Transformator Berbeban Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si : Anggota Penguji

12 Harga efektifnya E P yaitu: E P = N P ω Ф maks √2 E P = N P 2πf Ф maks √2 E P = N P 2x3,14 f Ф maks √2 E P = 4,44 N P fФ maks 2.11 Sedangkan pada sisi sekunder, fluks bersama juga menimbulkan e S , yaitu : e S t = N S ω Ф maks cos ωt 2.12 Harga efektifnya E S yaitu : E S = 4,44 N S fФ maks 2.13 Dimana : Ф P = fluks total primer Weber Ф LP = fluks lingkup primer Weber Ф M = fluks bersama kumparan primer dan sekunder Weber Ф S = fluks total sekunder Weber Ф LS = fluks lingkup sekunder Weber N P = jumlah belitan kumparan primer N S = jumlah belitan kumparan sekunder e P t= gaya gerak listrik terinduksi pada kumparan primer Volt e S t= gaya gerak listrik terinduksi pada kumparan sekunder Volt

2.4 Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder transformator dihubungkan ke beban Z L pada rangkaian tertutup maka I 2 akan mengalir dari kumparan sekunder ke beban sebesar I 2 = V 2 Z L dengan θ 2 sebagai faktor daya beban, seperti ditunjukkan Gambar 2.6. Universitas Sumatera Utara 13 Gambar 2.6 Transformator Keadaan Berbeban Arus I 2 yang mengalir pada kumparan sekunder N 2 I 2 menimbulkan gaya gerak magnet ggm sinusiodal yang membentuk fluks Ф 2 . Fluks ini akan melawan fluks bersama yang ada Ф M . Agar fluks bersama bernilai konstan, pada kumparan primer harus mengalir sebesar I 2 ’ untuk dapat melawan fluks yang dibangkitkan arus beban I 2, seperti ditunjukkan Gambar 2.7, sehingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer yaitu: I 1 = I + I 2 ’ 2.14 I = Ic + Im jika rugi-rugi inti diabaikanIc, maka I =Im I 1 = Im + I 2 ’ 2.15 Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Universitas Sumatera Utara 14 Gambar 2.8 Diagram Vektor Transformator Berdasarkan Gambar 2.8 yang menampilkan diagram vektor suatu transformator, maka dapat diketahui hubungan penjumlahan vektornya yaitu: V 1 = I 1 R 1 + I 1 X 1 + E 1 E 2 = I 2 R 2 + I 2 X 2 + V 2 Bila hubungan perbandingan tegangan dan belitan dimisalkan a , sehingga : E 1 E 2 = N 1 N 2 = a E 1 = a E 2 E 1 = a I 2 R 2 + I 2 X 2 + V 2 V 1 = I 1 R 1 + I 1 X 1 + a I 2 R 2 + I 2 X 2 + V 2 V 1 = I 1 R 1 + I 1 X 1 + a I 2 R 2 + a I 2 X 2 + aV 2 karena I 2 = aI’ 2 , maka V 1 = I 1 R 1 + I 1 X 1 + a aI’ 2 R 2 + a aI’ 2 X 2 + aV 2 V 1 = I 1 R 1 + I 1 X 1 + a 2 I’ 2 R 2 + a 2 I’ 2 X 2 + aV 2 V 1 = I 1 R 1 + X 1 + I’ 2 a 2 R 2 + a 2 X 2 + aV 2 2.16 Universitas Sumatera Utara 15 Dari persamaan 2.16, jika semua parameter sekunder dinyatakan pada sisi rangkaian primer maka seluruh komponen sekunder perlu dikalikan dengan faktor a 2 , sehingga rangkaian ekivalennya berubah seperti ditunjukkan Gambar 2.9. Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Transformator dari Sisi Primer Gambar 2.9 disederhanakan menjadi Gambar 2.10 dengan menggunakan variabel R EK dan X EK yaitu : R EK = R1 + a 2 R 2 2.17 X EK = X1 + a 2 X 2 2.18 Gambar 2.10 Penyederhanaan akhir Rangkaian Transformator

2.4.1 Resistif

Transformator yang terhubung dengan beban resistif murni R L pada rangkaian tertutup, akan mengalir arus I 2 dari kumparan sekunder ke beban, seperti Universitas Sumatera Utara 16 ditunjukkan Gambar 2.7. Dikarenakan pada kumparan sekunder transformator terdapat R 2 dan X 2 , maka ini mengakibatkan beda fasa antara I 2 dan E 2 yaitu sebesar tan θ 2 = X 2 R 2 +R L , ditunjukkan Gambar 2.11. Gambar 2.11 Diagram Vektor Transformator Berbeban Resistif

2.4.2 Induktif

Transformator dihubungkan dengan beban induktif Z L , arus sekunder I 2 akan mengalir dari kumparan sekunder menuju ke beban, ditunjukkan Gambar 2.7. Diasumsikan beban memiliki faktor daya tertinggal lagging, seperti ditunjukkan Gambar 2.12. Pada sisi sekunder terdapat beban induktif R L + jX L maka I 2 tertinggal terhadap V 2 sebesar tan φ 2 = X L R L , sedangkan beda fasa I 2 dan E 2 dipengaruhi oleh R L + jX L dan R 2 + jX 2 sebesar tan θ 2 = X 2 +X L R 2 +R L . Jatuh resistansi sekunder terhitung oleh I 2 R 2 yang paralel terhadap I 2 .Gaya gerak magnet sekunder Ф I M I I 1 Ф 1 Ф 2 1 1 R 1 1 2 R 2 1 1 X 1 1 2 X 2 1 h+e V 1 V 2 I 2 -E 1 E 1 E 2 Universitas Sumatera Utara 17 I 2 N 2 memberikan kenaikan fluks Ф 2 yang melingkupi hanya kumparan sekunder dan tidak pada kumparan primer. Fluks lingkup sekunder Ф 2 sefasa dengan I 2 , dengan alasan yang sama fluks lingkup primer Ф 1 sefasa dengan I 1 . Fluks lingkup sekunder menginduksi gaya gerak listrik E 2 pada kumparan sekunder, fluks tertinggal 90 . Gambar 2.12 Diagram Vektor Transformator Berbeban Induktif

2.4.3 Kapasitif

Apabila beban yang terhubung disisi sekunder beban kapasitif Z C , arus beban I 2 mendahului V 2 dengan faktor daya mendahului leading, ditunjukkan diagram vektor pada Gambar 2.13. Beda fasa I 2 dan V 2 yang dikarenakan beban kapasitif Rc - jXc yaitu tan φ 2 = X C R C sedangkan beda fasa I 2 dan E 2 yaitu sebesar tan θ 2 = X C - X 2 R C - R 2 . I I M I 1 I h+e I 2 ’ E 1 E 2 I 1 X 1 I 2 X 2 I 1 R 1 I 2 R 2 -E 1 V 1 V 2 I 2 Ф 1 Ф Universitas Sumatera Utara 18 Gambar 2.13 Diagram Vektor Transformator Berbeban Kapasitif

2.5 Transformator Tiga Fasa