, setiap rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia, antara lain:


(25)

a. Nikotin

Nikotin merupakan zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti. Nikotin sangat berbahaya karena dapat meracuni syaraf, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Nikotin masuk ke dalam otak saat seseorang merokok. Kadar nikotin yang dihisap akan menyebabkan kematian apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0,1-1,2 mg. Namun, jumlah yang kecil itu mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik (Asril, 2003).

b. Timah hitam (Pb)

Timah hitam yang dihasilkan sebatang rokok adalah 0,5 µg. Ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 µg perhari.

c. Karbon monoksida (CO)

Karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin berikatan dengan oksigen yang penting untuk pernafasan sel-sel tubuh. Karbon monoksida lebih kuat dari oksigen sehingga merebut posisi oksigen yang mengakibatkan hemoglobin berikatan dengan CO. Kadar CO dalam darah non perokok kurang dari satu persen, sedangkan pada perokok mencapai 4-15 persen.

d. Tar

Tar digunakan untuk melapisi jalan atau aspal. Tar adalah kumpulan beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok yang bersifat karsinogen. Ketika rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut


(26)

sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antar 30-40 mg per batang rokok. Kadar tar per batang rokok berkisar antara 24-45 mg.

e. Eugenol

Merupakan zat yang hanya ditemui dalam rokok kretek. Eugenol di gunakan sebagai antiseptis, anestetik dan juga sebagai antipiretik, efek pengguna rokok kretek tidak diketahui sehingga belum diketahui efek karsiogeniknya (Guidotti, 1989 dalam Faturrahman,2006).

f. Arsenic

Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri dari unsur-unsur berikut:

- Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu saluran pernafasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

- Amonium karbonat, yaitu zat yang bisa membentuk plak kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

g. Amonia

Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Apabila zat ini disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa menyebabkan seseorang pingsan dikarenakan kerasnya racun.


(27)

h. Formic Acid tidak berwarna, bisa bergerak bebas, dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

i. Pyridine Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

j. Methanol dapat menyebabkan kebutaan bahkan kematian.

k. Hydrogen Cyanide adalah zat yang paling ringan dan mudah terbakar sehingga sering dipakai dalam bom hidrogen. Zat ini akan menghalangi pernafasan seseorang sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan kematian.

l. Formaldehyde sebagai bahan pengawet yang mengandung racun keras sehingga sangat berbahaya bagi organisme hidup.

Bahaya zat yang dijelaskan di atas hanya sebagian saja, masih banyak lagi zat beracun yang terkandung dalam rokok dan sangat berbahaya bagi tubuh.

1. Merokok

Merokok adalah aktivitas menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok. Termasuk juga dengan menggunakan sejenis pipa khusus yang mengandung air ditengahnya. Walaupun bahannya bukan dari tembakau atau bahan mirip tembakau yang memberi cita rasa sama seperti tembakau.


(28)

2. Perokok

Menurut peneliti seperti Gilchrist, shinke, Bobo, dan Snow (Meiyetriani, 2006) ada tiga kategori dalam perokok dan bukan perokok:

a. Non smoker adalah orang yang bukan perokok (tidak merokok) dan belum pernah mencoba rokok sama sekali.

b. Experimental smoker adalah orang yang telah merokok beberapa kali tetapi tidak sampai pada tahap merokok menjadi kebiasaan merokok. c. Regular smoker atau perokok tetap adalah orang yang secara teratur

merokok baik mingguan maupun dengan intensitas yang lebih tinggi.

3. Alasan Merokok

Secara umum ketika seseorang ditanya mengenai penyebab merokok, maka hampir sebagian orang mengatakan berbeda meskipun masih dalam ruang lingkup yang sama. Sebagian besar jawabannya yakni pengaruh teman, coba-coba, hasrat, ingin terlihat gagah, meningkatkan rasa percaya diri, menambah kenikmatan, mencari kelezatan, menghilangkan stress, terpengaruh oleh mitos-mitos merokok, ataupun sudah menjadi kebiasaan. Perokok beralasan bahwa merokok dapat menghilangkan ketegangan (39,2%), ikut-ikutan teman (13,7%), dapat meningkatkan produktifitas kerja (16,7%). Penelitian lain menyebutkan 30,25% perokok beralasan merokok dapat menghilangkan ketegangan dan 23,3% untuk mengisi kesepian (Lisa, 2010).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Merokok

Penelitian Baequni dan Narila (2005) menunjukkan bahwa seorang perokok pertama kali merokok dipengaruhi oleh teman (58%), diri sendiri (25,3%), dan keluarga (1,4%). Penelitian Resmawan (2003) dalam Baequni


(29)

dan Narila (2005) menunjukkan bahwa teman (48%) merupakan orang yang paling sering berperan mempengaruhi orang untuk merokok.

Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga, yaitu faktor sosial, psikologis dan genetik (Lisa, 2010). Penelitian yang dilakukan Matua Harahap pada tahun 2004, mengungkapkan anak-anak merokok disebabkan pengaruh ajakan teman-temannya. Hal itu juga dampak dari pengaruh media yang gencar melakukan promosi rokok (Zulkifli, 2010).

5. Kerugian Mengkonsumsi Rokok

Ada beberapa aspek yang merugikan jika kita mengkonsumsi rokok diantaranya:

a. Aspek Kesehatan

Rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Sedikitnya 25 penyakit di sebabkan oleh rokok diantaranya kanker paru, bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya, kanker mulut, tenggorokan, pankreas, kandung kencing, penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum, penyakit jantung, gangguan kehamilan dan janin, katarak, kanker serviks, kerusakan ginjal dan periodontitis (Depkes, 2006).

Severina Sabia dan Kolega dari france`s Institute National de la Sante et de la Recherche meneliti 10.308 warga London yang berusia 35-55 tahun untuk melihat hubungan merokok dan kemampuan daya ingat. Hasil penelitian yang dilakukan pada 1985-1988 itu adalah, pertama, merokok di usia pertengahan mengakibatkan penurunan daya ingat dan penurunan kemampuan membuat alasan. Kedua, lebih kecil kecenderungan perokok


(30)

yang telah berhenti dalam jangka waktu lama mengalami penurunan kemampuan kognitif dalam mengingat kata-kata dan kemampuan verbal.

Ketiga, berhenti merokok di usia pertengahan akan mengakibatkan peningkatan pada perilaku kesehatan. Keempat, seseorang yang mengalami gejala penurunan kemampuan daya ingat berisiko besar mengalami demensia dalam jangka waktu dekat (Media Indonesia, 16 Juni 2008).

b. Aspek Ekonomi

Merokok juga merugikan di sektor ekonomi. Harga rokok berbungkusnya sekitar Rp.10.000,-. Seorang perokok setiap harinya mengeluarkan minimal Rp.10.000,- untuk membeli rokok, kalau dikalkulasikan dalam waktu sebulan Rp.300.000,- mereka habiskan hanya untuk merokok. Seandainya uang itu diinvestasikan atau ditabung maka dapat terkumpul sekitar Rp.3.600.000,- pertahun.

c. Aspek Sosial

Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok, tapi juga orang lain disekitar perokok yang ikut menghisap asap rokok tersebut. Perokok pasif dewasa mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, dan penyakit paru lainya. Suatu penelitian di Finlandia menunjukan bahwa orang dewasa yang terpapar asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat dibanding orang yang tidak terpapar. Perokok pasif bayi dan anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena infeksi telinga dan sindroma kematian bayi mendadak (SID/ sudden infant death syndrome). (Depkes, 2006).


(31)

6. Mitos-mitos keliru tentang rokok

Beberapa mitos yang keliru tentang rokok disinyalir dapat mempengaruhi keberlanjutan seseorang dalam merokok. Dikutip dari LM3, 2000, beberapa mitos yang berkembang di masyarakat diantaranya:

a. Saya memilih rokok yang mild dan light sehingga mengurangi resiko sakit.

b. Saya selalu menghisap rokok filter supaya aman.

c. Kalau tidak merokok saya menjadi tidak tenang, tegang, dan gelisah. d. Merokok menjadikan saya lebih produktif.

e. Seringkali saya merasakan adanya dorongan sangat kuat untuk merokok yang tidak dapat saya atasi.

f. Saya sudah mencoba beberapa kali untuk berhenti merokok tetapi gagal. Jadi kali ini mungkin saya tidak akan berhasil lagi.

7. Adiksi/ketagihan

Berdasarkan UU No.36 Pasal 113 Tahun 2009, yang termasuk zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cair, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.

Gejala-gejala yang dapat diamati pada orang yang ketagihan (Lisa, 2010): a. Adanya rasa ingin merokok yang menggebu.

b. Merasa tidak bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok. c. Merasa tidak tahan apabila kehabisan rokok.

d. Sebagian kenikmatan merokok terjadi saat menyalakan rokok. e. Kesemutan di lengan dan kaki.


(32)

f. Berkeringat dan gemetar (adanya penyesuaian tubuh terhadap hilangnya nikotin).

g. Gelisah, susah konsentrasi, sulit tidur, lelah, dan pusing.

B. Berhenti Merokok

Robi mengungkapkan bahwa untuk berhenti merokok adalah kebijakan kelompok. Mengutip hasil penelitian Universitas Harvard dan Universitas California San Diego yang diterbitkan oleh jurnal The New England Journal of Medicine, Mei 2008. Subjek penelitian adalah perokok dan bukan perokok di AS beserta komunitas di sekitarnya, seperti keluarga, tetangga, rekan kerja, dan teman serta temannya teman. Data yang digunakan dari pengamatan selama 32 tahun, dari tahun 1971 hingga 2003.

Hasil penelitian menunjukkan perokok cenderung berhenti merokok jika teman, keluarga, atau tetangganya juga berhenti merokok. Artinya, keputusan berhenti merokok bukan keputusan pribadi, tetapi lebih merupakan keputusan bersama dalam suatu kelompok atau komunitas.

Becker (1979, dalam Notoatmodjo 2007), membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.


(33)

b. Perilaku sakit

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit

Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.

1. Manfaat berhenti merokok

Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris menunjukkan, terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok. Penelitian terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok dengan kanker paru-paru. Dipantau 50 tahun, penelitian ini melibatkan sekitar 35.000 dokter di Inggris yang lahir antara 1900 dan 1930. Para ilmuan memantau kebiasaan merokok mereka selama lebih dari 50 tahun. Data paling akhir menunjukkan risiko yang ada jauh lebih besar dari perkiraan awal. Sir Richard Peto yang terlibat dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. Bahkan setelah 20 tahun bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari Sembilan dari sepuluh risiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah sepuluh tahun, anda bisa terbebas dari hampir semua risiko yang ada. Masalahnya adalah begitu orang terbiasa


(34)

merokok, orang tersebut susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mangaku tidak bisa berhenti merokok. Mereka yang berhenti merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negative terhadap kesehatan bisa diminimalkan.

Menurut Sani (2010), selain membuat orang-orang di sekitarnya lebih sehat, orang-orang yang menghentikan kebiasaan merokok juga bisa membersihkan tubuh mereka dari nikotin dan menjadi lebih sehat.

Pada 20 menit pertama setelah berhenti, tekanan darah, denyut jantung dan aliran darah tepi akan membaik, 12 jam setelah berhenti tingkat karbon monoksida dalam darah kembali normal, 48 jam setelah berhenti merokok, sistem aliran darah juga akan membaik dan fungsi jantung meningkat, dua sampai 12 minggu setelah berhenti nikotin akan tereliminasi dari sistem sehingga indera pengecap dan penciuman membaik. Dalam jangka panjang, satu sampai sembilan bulan setelah berhenti merokok, sesak nafas dan batuk-batuk akan berkurang dan setelah satu tahun risiko terkena jantung koroner menurun separuhnya. Risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan bukan perokok setelah 15 tahun (ANTARA News, 26 Mei 2010).

2. Alasan tidak mudah untuk berhenti merokok

Aisyah, Kepala Unit Rumah Sakit Bayangkara Lemdiklat Polri, mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa kebiasaan merokok sulit dihilangkan. Pertama, rokok itu legal. Perokok merasa tidak melanggar peraturan dengan merokok. Mereka bisa merokok dimanapun tanpa takut akan ditangkap. Hal ini berbeda dengan narkoba, dimana pemakainya harus


(35)

bersembunyi untuk menikmati narkoba. Kedua, rokok bisa dibeli dengan mudah dimanapun, bahkan di warung atau kafetaria/kantin rumah sakit pun rokok bisa dibeli. Harga rokok juga cukup terjangkau. Ketiga, perokok melihat yang merokok bukan hanya dirinya, tetapi banyak orang. Mereka merasa tidak bersalah karena banyak orang yang melakukan hal yang sama. Selain itu, ketagihan rokok masih bisa ditunda. Maksudnya, walau mulut terasa asam, kepala pusing, atau tanda-tanda ketagihan lain muncul, seorang perokok masih bisa menunda ketagihan rokok jika tempat dan waktunya tidak memungkinkan untuk merokok. Berbeda dengan narkoba, dimana kebutuhan tubuh akan narkoba tidak bisa ditunda. Tingkat ketagihan yang ringan ini membuat orang memandang enteng akan bahaya ketagihan rokok (Fathurrahman, 2006).

3. Motivasi berhenti merokok

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu istilah umum yang mencakup tingkah laku yang mencari tujuan dan yang berkembang karena adanya tujuan-tujuan. Dapat dikatakan motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan, mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu (Huffman, Vernoy, 1997 dalam Semium, 2006).

Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri maupun dari lingkungan. Menurut Kort (1987) yang dikutip Bastable (2002), motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil dari manipulasi eksternal saja. Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam


(36)

diri, tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi internal merupakan dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan bermacam-macam sesuai dengan karakter, pendidikan, latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas, orang yang mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh (Herijulianti, 2001).

Faktor terpenting untuk berhenti merokok adalah kemauan yang kuat dari dalam diri perokok sendiri untuk berhenti merokok. Apabila tidak ada kemauan yang kuat, berbagai macam metode yang dipakai pasti akan gagal dan apabila perokok berhasil berhenti merokok untuk jangka waktu tertentu, tidak lama lagi dia akan kembali merokok. Apabila sudah ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok, maka akan banyak metode yang dapat dipakai untuk mewujudkan niat tersebut. Mereka yang akan berhenti merokok harus menyadari bahwa tidak ada satupun obat atau cara yang manjur seratus persen untuk menghentikan merokok kalau ia sendiri belum termotivasi kuat untuk benar-benar berhenti merokok. (Aditama, 1992 dalam Fathurrahman, 2006)

4. Faktor penyulit berhenti merokok

Menghentikan perilaku merokok adalah sulit karena saat perokok-perokok mencoba berhenti, kondisi yang mereka rasakan menjadi semakin buruk. Secara psikologis, upaya berhenti merokok menjadi sulit karena adanya pengaruh lingkungan sosial, kebiasaan mengkonsumsi rokok, kemudahan akses


(37)

terhadap rokok, ketiadaan aturan membatasi usia merokok, pengaruh teman sebaya dan banyak hal lain (Jusuf, 2010).

Faktor penyulit seseorang berhenti merokok yaitu efek psikoaktif nikotin yang sangat kuat yakni 5-10 kali lebih kuat dari kokain dan morfin, reseptor pada otak yang menerima nikotin akan melepaskan dopamin yang memberikan rasa nyaman sementara. Kehilangan rasa nyaman akan saat kadar nikotin menurun menimbulkan keinginan kembali untuk merokok. Faktor lainnya adalah kemudahan mendapatkan rokok dan gangguan-gangguan yang muncul saat seseorang berhenti merokok (Sani, 2010). Selain kesulitan-kesulitan semacam itu, kurangnya pengetahuan mengenai cara menghentikan kecanduan nikotin membuat sebagian besar perokok gagal menghentikan kebiasaan merokok (Ginting, 2010),.

C. Perilaku dan Perubahan

Perilaku dikenal sebagai tindakan organisme yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan menurut Skinner (Notoatmojdo, 2005) bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara stimulus dan respon. Bloom (Notoatmodjo, 2005) membagi perilaku menjadi tiga domain, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (affective), dan tindakan (practice). Sedangkan menurut Green (Notoatmodjo, 2005) bahwa dalam mengintervensi perilaku dengan pendidikan kesehatan maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut agar dapat dibuat perencanaan yang tepat sasaran.

Green mencoba menganalisa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku


(38)

(behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, tradisi, norma sosial, persepsi, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat yang kemudian akan memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan suatu perilaku.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling faktors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi terjadinya perilaku, yang terwujud dalam lingkungan fisik, yakni tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, termasuk juga prioritas dan komitmen masyarakat / pemerintah terhadap kesehatan serta keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam lingkup merokok adalah lingkungan yang permisif terhadap orang yang merokok dan lingkungan yang kondusif (rokok mudah diperoleh, harga terjangkau, dapat diecer).

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku dari keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan, tokoh masyarakat atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


(39)

D. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori perilaku Green, bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat, dengan skema sebagai berikut:

Bagan 2.1 Modifikasi proses terbentuknya perilaku menurut Green dan Jusuf.

Berhenti merokok /

Tidak berhenti

merokok. Faktor predisposisi:

- Pengetahuan - Sikap

- Kepercayaan - Norma sosial - Persepsi

Faktor penguat:

- Perilaku para dosen, teman sebaya, dan paparan iklan rokok. Faktor pendukung:

- Ketersediaan rokok di lingkungan.

- Peraturan yang berlaku di lingkungan.


(40)

24

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggali informasi tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada kesulitan perokok untuk berhenti merokok pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Definisi Istilah

Variabel Definisi

Istilah Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Validasi

Upaya Kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud. Wawancara mendalam. Pedoman wawancara dan alat perekam. Cara dalam mencapai tujuan berhenti merokok. Triangulasi sumber.

Motivasi Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu Wawancara mendalam. Pedoman wawancara dan alat perekam. Faktor dari luar dan dalam yang menjadi pendorong untuk berhenti merokok. Triangulasi sumber.


(41)

tindakan dengan tujuan tertentu. Kesulitan

berhenti merokok.

Keadaan yang sukar sekali bagi informan untuk

meninggalkan perilaku merokok

Wawancara mendalam.

Pedoman wawancara dan alat perekam.

Faktor dari luar dan dalam yang menyebabkan tidak berhasil berhenti merokok.

Triangulasi sumber.


(42)

26 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi fenomenologi. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subyek yang diteliti. Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta (Nurbaeti & Utomo, 2010). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antarvariabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial.

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuhan). Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) penelitian kualitatif merupakan prosedur


(43)

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Salam & Jaenal, 2006). Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah (Irma & Waras, 2010).

Studi fenomenologi yaitu penelitian yang menjelaskan pengalaman manusia melalui deskripsi dari orang yang menjadi informan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup informan. Penelitian ini menggambarkan pendekatan psikologis terhadap penelitian fenomenologis (Satori & Komariah, 2009). Metode penelitian ini ditekankan pada subjektivitas pengalaman hidup dari perokok yang berkaitan dengan kesulitan berhenti merokok.

B. Informan dalam Penelitian

Sampel dalam penelitian ini disebut informan. Informan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling technique yaitu suatu metode yang digunakan jika penetapan informan didasarkan atas kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Adapun kriteria-kriteria informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Jakarta, perokok dan pernah mencoba berhenti merokok tetapi mengalami kegagalan. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara menetapkan informan sesuai kriteria yang telah ditentukan dan akhirnya diperoleh dengan jumlah informan sebanyak 12 mahasiswa. Jumlah tersebut ditetapkan setelah data atau jawaban yang diperoleh dari beberapa informan mengalami kejenuhan.


(44)

C. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di UIN Jakarta dengan pengumpulan data dilakukan di lingkungan universitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011.

D. Jenis data dalam penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer bersifat narasi, uraian, penjelasan dari informan baik lisan maupun tulisan. Jenis data tersebut berupa catatan lapangan dan rekaman audio.

E. Prosedur pengumpulan data

Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan analisis dokumen. Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutup.

1. Tahap persiapan

Dalam persiapan penelitian ini, peneliti telah memiliki beberapa topik yang akan menjadi rencana penelitian. Peneliti mengajukan topik/judul penelitian kepada pembimbing untuk mendapatkan persetujuan, peneliti mencari bahan referensi dan menyusun proposal penelitian. Setelah proposal penelitian direvisi sesuai dengan masukan dan saran dari pembimbing dan penguji ketika ujian proposal, kemudian peneliti menyiapkan instrumen dan alat bantu yang digunakan untuk pengambilan data seperti pedoman wawancara, alat-alat tulis dan alat-alat perekam. Selanjutnya peneliti menentukan


(45)

mahasiswa sebagai informan dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Informan didapatkan di sekitar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yakni dimana tempat berbagai kelompok mahasiswa berkumpul.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di sekitar UKM. Peneliti menanyakan kesediaan calon informan dengan menjelaskan tujuan pengambilan data, waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan data dan memberikan lembar informed consent yang harus ditanda tangani sebagai bukti kesediaan sebagai informan. Setelah calon informan bersedia sebagai informan, peneliti menanyakan tempat yang diinginkan informan untuk pengambilan data, tujuannya supaya informan lebih fokus tanpa adanya pengaruh dari lingkungan sekitar. Selanjutnya, sesuai kontrak dengan informan, peneliti melakukan pengambilan data dari informan. Teknik yang digunakan adalah melakukan wawancara mendalam serta merekam wawancara untuk memperoleh data primer sesuai pedoman wawancara.

3. Tahap penutupan

Pada tahap penutupan ini, peneliti menentukan code setiap informan. Selanjutnya peneliti membuat kontrak dengan informan bahwa peneliti akan datang kembali untuk validasi data serta apabila ada data yang belum diperoleh atau mengulang data apabila ada data yang hilang. Setelah mendapatkan kesediaan dari informan, peneliti


(46)

melakukan terminasi dengan memberikan apresiasi kepada informan atas partisipasi dan kesediaannya dalam penelitian.

F. Instrumen data

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah yang melakukan penelitian yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib, dan leluasa. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti mendapatkan keterangan dari informan secara lisan melalui bercakap-cakap. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat-alat tulis dan alat perekam.

G. Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif narasi. Pengolahan dilakukan dengan reduksi data, display data, dan analisis data. Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing informan. Setelah melakukan wawancara dengan informan dan dianggap sudah menjawab semua tujuan penelitian, maka peneliti segera melakukan transkripsi hasil rekaman secara simultan untuk selanjutnya dianalisa. Setelah semua data dari hasil wawancara dengan informan dan cacatan lapangan pertama dibuat transkripsi yang dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data terhadap informan yang kedua dan seterusnya. Setelah dibuat semua hasil transkripsi data terhadap semua hasil


(47)

wawancara, kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap hasil tersebut. Proses pengolahan data akan menggunakan matriks untuk membantu proses analisis data. Analisis data yang digunakan adalah analisis isi atau content analysis (Burhan Bungin, 2003).

H. Validasi data

Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber informasi (informan) dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Satori, 2009). Menurut Kresno dkk (2006) ada tiga tipe triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data. Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber karena penelitian ini hanya bisa menggunakan satu metode maka tidak menggunakan triangulasi metode sedangkan triangulasi data sulit dilakukan, biaya mahal, dan membutuhkan waktu yang lama.

I. Keabsahan data

Dalam peningkatan keabsahan hasil penelitian, peneliti melakukan cek dan ricek serta croscek pada prosedur penelitian yang sudah ditempuh, serta telaah terhadap substansi penelitian. Keabsahan data suatu penelitian kualitatif tergantung pada empat kriteria, yaitu: credibility, dependability, transferability

dan confirmability.

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Dalam penelitian ini, peneliti meningkatkan kualitas keterlibatan dalam kegiatan di lapangan, pengamatan secara terus-menerus, triangulasi,


(48)

melibatkan teman sejawat untuk berdiskusi, menggunakan bahan referensi akan kebenaran data yang diperoleh dalam bentuk rekaman, tulisan, gambar, dll.

Dependability merupakan suatu kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan auditing (pemeriksaan) dengan pembimbing penelitian.

Transferability merupakan cara membangun keteralihan untuk menilai keabsahan data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan secara rinci hasil temuan yang diperoleh, kemudian dibuat penjelasan dengan tentang hasil wawancara dalam bentuk naratif yang menceritakan rekaman wawancara dan catatan lapangan kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan jurnal dan literatur yang sesuai dengan topik penelitian (Moleong, 2007).

Confirmability merupakan kriteria untuk menilai mutu tidaknya hasil penelitian. Confirmability adalah suatu proses untuk memperoleh obyektifitas data. Dalam penelitian ini, peneliti menyerahkan dokumen temuan data dalam bentuk transkrip untuk dibaca oleh partisipan pada tahap validasi data sebagai upaya untuk memperoleh kepastian atau obyektifitas data yang diperoleh.

J. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan langsung dengan manusia, maka peneliti memperhatikan masalah etika penelitian, antara lain:


(49)

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan informan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar informan mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika informan bersedia maka informan akan menandatangani lembar persetujuan tersebut, dan sebaliknya jika menolak maka peneliti akan tetap menghormati hak informan.

2. Anonimity

Anonimity merupakan jaminan untuk tidak memberikan atau mencantumkan nama informan pada penelitian dan hanya menuliskan kode informan pada lembar pengumpul data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality

Confidentiality merupakan peneliti menjaminan kerahasiaan identitas serta semua informasi yang diperoleh dari informan dan tidak akan diungkap di depan umum, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(50)

34 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Informan

Secara umum gambaran karakteristik informan yang berhasil diwawancarai beserta identitasnya sebagai berikut:

No Informan Jenis kelamin Usia Fakultas / Program Studi

1 I1 Laki-laki 24 tahun.

Adab dan Humaniora / Ilmu perpustakaan.

2 I2 Laki-laki 20 tahun.

Ekonomi dan Bisnis / Manajemen.

3 I3 Laki-laki 22 tahun.

Adab dan Humaniora / Ilmu Perpustakaan.

4 I4 Laki-laki 22 tahun.

Ekonomi dan Bisnis / Manajemen.

5 I5 Laki-laki 21 tahun.

Ekonomi dan Bisnis / Manajemen.

6 I6 Laki-laki 23 tahun. Psikologi

7 I7 Laki-laki 23 tahun.

Ekonomi dan Bisnis / Manajemen.

8 I8 Laki-laki 22 tahun. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

9 I9 Laki-laki 22 tahun. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

10 I10 Laki-laki 22 tahun.

Sains dan Teknologi / Teknik Informatika.

11 I11 Laki-laki 24 tahun. Ekonomi dan Bisnis / Akutansi

12 I12 Laki-laki 23 tahun.

Dakwah dan Komunikasi / Jurnalistik.


(51)

B. Hasil Penelitian

1. Mulai merokok

Hasil penelitian didapatkan semua informan mulai merokok pada saat masih duduk di bangku sekolah. Dari 12 informan, didapatkan 5 (41,66%) informan mulai merokok pada saat duduk di bangku SMA, seperti ungkapan berikut:

“Saya merokok dari kelas satu SMA, sekitar umur 18 tahun” (I1).

“Kelas 2 SMA semenjak usia 17 tahun” (I4).

“Sejak Kelas 3 SMA sekitar umur 18 tahun” (I5).

“Sejak SMA kelas 3 umur 17 tahun” (I6).

“Saya merokok kelas 1 SMA sekitar umur 18 tahun” (I7).

Didapatkan 3 (25%) informan mulai merokok pada saat duduk di bangku SMP, seperti ungkapan berikut:

“Saya merokok dari kelas 2 SMP, dari usia 13 tahun” (I2).

“Ketika saya kelas 3 SMP sekitar umur 14 tahun” (I9).

“Berapa lamanya kurang tau cuman dari kelas 2 SMP” (I10).

Bahkan didapatkan 4 (33,33%) informan mulai merokok pada saat masih duduk di bangku SD, seperti ungkapan berikut:

“Kalau pertama sih kelas 6 SD tapi pernah fakum juga sih sekitar 2 tahun, kelas 3 SMP mulai lagi” (I3).

“Dari kelas5 SD” (I8).

“Mulai merokok dari SD kelas 5 cuma aktif merokok ketika SMA kelas 3 kalau SD SMP kelas 2 itu masih tentatif sifatnya insidental dalam artian seminggu sekali jadi jarang-jarangan” (I11).


(52)

Secara umum informan mulai merokok saat usia antara 12-18 tahun. 2. Penyebab merokok

Hasil penelitian didapatkan bahwa informan merokok disebabkan karena adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Lingkungan pergaulan teman sebaya, seperti ungkapan berikut:

“Karena faktor temen juga, faktor kumpulan temen jadi ya kebawa-bawalah gitu (I1).

“Kalau pertama sih ikutan temen, tapi lama menjadi kebiasaan jadi rasa enak aja” (I3).

“Diajak teman”(I4)

“awalnya ga ada keinginan untuk merokok, hanya lingkungan yang ngebentuk saya merokok, terus saya merasakan, saya nyaman dan akhirnya saya merokok” (I5).

“karena kebetulan juga temen-temen saya di sekolah dan di kuliah ngrokok semua, jadi biar banyak temennya saya ikutan ngrokok” (I6).

“karena berada di komunitas anak-anak perokok sehingga saya terpengaruh lantas menjadi suatu kebiasaan” (I7).

“Awalnya diajakin temen, kesini-kesinya jadi semacam kebutuhan” (I8).

“Pergaulan temen-temen merokok semua jadi saya kebawa untuk merokok (I9).

“Di lingkungan sekolah juga bertemennya ama orang gitu juga keterusan aja” (I10).

“ada selentingan dari temen sebaya cowok ga ngrokok itu ga laki banget walaupun ga maksa tapi tetep ga enak temen ngoming gitu”(I11).


(53)

b. Mencoba-coba, seperti ungkapan berikut:

“selain faktor temen ya pengen nyoba aja kaya gimana..eeehh sekarang jadi ngrokok juga” (I1).

“Pertama sih saya iseng-iseng aja” (I6)

“Awalnya cuma coba-coba”(I7).

“W ngrokok karena pengen, pengen tau apa sih kenapa orang pada ngrokok ga bisa lepas dari rokok apa enaknya itu yang menyebabkan w ngrokok akhirnya emang nikmat lanjut ngrokok ampe sekarang” (I12). c. Kejenuhan, seperti ungkapan berikut:

“Awalnya ketika di pesantren sering mengalami kejenuhan, setelah ngaji setelah apa saya keluar dan itu mulai terbiasa merokok” (I4). d. Mengisi waktu luang, seperti ungkapan berikut:

“Kalau merokok kita bisa mengisi waktu luang. Awalnya merokok cuma buat isi waktu luang” (I2).

“Dari pada nganggur, isi waktu” (I4).

e. Ingin terlihat gaya atau keren, seperti ungkapan berikut:

“Dulu kan persoalan trend bahwa laki-laki itu pengen dibilang keren itu merokok” (I5)

“gaya-gayaan biar ga kliatan culun” (I6).

“Awalnya coba-coba karena liat temen gaya gitu kan akhirnya saya ngikutin”(I9).

“Awalnya w liat orang dewasa kayaknya keren banget karena ketika dia merokok ada semacem gaya mungkin w liat orang rokok itu gaya keren” (I11.).


(54)

f. Anggota keluarga perokok, seperti ungkapan berikut:

“Awalnya coba-coba karena bokap ngrokok” (I10). 3. Motivasi berhenti merokok

Hasil penelitian didapatkan bahwa secara umum hampir semua informan mempunyai keinginan dan mencoba untuk berhenti merokok. Adapun intensitas berhenti merokok antar informan berbeda-beda. Informan berhasil berhenti merokok dalam beberapa hari, minggu, dan beberapa bulan. Hal ini disebabkan motivasi antar informan yang berbeda pula. Motivasi tersebut timbul karena adanya beberapa faktor yaitu:

a. Diri sendiri, seperti ungkapan berikut:

“Selain itu, karena faktor dari kemauan diri pribadi” (I3).

“Kadang sadar kalau bener harus berhenti merokok” (I8). b. Kesehatan, seperti ungkapan berikut:

“Penyebab ga ngrokok itu karena sakit timbul” (I5).

“Berhenti merokok kalau saya sakit atau ingin gemukin badan” (I6).

“Sebenarnya balik lagi ke diri pribadi karena menghargai kesehatan diri sendiri karena kesehatan itu mahal” (I7).

“Saya pernah berhenti karena sakit” (I10).

“Ketika keadaan kondisi fisik saya biasa saja, saya ga akan berhenti merokok tapi kalau mempengaruhi kesehatan saya, saya akan berhenti merokok” (I11).

c. Lingkungan, seperti ungkapan berikut:

“Saya tidak merokok karena keadaan sosial atau lingkungan keluarga yang mendukung saya tidak merokok” (I5).


(55)

“Kalau di rumah saya bisa nahan karena di rumah ga ada yang merokok” (I9).

d. Tuntutan dari luar.

“berhenti waktu mau tes masuk UIN” (I2).

“Pernah 6 bulan kemarin sempet berhenti. Yang pertama faktor karena ada tuntutan dari seseorang. Terus dia sering nasihatin tentang kejelekan merokok jadi rada-rada tau gitu” (I3).

“Pacar sering ngingetin berhenti merokok” (I8).

“Pertama kali masuk kuliah” (I9). e. Ekonomi, seperti ungkapan berikut:

“Ada keinginan berhenti karena jebol (finansial), akhir-akhir ini karena ga ada kerjaan” (I4).

“Kalau sudah berkeluarga saya pengen berhenti ngrokok karena ingin hidup hemat tanpa membuang uang sia-sia dengan merokok” (I6). 4. Upaya berhenti merokok

Hasil penelitian didapatkan bahwa upaya beberapa perokok untuk berhenti merokok dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Menghindar dari komunitas perokok, seperti ungkapan berikut:

“Kalau saya caranya menghindar dari orang merokok” (I1).

“Saya mencoba mengurangi pergaulan dengan orang-orang yang

ngrokok, lebih karena itikad untuk berhenti karena telah merasakan efek negatif ngrokok” (I5).


(56)

b. Niat diri sendiri atau merubah sugesti, seperti ungkapan berikut:

“Usaha w sebenernya karena niat w ketika w pengen berhenti w bener

-bener full pengen berhenti, sugesti w tentang rokok, pikiran w tentang rokok, semua rasa tentang rokok itu harus w rubah karena kalau ga ngrubah itu susah dan w ga percaya orang bilang w berhenti ngrokok harus bertahap w ga percaya itu buktinya w bisa ketika berhenti w full total langsung berhenti ga secara bertahap asalkan sugesti w keinginan w bener-bener itu memang berhasil” (I12).

c. Makan cemilan, seperti ungkapan berikut:

“paling makan permen ja, nyemil-nyemil, kalau ada cemilan ya rokok minggir” (I1).

“Paling ngemil-ngemil karena kalau ga ngrokok bawaannya laper” (I2).

“Beli cemilan banyak biar pengganti habis makan” (I6) d. Mengurangi porsi rokok, seperti ungkapan berikut:

“Caranya biasanya dengan memperhitungkan jatah tiap hari merokok. Terus kedepannya berkurang, berkurang lagi” (I3).

“Paling ngurangin karena ga bisa tiba-tiba langsung berhenti sekaligus” (I8).

“Menurunkan porsi merokok tiap hari secara bertahap” (I11). e. Puasa, seperti ungkapan berikut:

“Puasa, karena punya keyakinan puasa itu menyehatkan, kemudian aku

lakukan olahraga karena habis olahraga biasanya kita ga mo ngrokok. Setelah setengah bulan berkurang” (I4).


(57)

f. Mengalihkan dengan kegiatan lain seperti ungkapan berikut:

“Dilampiaskan dengan maen komputer atau maen game” (I6).

5. Kesulitan berhenti merokok

Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir semua perokok ingin berhenti merokok, pernah berhenti merokok tetapi kembali merokok sampai sekarang. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor seperti faktor, yaitu:

a. Pergaulan teman, seperti ungkapan berikut:

“Karena faktor lingkungan juga karena temen-temen kebanyakan merokok jadi saya ngambil kesimpulan ja, lebih baik ngikut meskipun sedikit-sedikit buat hargain daripada nghindar ga enak, biasanya disepelein gitu mas. Karena orang-orang kaya gitukan biasanya ledek-ledekan cuma ga enak ja. Maksud gw kalau samping-sampingan dengan orang merokok kan asepnya tuh, jadi daripada asepnya ga ngrokok lagi asik ngobrol ngehindar kan ga enak, terpaksa dibakar” (I1).

“Faktor kesulitannya sih karena pengaruh pergaulan juga sih mas, terus biasanya bingung mo nglakuin apa lagi terus jadinya ngrokok deh. Kaya gitu biasanya”(I3).

“Lingkungan kawan-kawan atau temen-temen saya itu semuanya

merokok dulu juga saya merokok akan tetapi saya sudah berhenti seolah-olah terpanggil kembali saya untuk merokok dan akhirnya merokok terus (I5).

“Karena saya takut kehilangan temen-temen ketika saya nongkrong jadi temennya berkurang atau dianggap saya ga asik bagi temen-temen ketika temen-temen ngrokok saya ga ngrokok. Terus rasa menghormati


(58)

saya agak sedikit berkurang ketika ga ngrokok dengan temen-temen, adanya duit buat beli rokok, atau bisa minta rokok ke temen. kebetulan temen-temen sering nawarin rokok terus ya nungguin BT daripada nglamun masih mending saya ngrokok” (I6).

“Ada, sebenernya balik lagi ke diri pribadi karena menghargai kesehatan diri sendiri karena kesehatan itu mahal. Kalau saya hidup dengan lingkungan yang memang ga merokok saya bisa ga merokok karena lingkungan yang terlalu dominan ya beginilah susah” (I7).

“pergaulan juga sih mas ketika saya ingin berhenti nyampe sini pada ngrokok semua masa saya ga, apalagi kalau lagi stress mas semakin jadi” (I9).

b. Diri pribadi, seperti ungkapan berikut:

“Berhenti waktu mau tes masuk UIN. Kesulitannya ya bawaannya laper, mulut ga enak, kalau ada duit, ga ada yang nglarang merokok sekalipun cewe, mendingan pilih rokok daripada cewe, kalau cewe nglarang ngerokok mending diputusin aja” (I2).

“Bisa ngrokok lagi karena banyak pikiran, kalau sendirian bengong mo ngapain” (I3).

“Kesulitannya seolah-olah ga ada kegiatan tanpa rokok. Misal kita di ruang AC, kita ga ngrokok sekian lama biasanya kalau udah 3 jam 5 jam ga ngrokok biasanya mulut saya agak gimana gitu, rasanya agak asem-asem gitu loh, mulut rasanya ga enak, kaya digebukin orang cina diem aja (istilah jawa)” (I4).


(59)

“hidup saya merasa gelisah, seolah-olah ga lengkap ada yang hilang, terutama ketika saya menghadapi persoalan saya kurang rileks jadi kurang cermat ketika ga ngrokok (I5).

“Kalau sudah berkeluarga saya pengen ngrokok berhenti. Karena ingin hidup hemat dengan tanpa membuang uang sia-sia dengan merokok, bagi saya dampak negatifnya lebih banyak. Berhenti merokok kalau saya sakit atau ingin gemukin badan (I6).

“Pernah ingin berhenti 2 atau 3 kali. Kadang sadar kalau bener harus berhenti merokok (kesadaran diri sendiri) dan pacar sering ngingetin berhenti merokok). Ga berhasil karena sifat rokok yang adiktif karena bikin ketagihan dan saya tidak bisa menahannya lagi dan akhirnya saya merokok lagi. Kesulitannya karena ga ada yang ngawasin mungkin kalau setiap hari ada yang ngawasin jangan ngrokok, jangan ngrokok, jangan ngrokok mungkin bisa berhenti” (I8).

“Saya pernah sekali karena sakit sebulan selain itu ga ada lagi, ga berhasil karena ga enak aja, kalau ga ngrokok BT, asem (mulut ga enak)” (I10).

“Saya berhenti merokok satu bulan karena batuk mengganggu kesehatan saya. Kesulitannya belum ada pengganti yang sifatnya seperti rokok ketika saya sendirian atau lagi nongkrong diskusi ga ada lagi yang menemani saya untuk tidak merokok, bahkan ada kopi item dan cemilan itu ga seenak saya merokok” (I11).

“Kesulitannya karena faktor bener-bener pikiran w dan ga cuma pikiran seluruh anggota tubuh, sel-sel tubuh w seolah-olah mengatakan


(60)

rokok itu kebutuhan w kayak perut w membutuhkan makan seluruh tubuh w mengatakan bahwa rokok itu kebutuhan w” (I12).

c. Faktor lingkungan, seperti ungkapan berikut:

“Mungkin kalau saya hidup di lingkungan orang yang ga ngrokok itu mungkin saya bisa berhenti ngrokok. Secara serius 2X, pernah lebih dari seminggu saya tidak ngrokok karena keadaan sosial atau lingkungan saya ga ngrokok. Penyebab ga ngrokok itu karena sakit timbul, didukung oleh kondisi ekonomi dan lingkungan keluarga yang mendukung saya tidak merokok. Kantin yang tersedia rokok itu sangat ngaruh karena ketersediaan rokok ada jadi secara psikologis itu juga mempengaruhi saya untuk merokok” (I5).

“Kantin yang menyediakan rokok atau pedagang-pedagang rokok yang

deket dari jangkauan itu sangat mempengaruhi hampir 90% itu sangat mempengaruhi, 10%`y sih saya bisa mengendalikan diri karena kalau jauh saya males” (I6).

“Dalam lingkungan juga mempengaruhi karena komunitas saya berada kebanyakan merokok semua dan mau ga mau bukan karena saya ingin atau harus seperti mereka tapi saya ingin menghilangkan sesuatu tapi ternyata di lingkungan saya juga tergoda dan makanya saya sulit untuk menghilangkan itu. Dengan keadaan kampus yang banyak rokok ya agak sedikit penyulit juga” (I11).

d. Faktor orang yang menjadi panutan seperti ungkapan berikut:

“Kajur atau dekan yang buat aturan aja ngrokok, jadi ya ngrokok bareng aja gitu” (I2).


(61)

“Apalagi dosen yang merokok itu sangat mempengaruhi psikologis khususnya mahasiswa untuk dia juga merokok. Apalagi ketika faktor trendnya yang dominan waaahh dia merokok masa w ga ngrokok, dosen aja ngrokok masa saya ga ngrokok” (I5).

“Adanya dosen yg ngrokok itu sangat mempengaruhi hampir 90% itu sangat mempengaruhi, 10%`y sih saya bisa mengendalikan diri” (I6).

“dosen yang merokok atau kantin yang menyediakan rokok itu juga ngaruh” (I7).

“Kesulitan karena karyawannya juga scurity ngrokok daerah kampus bahkan dosen juga ada yang ngrokok di kampus itu kan ga mencontohkan” (I9).


(62)

BAB VI PEMBAHASAN

A. Mulai Merokok

Hasil penelitian pengumpulan data didapatkan bahwa sebagian besar perokok mulai merokok pada masa sekolah. Dari 12 informan, didapatkan 5 (41,66%) informan mulai merokok pada saat duduk di bangku SMA, 3 (25%) informan mulai merokok pada saat duduk di bangku SMP, bahkan 4 (33,33%) informan mulai merokok pada saat masih duduk di bangku SD. Secara umum informan mulai merokok saat usia antara 12-18 tahun.

Perilaku merokok terbesar berawal dari masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Smet (1994) mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Semakin muda usia seseorang mulai merokok, semakin besar kemungkinan akan menjadi perokok tetap dan semakin banyak ia merokok jika menginjak dewasa. Demikian juga penelitian Rochadi (2004) dalam Yunita (2008) bahwa remaja mulai merokok pada usia 12-14 tahun.

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari kebergantungan sosial ekonomi ke arah relatif lebih mandiri (Sarlito, 1994 dalam Kurniasih, 2008).


(63)

Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak semua dapat berjalan dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Brigham (1991) dalam Komalasari (2000) mengatakan bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis.

B. Penyebab Merokok

Hasil penelitian didapatkan data bahwa faktor penyebab informan merokok adalah faktor lingkungan sosial, teman sebaya, diri sendiri, dan lingkungan keluarga atau adanya orang tua yang merokok.

Penelitian berbagai negara menunjukkan bahwa faktor yang mendorong untuk mulai merokok amat beragam, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri (personal), sosio-kultural, dan pengaruh lingkungan. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari jati diri. Dalam iklan kebiasaan merokok digambarkan sebagai lambang kematangan, kedewasaan, popularitas, dan bahkan lambang kecantikan, kehidupan yang seksi serta feminisme. Kebiasaan merokok juga dianggap sebagai penghilang stress, menghilangkan kecemasan, dan menenangkan jiwa remajanya yang bergejolak (Aditama, 1992).

Sifat ingin mencoba adalah sifat yang wajar muncul pada tahap perkembangan seorang remaja. Masa remaja adalah periode perkembangan


(64)

dimana individu dikonfrontasikan tidak hanya dengan perubahan tubuhnya yang dramatis, tetapi juga dengan serangkaian tugas perkembangan yang kompleks dan saling terkait. Kebutuhan sosial dan emosional yang sedang berubah mempengaruhi secara dramatis pada pengaturan penyakit, ketaatan, dan beberapa pokok persoalan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

Faktor sosio-kultural yang juga penting dalam memulai kebiasaan merokok adalah pengaruh orang tua dan teman dalam kelompoknya. Di Amerika Serikat, remaja putri yang orang tuanya perokok lima kali lebih sering menjadi perokok bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak merokok. Sekitar 75 % pengalaman menghisap rokok pertama para remaja biasanya dilakukan bersama teman-temannya. Kalau seorang remaja tidak ikut-ikutan merokok maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan (Aditama, 1992).

Menurut Leventhal (Smet, 1994) perilaku merokok tahap awal dilakukan bersama teman-teman dan orang tua. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan bahwa informan merokok terbanyak karena dipengaruhi teman, tempat untuk merokok yang paling sering adalah tempat teman, dan mayoritas informan merokok bersama teman-temannya.

Ungkapan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Baequni dan Narila (2005) bahwa seorang perokok pertama kali merokok dipengaruhi oleh teman, diri sendiri dan keluarga. Yunita (2008) juga mengungkapkan bahwa seseorang merokok disebabkan pengaruh teman sebaya dan orang tua yang merokok.

Penelitian Scragg dkk, tahun 2002 di New Zealand dengan sampel 14.349 orang remaja mendapatkan bahwa perilaku merokok orang tua adalah determinan kunci dalam perilaku merokok pada remaja selain tekanan teman


(65)

sebaya yang merokok (Yunita, 2008). Berada di sekitar temen-teman yang merokok merupakan faktor penting dalam menentukan seseorang akan merokok atau tidak. Biasanya ada tekanan tertentu dari kelompok agar ikut merokok. Jika remaja tidak ikut-ikutan merokok ketika kelompoknya merokok, maka akan muncul ketakutan dia akan ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan.

Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga, yaitu faktor sosial, psikologis dan genetik. Penelitian yang dilakukan Matua Harahap pada tahun 2004, mengungkapkan anak-anak merokok disebabkan pengaruh ajakan teman-temannya (Zulkifli, 2010).

Faktor kemudahan mendapatkan rokok, baik dari sudut harganya yang relatif murah maupun ketersediaannya dimana-mana membuat jumlah perokok semakin bertambah. Saat ini kondisi indonesia memudahkan siapapun untuk mendapatkan rokok. Ketika di sekolah mereka tidak mendapatkan akses untuk membeli rokok, maka mereka akan mencari cara untuk mendapatkannya.

C. Motivasi Berhenti Merokok

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu istilah umum yang mencakup tingkah laku yang mencari tujuan dan yang berkembang karena adanya tujuan-tujuan. Dapat dikatakan motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan, mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu (Huffman, Vernoy, 1997 dalam Semium, 2006).


(1)

berhenti merokok?

lingkungan yang terlalu dominan ya beginilah susah juga, selain faktor lingkungan cuma pengen karena kebiasaan kaya setelah makan, dosen yang merokok atau kantin yang menyediakan rokok itu ngaruh.

menahannya lagi dan akhirnya saya merokok lagi. Yang dirasakan cemas. Teman ga ngaruh karena saya jarang nongkrong (di rumah aja). Kesulitannya karena ga ada yang ngawasin mungkin kalau setiap hari ada yang ngawasin jangan ngrokok, jangan ngrokok, jangan ngrokok mungkin bisa berhenti. bener-bener lagi pengen. Kesulitan karena pergaulan juga sih mas ketika saya ingin berhenti nyampe sini pada

ngrokok semua masa saya ga. Sebenernya lingkungan. Kalau lagi stress mas semakin jadi. Awalnya ada orang spesial tapi karena saya gtu lagi akhirnya dia bosen. belum ada pengganti yang sifatnya seperti rokok ketika saya sendirian atau lagi nongkrong diskusi ga ada lagi yang menemani saya untuk tidak merokok,

bahkan ada kopi item dan

cemilan itu ga seenak saya merokok. Dalam lingkungan juga mempengaruhi karena komunitas saya berada kebanyakan merokok semua dan mau ga mau bukan karena saya ingin atau harus seperti

4 bulan. Karena faktor sensasi untuk berhenti merokok, dulu pernah berhenti karena faktor cewe. yang dirasakan saat berhenti ngrokok itu emang seru, serunya dalam bentuk ketika hasrat pengen banget ngrokok tapi w mencoba untuk jangan sampe mendekati rokok, pertentangan batin konflik itu yang seru dalam diri w apalagi ketika w coba berhenti tongkrongan w pada ngrokok


(2)

mereka tapi saya ingin

menghilangkan sesuatu tapi ternyata dilingkungan saya juga tergoda dan makanya saya sulit untuk menghilangkan itu. Dengan keadaan kampus yang banyak rokok ya agak sedikit penyulit juga, dari sisi ekonomi orang jual rokok kan rokok itu

perputaran dari usaha bisnisnya meskipun labanya kecil tetapi dengan rokok itu menguntungkan bagi bisnis

semua disitu rokok banyak banget disitu asik pengen ngrokok, ga, pengen ngrokok, ga, pertentangan dalam diri w ja sih yang serunya itu. Kesulitannya karena faktor bener-bener pikiran w dan ga cuma pikiran seluruh anggota tubuh, sel-sel tubuh w seolah-olah

mengatakan rokok itu kebutuhan w kayak perut w membutuhkan makan seluruh tubuh w mengatakan bahwa rokok itu kebutuhan w,


(3)

mereka ketika orang diskusi, nongkrong di suatu tempat rokok itu bisa dikatakan sekunder sebagai bentuk nilai tambah dalam sebuah bisnis atau warung agar menarik perhatian pembeli itu datang dengan adanya rokok. Bagi saya orang yang saya kagumi ngrokok itu ga ngaruh buat saya.

temen-temen, tongkrongan, itu ga ngaruh.

Peraturan

tentang larangan merokok di fakultas.

Wuuiihh..dilarang ngrokok bos, bahkan dosen yang mau merokok juga harus keluar.

Menurut saya aturan dibuat untuk bagus tapi aturan di

kampus kurang optimal saya liat

Ada aturan dan disediakan area untuk merokok, optimal sih selama masih jam kuliah

Ada,

penerapannya optimal.

Ga ada aturan, orang waktu UAS aja dosen w ngrokok.


(4)

sendiri dari karyawannya juga scurity ngrokok daerah kampus bahkan dosen juga ada yang ngrokok di kampus itu kan ga

mencontohkan.

selagi ada satpam dosen gitu ga ada mereka sih ga berjalan.


(5)

Analisis Tema

No. Kategori I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 Sub Tema Tema

1. Sekolah dasar (SD) √ √ √ √ Usia sekolah

Mulai Merokok

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) √ √ √ Usia sekolah

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) √ √ √ √ √ Usia sekolah

No. Kategori I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 Sub Tema Tema

1. Teman pergaulan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Eksternal

Penyebab Merokok

2. Anggota keluarga perokok √

3. Mencoba-coba √ √ √ √ √

Internal

4. Mengisi waktu luang √ √

5. Ingin terlihat gaya √ √ √ √

6. Kejenuhan √

No. Kategori I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 Sub Tema Tema

1. Tuntutan dari luar √ √ √ √

Eksternal

Motivasi Berhenti Merokok

2. Lingkungan √

3. Diri sendiri √ √ √

Internal

4. Ekonomi √ √


(6)

No. Kategori I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 Sub Tema Tema

1. Niat diri pribadi √ √ √ √ √ √

Internal Upaya Berhenti Merokok

2. Menghindari lingkungan perokok √ √

3. Makan cemilan √ √ √

4. Mengurangi porsi rokok √ √ √

5. Puasa √

6. Olahraga √

7. Mengalihkan dengan kegiatan lain √

No. Kategori I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 Sub Tema Tema

1. Teman pergaulan √ √ √ √ √ √ √ Eksternal

Kesulitan Berhenti Merokok

2. Diri pribadi √ √ √ √ √ √ √ √ Internal

3. Orang yang menjadi panutan √ √ √ √ √

Eksternal


Dokumen yang terkait

Peranan sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control (pbc) terhadap lntensi berhenti merokok pada perokok mahasiswa uin syarif hidayatullah jakarta

1 21 128

Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1 7 88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Ponsel Merek NokiabStudi kasus pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 109

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

1 10 136

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Laporan penelitian bibliografi hasil penelitian dosen IAIN syarif Hidayatullah Jakarta, 1996

0 4 142

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

0 10 135

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKATAN 2015

9 49 138