Menunjukkan Letak Kalimat Utama Paragraf

Bahasa dan Sastra Indonesia VII 148

2. Mengungkapkan Gagasan Utama atau Ide Pokok Paragraf

Gagasan utama disebut juga dengan ide pokok. Setiap paragraf memiliki satu gagasan utama ide pokok yang tersirat dalam kalimat utama. Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan- gagasan penjelas pendukung yang tersirat dalam kalimat penjelas kalimat pendukung. Ide pokok atau gagasan utama merupakan pernyataan yang menjadi inti pembahasan. Gagasan utama paragraf dapat kita ungkapkan dengan baik jika kita sudah mampu menentukan kalimat utamanya. Kemudian merumuskannya ke dalam kalimat yang lebih ringkas berdasarkan penafsiran kita sendiri. Ayo, perhatikan contoh berikut Paragraf 1 1 Hanya 10 persen penduduk Indonesia yang dapat menikmati kehidupan politik dalam ke- sehariannya. 2 Mereka itu adalah penduduk yang kondisi ekonominya sudah mapan. 3 Umum- nya adalah mereka yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, bisa makan tiga kali sehari, rumah layak, mendapat layanan rumah sakit, dan tabungan yang cukup. 4 Hal itu dikatakan oleh Menhan, Juwono Sudarsono, di Jakarta, Kamis 132007. 5 Padahal, demokrasi tidak hanya sekadar saat pemilu, tapi juga kehidupan sehari-hari sebagai warga negara. Gagasan utama paragraf tersebut adalah Kehidupan politik di Indonesia hanya dinikmati 10 persen penduduk. Paragraf 2 1 Kenyataan menunjukkan, ada 48 persen penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan kurang dari dua dolar AS per hari. 2 Ada tujuh juta jiwa penduduk Indonesia dengan pendapatan di bawah satu dolar AS per hari, dan 18 juta jiwa lainnya di bawah satu setengah dolar AS per hari. 3 Berdasarkan kenyataan tersebut, pemerintah harus berupaya serius untuk dapat menciptakan iklim berdemokrasi yang dapat dinikmati sebagian besar penduduk, tidak hanya orang kaya. Gagasan utama paragraf tersebut adalah Pemerintah harus serius menciptakan iklim demokrasi bagi seluruh warga negara. Paragraf 3 1 Seorang penduduk akan sulit menjadi warga negara yang baik dan menikmati demokrasi jika perutnya kosong. 2 Agar demokrasi dapat dinikmati lebih banyak warga, dalam 10 tahun ini pemerintah harus menaikkan empat kali lipat pendapatan per kapita penduduk Indonesia, dari 1.500 dolar AS per kapita menjadi 6.000 dolar AS per kapita. 3 Pertumbuhan ekonomi juga harus digenjot hingga enam persen per tahun. 4 Artinya, pemerintah harus memiliki kemauan politik yang kuat untuk menghidupkan nilai-nilai demokrasi dengan memerhatikan kesejahteraan rakyatnya. Gagasan utama paragraf tersebut adalah Pemerintah harus memerhatikan kesejahteraan rakyat untuk membangun demokrasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gagasan utama paragraf dirumuskan berdasarkan kalimat utama. Ada kesamaan ide antara kalimat utama dengan gagasan utama. Hal yang berbeda adalah rumusan kalimatnya. Rumusan kalimat utama sama seperti yang tersurat dalam paragraf, sedangkan gagasan utama dirumuskan sendiri dengan kalimat yang lebih ringkas. Kemampuan menemukan kalimat utama dan merumuskan gagasan utama paragraf akan se- makin mantap jika kita terbiasa berlatih. Oleh karena itu, ayo kerjakan pelatihan-pelatihan berikut ini dengan saksama Menghargai Demokrasi 149 Kerja Kelompok 3. Tunjukkan letak kalimat utama pada setiap paragraf 4. Kemukakan gagasan utama pada setiap paragraf 5. Sampaikan hasilnya di depan kelas melalui juru bicara kelompok Tugas Mandiri Coba kerjakan soal berikut sebagai tugas rumah 1. Carilah sebuah teks yang berkaitan dengan topik demokrasi dari koran atau majalah, kemudian klipinglah 2. Bacalah dengan saksama teks yang telah kamu kliping 3. Tunjukkan letak kalimat utama pada setiap paragraf 4. Kemukakan gagasan utama pada setiap paragraf 5. Buatlah laporan hasil kerja pada kertas folio dan kumpulkan hasilnya pada waktu yang telah ditentukan oleh guru Coba kerjakan bersama kelompokmu 1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas empat orang 2. Bacalah kutipan teks berikut ini secara cermat Jangan Tarik Mundur Jalannya Sejarah Di sebuah negara demokrasi, siapa saja boleh mengembangkan wacana apa saja untuk kejayaan Republik. Tetapi, berwacana tentang kembali ke UUD 1945 sebelum amendemen perlu diberi catatan serius. Sebab, itu artinya akan menarik mundur reformasi yang telah berjalan hampir satu dasawarsa. Reformasi memang belum seluruhnya berjalan dan rakyat merasakan hasilnya. Tetapi, reformasi, bagaimanapun berlikunya perjalanan yang harus ditempuh, adalah sebuah pilihan bangsa ini. Pilihan yang telah diberi kekuatan secara konstitusional. Amendemen UUD 1945 yang berlangsung hingga empat tahap itulah landasan dan koridor jalannya reformasi. Amendemen UUD 1945 bukanlah suka- suka dan dilakukan sembarang orang. Ia melalui serangkaian kajian hukum yang tidak main- main. Salah satunya dilakukan oleh Masyarakat Transparansi Indonesia. Ia melakukan telaah akademik secara amat sungguh-sungguh dan disuarakan kepada publik berkali-kali. Salah satu simpulannya adalah UUD 1945 menjadi belenggu demokrasi. Karena nikmat luar biasa dengan tafsir ’suka-suka’, UUD 1945 pun disakralkan. Siapa yang mengotak-atik serta-merta terkena cap subversif. Untuk berbeda dengan penguasa, siapa pun perlu nyali luar biasa. Karena itu, sejarah haruslah menuju gerak maju dan bukan gerak mundur. Demokrasi, otonomi daerah, dan kebebasan pers adalah sebuah gerak maju yang tak mungkin ditarik kembali. Kembali kepada UUD 1945 sebelum amendemen adalah kembali kepada kekuasaan yang sentralistis dan menjadikan parlemen tukang stempel. Demokrasi memang bukan segala- galanya. Tetapi, prinsip-prinsip demokrasi yang dijalankan secara konsisten, seperti penegakan hukum, transparansi, check and balances kekuasaan, akan menutup praktik pengelolaan negara yang semau-maunya sendiri. Para pengusung wacana kembali ke UUD 1945, sudahlah. Betapa amat banyak energi yang harus dihabiskan untuk menarik kembali putaran jarum jam sejarah. Kembali ke UUD 1945 adalah sebuah nostalgia yang mungkin hanya asyik untuk mereka yang dulu menikmati kekuasaan tanpa batas itu. Dikutip dari Media Indonesia, 2 Februari 2007, dengan pengubahan Bahasa dan Sastra Indonesia VII 150 Pada Bab 8, kamu telah berlatih menulis puisi berdasarkan peristiwa yang kamu alami. Banyak peristiwa menarik yang dapat kamu tuliskan ke dalam bentuk puisi. Kamu dapat menuliskannya secara kreatif dengan diksi berupa ungkapan atau majas sehingga puisimu semakin menarik. Kata Kunci: Menulis Larik-Larik Puisi – Menyunting Puisi Agar kemampuanmu semakin mantap, pada pembelajaran kali ini kamu kembali diajak untuk menulis puisi berdasarkan peristiwa yang pernah kamu alami. Ayo, baca puisi berikut ini D MENULIS Menulis Kreatif Puisi Berdasarkan Peristiwa yang Dialami 1. Menulis larik-larik puisi tentang peristiwa yang pernah dialami. 2. Menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat dan rima yang menarik. 3. Menyunting puisi yang ditulis sendiri. Materi: Penulisan puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami Dok. Penerbit Gambar 9.4 Berlatih menulis puisi Kemarau Karya: Dharmadi sungai tinggal serakan batu dan pasir di dasarnya sawah ladang tinggal retaknya pohon jati berdiri tegak tinggal batang dan ranting kering kehilangan daunnya kehidupan tinggal debu dan hati tinggal perih lukanya Sumber: www.cybersastra.com Sebuah puisi yang menarik, bukan? Dalam puisi tersebut, penyair ingin mengungkapkan peristiwa yang pernah dialami. Dalam puisi itu, penyair mengungkapkan peristiwa yang terjadi pada musim kemarau yang kering, sampai-sampai hati sang penyair menjadi perih. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami? Ayo, buka kembali pelajaran pada bab terdahulu Kemudian simak uraian berikut ini

1. Menulis Larik-larik Puisi

Hal penting yang perlu dilakukan ketika ingin mengungkapkan peristiwa ke dalam puisi adalah memfokuskan perhatian ke dalam peristiwa. Tajamkan indramu untuk menangkap hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang ingin kamu ungkapkan Kemudian ungkapkan apa yang kamu lihat, kamu dengar, kamu cium, atau kamu rasakan ke dalam larik-larik puisi Ayo, perhatikan sekali lagi puisi Kemarau karya Dharmadi Larik-larik dalam puisi tersebut mengungkapkan peristiwa yang dilihat, didengar, atau dialami penyairnya, bukan?