4.4 Karakteristik Perubahan Kondisi Rongga Mulut Perokok
Perubahan kondisi rongga mulut yang paling banyak dialami perokok adalah stain gigi yaitu 89,6 dan melanosis 88. Karies gigi spesifik dialami sebanyak
37,6 responden perokok, penyakit periodontal 42,4 dan hanya 0,8 yang mengalami keratosis. Pada penelitian ini tidak ditemukan responden yang mengalami
stomatitis nikotin dan karsinoma sel skuamosa Tabel 9. Tabel 9. Persentase perubahan kondisi rongga mulut perokok n=125
Perubahan Kondisi Rongga Mulut Ada
Tidak Ada n
N Stain gigi
112 89,6
13 10,4
Melanosis 110
88 15
12 Penyakit periodontal
53 42,4
72 57,6
Karies gigi spesifik 47
37,6 78
62,4 Keratosis
1 0,8
124 99,2
Stomatitis nikotin -
- 125
100 Karsinoma sel skuamosa
- -
125 100
4.5 Tingkat Ketergantungan Merokok
Persentase responden yang menghisap 11-20 batanghari adalah 64,7 pada pegawai dan 51,6 pada supir angkot, bahkan pada supir angkot ada yang merokok
30 batanghari sedangkan pada pegawai tidak ada. Persentase supir angkot yang merokok 6-30 menit setelah bangun tidur sebanyak 57,1, sedangkan pada pegawai
29,4 dan bahkan 27,5 supir angkot segera merokok setelah bangun tidur, lebih tinggi daripada kelompok pegawai 20,6. Sebanyak 63,7 supir angkot sulit untuk
tidak merokok di pagi hari, 61,5 lebih sering merokok saat bekerja dan 63,7 masih merokok saat sakit. Pada kelompok pegawai 58,8 tidak mengalami kesulitan
untuk tidak merokok di pagi hari, 70,6 lebih sering merokok istirahat dan 61,8 tidak merokok saat sakit. Persentase yang sulit untuk tidak merokok di “no smoking
Universitas Sumatera Utara
area” pada kelompok pegawai 38,2 dan pada supir angkot tidak jauh berbeda yaitu 30,8 Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik tingkat ketergantungan merokok
Karakteristik Pegawai
n=34 Supir Angkot
n=91 n
n Banyak rokok
batanghari 10
9 26,5
2 2,2
11-20 22
64,7 47
51,6 21-30
3 8,8
32 35,2
30 -
- 10
11 Bangun tidur
langsung merokok menit
5 7
20,6 25
27,5 6-30
10 29,4
52 57,1
30 17
50 14
15,4 Kesulitan tidak
merokok di “no smoking area”
Ya 13
38,2 28
30,8 Tidak
21 61,8
63 69,2
Kesulitan tidak merokok di pagi
hari Ya
14 41,2
58 63,7
Tidak 20
58,8 33
36,3 Lebih sering
merokok saat bekerja daripada
saat istirahat Ya
10 29,4
56 61,5
Tidak 24
70,6 35
38,5 Masih merokok
saat sakit Ya
13 38,2
58 63,7
Tidak 21
61,8 33
36,3
Secara umum 66,4 responden memiliki tingkat ketergantungan merokok sedang, 20,8 memiliki ketergantungan merokok rendah dan 12,8 memiliki
ketergantungan merokok tinggi. Berdasarkan pekerjaan, 50 kelompok pegawai berada pada kategori tingkat ketergantungan merokok sedang, diikuti tingkat
ketergantungan merokok rendah 44,1. Pada supir angkot, kategori tingkat ketergantungan merokok sedang sebanyak 72,5, diikuti tingkat ketergantungan
merokok tinggi 15,4 Tabel 11.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Distribusi frekuensi kategori tingkat ketergantungan merokok berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Kategori Tingkat Ketergantungan Merokok
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
n N
n n
Pegawai 15
44,1 17
50 2
5,9 34
Supir Angkot 11
12,1 66
72,5 14
15,4 91
Jumlah 26
20,8 83
66,4 16
12,8 125
Pada setiap kelompok umur, kategori tingkat ketergantungan merokok berada pada kategori sedang yaitu 70 pada kelompok usia 21-30 tahun, 62,2 pada usia
31-40 tahun, 57,6 pada usia 41-50 tahun dan 86,6 pada usia 51-60 tahun. Tingkat ketergantungan merokok tinggi paling banyak terdapat pada kelompok usia 41-50
tahun yaitu 21,2 dan tingkat ketergantungan merokok rendah paling banyak pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu 27 Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi frekuensi kategori tingkat ketergantungan merokok berdasarkan usia
Usia tahun Kategori Tingkat Ketergantungan Merokok
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
n N
n n
21-30 8
20 28
70 4
10 40
31-40 10
27 23
62,2 4
10,8 37
41-50 7
21,2 19
57,6 7
21,2 33
51-60 1
6,7 13
86,6 1
6,7 15
Jumlah 26
20,8 83
66,4 16
12,8 125
4.6 Tingkat Motivasi Berhenti Merokok