Persepsi Terhadap Kondisi Sanitasi di Lingkungan Tempat Bekerja

96 kepemilikannya berada di tangan setiap individu. Adanya keinginan untuk memiliki sarana sanitasi yang baik di lingkungan tempat tinggal memperkuat fakta bahwa sanitasi merupakan jenis sumber daya yang tidak bisa dipertukarkan, sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya menggunakan Theory of Social Exchange. Namun demikian, keinginan untuk memiliki sarana sanitasi di tiap rumah, untuk kondisi wilayah studi terhambat oleh faktor budaya, dimana ada kebiasaan masyarakat yang pada umumnya masih membuang limbah di sungai. Faktor kedekatan jarak rumah dan sungai semakin memperkuat praktek kehidupan tersebut. Kondisi tersebut dapat dijelaskan, masih menurut Theory of Social Exchange oleh Simpson 1976, bahwa dalam rangka interaksi sosial antar anggota masyarakat, manusia senantiasa berusaha untuk : memaksimalkan perolehan yang berguna baginya, meminimalkan pengeluaran, agar mendapatkan hasil akhir yang paling menguntungkan baginya. Untuk konteks wilayah studi, masyarakat pada umumnya masih beranggapan bahwa pemanfaatan sungai untuk membuang limbah masih lebih menguntungkan daripada membangun fasilitas sanitasi sendiri di rumah tinggal mereka masing-masing.

4.1.5 Persepsi Terhadap Kondisi Sanitasi di Lingkungan Tempat Bekerja

Tempat bekerja merupakan lingkungan yang bersifat umum, dimana ruang dan fasilitas merupakan aset milik bersama. Lingkungan tempat bekerja berbeda dengan lingkungan tempat tinggal. Untuk itu, akan dilihat apakah persepsi responden tentang kondisi sanitasi di lingkungan tempat bekerjanya juga berbeda dengan persepsi mereka tentang kondisi sanitasi di lingkungan tempat bekerja mereka. Informasi tersebut bermanfaat untuk melihat pengalaman yang diterima oleh responden di lingkungan yang berbeda tentang objek yang sama. Pengalaman yang berbeda merupakan stimulus bagi 97 responden untuk merubah persepsinya, karena pada dasarnya setiap individu memiliki orientasi tentang koridor skala positif-negatif sebagaimana yang dikemukakan oleh W. McGuire dalam penjelasannya tentang perubahan persepsi. Dia menjelaskan bahwa sikap adalah menempatkan suatu objek ke dalam skala positif-negatif tersebut. Atas dasar penempatan pada dimensi penilaian itulah, orang melakukan tingkah laku selanjutnya terhadap objek dimaksud. Dalam konteks studi ini, jika kondisi sanitasi di lingkungan tempat bekerja tidak sama dengan kondisi sanitasi di lingkungan tempat tinggal, maka menurut teori McGuire individu akan merubah persepsinya untuk cenderung mengikuti kondisi sanitasi yang lebih baik positif. Menurut data yang berhasil dikumpulkan, dari total 91 responden yang menjawab tahu tentang sanitasi, sejumlah 80 responden berpendapat bahwa kondisi sanitasi di lingkungan tempat bekerja mereka masih kurang baik. Hanya ada 11 responden yang menjawab bahwa kondisi sanitasi di lingkungan tempat bekerja mereka sudah baik. Pola ini sama dengan persepsi responden tentang kondisi di lingkungan tempat tinggalnya. TABEL IV.18 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG KONDISI SANITASI DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA Pendapat responden ttg tempat kerja sudah bersanitasi baik Pengetahuan Responden Tentang Fasilitas Sanitasi Sudah Belum Total Tahu 11 80 91 Tidak Tahu 9 9 Total 11 89 100 Sumber : Analisis Penyusun, 2006 Selanjutnya, akan dilihat apa saja jenis sarana sanitasi di lingkungan tempat bekerja responden. Terdapat 89 responden yang tidak menjawab apa jenis sarana sanitasi yang ada di lingkungan tempat bekerjanya. Ini terkait dengan jawaban mereka pada 98 pertanyaan sebelumnya apakah kondisi sanitasi di lingkungan tempat bekerja anda sudah baik. Terdapat 9 responden yang menjawab sarana sanitasi di lingkungan tempat bekerja berupa WCkakus dan 2 responden menjawab sarana sanitasi di lingkungan tempat tinggal berupa saluran drainasegorong-gorong. Tidak ada responden yang menjawab opsi MCK umum pada kuisioner yang diberikan. Pola jawaban responden ini hampir sama dengan jawaban mereka tentang jenis sarana sanitasi di lingkungan tempat tinggalnya. TABEL IV.19 INFORMASI TENTANG JENIS FASILITAS SANITASI YANG ADA DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA RESPONDEN Jenis Fasilitas Sanitasi Yang Ada Di Lingkungan Tempat Kerja Jumlah Jiwa Persen No respon terkait pertanyaan sebelumnya 89 89.0 WCkakus 9 9.0 Saluran drainase gorong-gorong 2 2.0 Total 100 100.0 Sumber : Analisis Penyusun, 2006 Selanjutnya, ketika ditanyakan apakah responden ingin memiliki sarana sanitasi di lingkungan tempat bekerja yang baik, terdapat data bahwa dari 89 responden yang belum memiliki sarana sanitasi di lingkungan tempat bekerja yang baik, 85 diantaranya menjawab ingin memiliki sarana sanitasi di lingkungan tempat bekerja yang baik. Ada 3 responden yang tidak ingin dan 1 responden yang menjawab biasa saja. Pola ini juga hampir sama dengan keinginan responden untuk memiliki sarana sanitasi yang lebih baik di lingkungan tempat bekerja. Berdasarkan informasi dari Tabel IV.18-IV.20 dapat diinterpretasikan bahwa masyarakat memiliki pengalaman yang sama tentang kondisi sanitasi di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat bekerja. Akibatnya,mereka tidak memiliki referensi stimulus dalam kerangka positif-negatif tentang fasilitas sanitasi. Kondisi 99 TABEL IV.20 ASPIRASI RESPONDEN UNTUK MEMILIKI FASILITAS SANITASI TEMPAT KERJA YANG BAIK Keinginan responden untuk punya fas sanitasi tempat kerja yang baik Pendapat responden ttg Kondisi sanitasi tempat kerja No respon Ingin Tidak ingin Biasa saja Total Sudah 11 11 Belum 85 3 1 89 Total 11 85 3 1 100 Sumber : Analisis Penyusun, 2006 sanitasi eksisting di lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja merupakan satu- satunya referensi yang benar tentang bagaimana seharusnya kondisi sanitasi. Mereka memang telah menyadari adanya kekurangan sarana sanitasi, yang terbukti dengan adanya keinginan reaksi untuk memiliki sarana sanitasi yang lebih baik. Namun, akibat adanya refrensi tunggal yang masih dalam batas wajar yang dapat mereka terima, maka belum ada reaksi komunal dalam bentuk tindakan untuk mengupayakan fasilitas sanitasi yang baik. Masyarakat sudah melakukan proses adaptasi sebagai tindakan penyesuaian coping terhadap kondisi fisik lingkungannya. Menurut teori persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell 1978 dalam Sarwono 1994 tingkah laku coping yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, termasuk dalam kategori kedua, yaitu tindakan coping yang berhasil. Dengan kata lain, telah terjadi penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Dalam kondisi persepsi yang berada di dalam batas-batas optimal, maka individu berada dalam keadaan homeo statis, yaitu keadaan yang serba seimbang.Keadaan ini biasanya akan dipertahankan oleh individu. Artinya, masyarakat akan mempertahankan penggunaan sungai sebagai sarana sanitasi karena mereka memiliki kesadaran komunal bahwa hal itu masih dalam batas- 100 batas optimal yang bisa mereka terima. Kondisi itu diperkuat dengan adanya fakta tentang kondisi sarana sanitasi yang relatif sama di lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja mereka.

4.1.6 Persepsi tentang Perlunya Fasilitas Sanitasi