Azas-Azas Hukum Hak Tanggungan

ialah Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan. Sedangkan pada tahapan akhir perkembangan hak tanggungan sebagaimana Yang ditunjuk oleh UU No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun Pasal 27 UUHT menyatakan bahwa adapula tambahan objek hak tanggungan ialah Rumah Susun yang berdiri di atas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara serta Hak Milik atas Satuan Rumah Susun HMSRS yang bangunannya didirikan di atas tanah Hak Milik,Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara. 47 3. Sifat Hak Tanggungan a tidak dapat dibagi-bagi pasal 2 UUHT bahwa hak tanggungan membebani secara utuh obyek hak tanggungan dan setiap bagian dari padanya, dan sifat ini tidak berlaku mutlak karena ada kemungkinan untuk mengecualikan atau menyimpang dari sifat tidak dapat dibagi-bagi ini didasarkan dengan roya parsial. b bersifat accesoir atau perjanjian buntutanikutan, maksudnya perjanjian jaminan utang atas hak tanggungan tidak berdiri sendiri karena ikut pada perjanjian pokok yaitu perjanjian utang-piutang, apabila perjanjian pokok hapus atau batal, maka otomatis perjanjian accesoir menjadi hapus

B. Azas-Azas Hukum Hak Tanggungan

Azas-azas hukum hak tanggungan sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 adalah : 47 http:raja1987.blogspot.com200906hak-tanggungan-subjek-objek-sifat-dan.html. Tanggal akses 28 Juli 2012 Universitas Sumatera Utara 1. Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang Hak Tanggungan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 2. Tidak dapat dibagi-bagi Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 3. Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 4. Dapat dibebankan selain tanah juga berikut benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah tersebut Pasal 4 ayat 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 5. Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada di kemudian hari Pasal 4 ayat 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 6. Sifat perjanjiannya adalah tambahan accesoir Pasal 10 ayat 1, Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 7. Dapat dijadikan jaminan untuk utang yang baru akan ada Pasal 3 ayat1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 8. Dapat menjamin lebih dari satu utang Pasal 3 ayat 2 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 9. Mengikuti objek dalam tangan siapa pun objek itu berada Pasal 7 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996; 10. Tidak dapat diletakkan sita oleh Pengadilan; 11. Hanya dapat dibebankan ats tanah tertentu Pasal 8, Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 12. Wajib didaftarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996; 13. Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti; Universitas Sumatera Utara 14. Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji tertentu Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Hak Tanggungan memiliki sifat yang tidak dapat dipungkiri yakni Pertama, Tidak dapat dibagi-bagi ondeelbaar, berarti Hak Tanggungan membebani secara utuh obyeknya dan setiap bagian daripadanya. Pelunasan sebagian utang yang dijamin tidak membebaskan sebagian obyek dari beban Hak Tanggungan, tetapi Hak Tanggungan tetap membebani seluruh obyeknya untuk sisa utang yang belum dilunasi. Kedua, Hak Tanggungan hanya merupakan ikutan “accessoir” dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang. Keberadaan, berakhir dan hapusnya Hak Tanggungan dengan sendirinya tergantung pada utang yang dijamin pelunasannya tersebut.

C. Subjek dan Objek Hak Tanggungan