19
dengan menjaga komunikasi baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang
meningkat. b.Periode Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c. Periode letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini
7. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas
a. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang
Universitas Sumatera Utara
20
akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan Ambarwati, E.R, Diah Wulandari, 2008.
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin seta minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya Saifuddin, 2006.
b. Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi awal
dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam demi sampai hitungan hari. Kegiatan ini
dilakukan secara meningkat secara berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai pasien dapat melakukan sendiri tanpa pendampingan sehingga
tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung,
paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat. Keuntungan dari ambulasi dini antara lain, penderita merasa lebih sehat dan
lebih kuat, faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik serta memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya
Sulistyawati, 2009.
c. Eliminasi Buang Air Kecil dan Buang Air Besar