Pola dan Aktifitas Penggunaan Lahan

wisata eko dengan menciptakan nuansa eko di wilayah sub-urban seperti hutan alam, daerah Rempang dan Galang contoh : Pengungsi Vietnam 7. Mengembangkan infrastruktur jalan dan perlengkapannya dengan standar keselamatan tinggi disertai program pendidikan lalu lintas dan keselamatan yang intensif didukung oleh penegakan hukum yang tegas 3.4 Gambaran Ruas Jalan Gadjah Mada

3.4.1 Tinjauan Ruas Jalan Gadjah Mada

Wilayah studi yang dikaji yaitu Ruas Jalan Gadjah Mada merupakan salah satu ruas jalan tersibuk di Kota Batam yang menghubungkan antara pusat pemerintahan lama Sekupang ke pusat pusat pemerintahan baru Batam centre dan juga wilayah Nagoya dan Jodoh yang merupakan pusat perekonomian Kota Batam. Panjang Ruas Jalan Adalah 8,838 Km, dimana 1,183 Km 13,39 berada diperbatasan antara wilayah Administrasi Kelurahan Pangkalan Petai Kecamatan Lubuk Baja dan Kelurahan Baloi Kecamatan Nongsa, sedangkan 7,655 Km 86,61 berada di wilayah administrasi Kecamatan Sekupang 3.4.2 Karakteristik dan Pola Penggunaan Lahan

3.4.2.1 Pola dan Aktifitas Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan di wilayah studi adalah mixed use area, dimana penggunaan lahan yang menonjol adalah penggunaan untuk Pariwisata 213 Ha, Pemukiman 202,5 Ha, Perdagangan dan Jasa 42,52 Ha, Fasilitas Sosial 9,48, Pendidikan 9,18 Ha serta Fasilitas Umum 5,21 Ha, hal tersebut sesuai dengan fungsi sekunder SWP VII Sekupang yaitu untuk perumahan, perdagangan dan jasa, fasilitas umum, fasilitas sosial dan transportasi, sedangkan data penggunaan eksisting dan persentase penggunaan lahan di sepanjang Jalan Gadjah Mada dapat dilihat pada tabel III.3 TABEL III.3 POLA PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING NO GUNA LAHAN LUAS Ha 1 Pariwisata 213 44,27 2 Pemukiman 201,71 41,93 3 Perdagangan dan Jasa 42,52 8,84 4 Fasilitas Sosial 9,48 1,97 5 Pendidikan 9,18 1,91 6 Fasilitas Umum 5,21 1,08 Jumlah 481,1 100 Sumber : Analisa 2007 Pola penggunaan lahan di sepanjang Jalan Gadjah Mada di pengaruhi oleh pola jaringan jalan, yaitu jalan arteri yang diikuti oleh perkembangan aktivitas di sepanjang jalan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Fisik Dan Prasarana Badan Perencanaan Penelitian Dan Pengembangan Kota Batam yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 Desember 2006, bahwa pemberian ijin Pengalokasian Lahan dikeluarkan oleh oleh Otorita Batam, untuk pemberian Ijin Mendirikan Bangunan oleh Pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas Permukiman dan Prasarana Kota Batam. Dalam proses koordinasi melalui Pemko Batam, dimana melalui Dinas Kimpras dan untuk cek Peruntukan Lahan dilakukan oleh Bappeko apakah sudah sesuai dengan Tata Ruang. Apabila terjadi permasalahan dilakukan rapat teknis 3 instansi yaitu Otorita Batam, Dinas Kimpras dan Bappeko. Kewenangan cek peruntukan lahan berada di Bappeko. Kebijakan Pemko Batam dalam menangani pembangunan permukiman yang cenderung menyebar dalam implementasinya semua pemberian peruntukan lahan harus didasarkan pada RTRW dan dilakukan kontrol penggunaan lahan agar sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan dalam RTRW. Berkaitan dengan adanya alih fungsi lahan langkah-langkah yang dilakukan Pemko Batam antara lain : Pedoman dalam pemberian lahan adalah RTRW, bila peruntukan tidak sesuai RTRW maka harus dikembalikan dengan mengacu RTRW. Adanya Badan Koordinasi Tata Ruang Daerah yang membahas IMB dan tata ruang secara umum yang dilakukan setiap seminggu sekali hari jum’at.

3.4.2.2 Karakteristik Penggunaan Lahan