Prosedur Umum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Di Indonesia

BAB IV EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DAN PERLINDUNGAN KREDITUR

DALAM PERJANJIAN KREDIT

A. Prosedur Umum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Di Indonesia

1. Prosedur Pemberian Kredit Bagi perbankan dalam hal penyaluran kredit, berbagai peraturan perundang- undangan yang terkait dengan kredit perbankan sehingga merupakan rambu- rambu yang harus dipatuhi mengingat kredit mengandung resiko kegagalan atau kemacetan pelunasan, maka kegitan perkreditan perlu dikelola secara baik. Oleh karena itu diperlukan adanya pola pengelolaan kredit yang baik sehingga lazim disebut sebagai manajemen kredit yang mencakup berbagai aspek antara lain: 54 a. Organisasi dan tata kerja perkreditan bank Organisasi perkreditan pada bank mencakup kedudukan dan fungsi satuan kerja bagian kredit pada perbankan, uraian pekerjaan, batas kewenangan dan sebagainya. Satuan kerja dibidang perkreditan dapat meliputi satuan kerja pemberian kredit, satuan kerja administrasi kredit dan satuan kerja pengawasan kredit dan penanganan kredit bermasalah. Pemisahan perangkat kerja tersebut umumnya disesuaikan dengan kondisi kantor masing-masing perbankan maupun tingkat penyaluran kredit yang dsiberikan b. Perencanaan Kredit Bank harus membuat suatu perencanaan kredit yang baik sesuai dengan kondisi bank. Perencanaan kredit yang dimaksudkan meliputi target kredit, target 54 M Bahsan, Op Cit Hal 112-117 Universitas Sumatera Utara nasabah serta target penyaluran dan penanganan kredit bermasalah serta sektor ekonomi mana yang akan menjadi fokus dalam pembiayaan c. Proses Penilaian dan Keputusan Kredit Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur harus segera diproses melalui penilaian untuk selanjutnya diberikan keputusannya oleh bank. Penilaian terhadap kelayakan tersebut diwujudkan dalam suatu analisis kredit yang memenuhi ketentuan ataupun peraturan internal dari masing-masing perbankan tersebut. Analisis kredit memuat penilaian tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan calon debitur, diantaranya adalah aspek hukum, teknis produksi, pemasaran, keuangan, manajemen dan organisasi, sosio ekonomi, lingkungan hidup dan jaminan serta resiko. Analisis kredit tersebut merupakan pedoman bagi perbankan dalam mengukur jenis kredit, kelayakan debitur dan sebagainya Pedoman penilaian perbankan dalam hal menilai kelayakan pemberian kredit berpedoman pada prinsip-prinsip perkreditan yaitu 5C “Five C’s Of Credit”, seperti tersebut dalam penjelasan Pasal 8 Undang-undang Perbankan, yaitu “Character, Capasity, Capital, Collateral dan Condition of Economy”. Yang dimaksud dengan Character adalah kepribadian, sifat, moral dari calon debitor atau pengusaha yang meminta kredit, apakah ia dalam kondisi yang sulit tetap mengutamakan kewajibannya untuk membayar hutangnya. Hal ini dapat dapat diketahui oleh petugas Bank baik dengan cara melakukan diskusi atau wawancara dengan calon debitor maupun dengan melakukan cross check atas informasi yang diterima oleh calon debitor tersebut kepada supplier, teman bisnis bahkan kompetitornya. Seseorang yang dikenal misalnya sebagai penipu, Universitas Sumatera Utara pemabok, penjudi berarti mempunyai character yang kurang baik dan biasanya cenderung menghindar dari tanggung jawab. Capacity adalah kemampuan calon debitor untuk mengelola uahanya dengan baik sehingga menunjukkan peningkatan kualitas dan kuantitas usaha maupun keuntungan. Kemampuan seorang calon debitor dalam mengelola usaha dapat diketahui antara lain dari laporan keuangan dan sejarah berdirinya usaha yang ditekuni. Capital adalah modal usaha yang dimiliki oleh calon debitor sendiri. Pada umumnya Bank tidak memberikan fasilitas kredit 100 dari kebutuhan calon debitor. Bagian yang tidak dibiayai dengan kredit harus dipenuhi dari modal sendiri, yang tujuannya agar debitor selalu mempunyai rasa memiliki atas usahanya serta menghindari resiko spekulasi usaha yang tidak wajar. Collateral adalah jaminan yang diberikan oleh calon debitor atas fasilitas kredit yang diterima dan pada saat diperlukan dapat dijual guna pelunasan hutangnya apabila ternyata debitor wanprestasi. Collateral merupakan sumber pembayaran terakhir dari penyelesaian kredit macet. Oleh karena itu pengikatan jaminan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi ekonomi dalam kurun waktu tertentu yang dapat mempengaruhi kredit yang diberikan, misalnya tingkat inflasi, resesi karena situasi dalam negeri maupun luar negeri yang jika terjadi akan berpengaruh langsung terhadap usaha debitor dan akhirnya dapat mengalami kesulitan dalam mengembalikan kreditnya. Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi Universitas Sumatera Utara perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan hukum, yang secara umum dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Pengajuan berkas-berkas Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain : 1 Latar belakang perusahaan 2 Maksud dan tujuan 3 Besarnya kredit dan jangka waktu 4 Cara pengembalian kredit 5 Jaminan kredit Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti : 1 Akte notaris 2 Tanda daftar perusahaan TDP 3 Nomor Pokok wajib Pajak NPWP 4 Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir 5 Bukti diri dari pimpinan perusahaan 6 Foto copy sertifikat jaminan b. Penyelidikan berkas pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. c. Wawancara I Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam. Universitas Sumatera Utara d. On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I. e. Wawancara II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. f. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup : 1 jumlah uang yang diterima 2 jangka waktu 3 dan biaya-biaya yang harus dibayar g. Penandatangan akad kreditperjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit. h. Realisasi kredit Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. i. Penyaluranpenarikan adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit. Menurut Salim Secara umum prosedur pemberian kredit oleh bank sebagai berikut: 55 a. Pengajuan Berkas-berkas. Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dalam suatu proposal, kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya 55 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Hal. 21 Universitas Sumatera Utara berisi antara lain;Latar belakang perusahaan atau riwayat hidup singkat seseorang, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan. b. Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi, serta tujuan lainnya c. Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini pemohon menentukan besarnya humlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya d. Cara Pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan sacara rinci tentang cara-cara nasabah mengembalikan kreditnya. e. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak 2. Jaminan Kredit Pada Bank Hal yang penting pula dan bagi bank dalam mencairkan kredit adalah Bank wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sebagaimana yang ditetapkan oleh ketentuan Pasal 8 ayat 2 yang diatur lebih lebih lanjut dengan SK Direksi BI No 27 162 KE DIR. Semua Bank umum wajib untuk memiliki dan menerapkan Kebijaksanaan Perkreditan Bank disingkat KPB dalam pelaksanaan kegiatan perkreditannya dan juga melampirkan Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank PPKPB. PPKPB mencantumkan beberapa hal yang sekurang-kurangnya harus dimuat dalam ketentuan KPB yaitu: 56 a. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan. b. Organisasi dan manajemen perkreditan. c. Kebijaksanaan persetujuan kredit. 56 http:www.negarahukum.comhukumprinsip-jaminan-kredit-oleh-bank.html.Tanggal akses 28 Juli 2012 Universitas Sumatera Utara d. Dokumentasi dan administrasi kredit. e. Pengawasan kredit f. Penyelesaian kredit yang bermasalah Semua prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksankan oleh Bank sebelum mencairkan kredit di atas penting untuk mencegah terjadinya kualitas kredit yang kurang lancer apalagi macet lih. PBI No. 7 2 PBI 2005. Oleh karena Bank dalam melakukan perjanjian kredit juga melakukan perjanjian pengikatan jaminan accesoir sebagai penerapan salah satu prinsip 5 c collateral agunan, maka Bank dalam mencairkan kredit dan diikat dengan jaminan. Jamina yang paling banyak digunaka dalam kredit di perbankan adalah jaminan hak tanggungan yang biasa objeknya adalah tanah, maka tanah tersebut juga dilakukan penilaian oleh Bank. Bank dapat melakukan penilaian secara hukum terhadap sebidang tanah yang diajukan pemohon kredit kepada Bank mencakup sekurang-kurangnya mengenai hal-hal sebagai berikut: 57 a. Kejelasan status dan jenis alas hak tanah, misalnya berupa tanah terdaftar dengan alas hak berupa SHM, HGB, HGU atau hak pakai sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau sebaliknya berupa tanah belum terdaftar yang disertai dengan bukti kepemilikannya. b. Keabsahan dokumen bukti kepemilikan tanah sesuai dengan ketentuan hukum yang mengatur penerbitannya, misalnya berupa dokumen asli, salinan atau foto kopi yang seharusnya diteliti kebenarannya. c. Keabsahan pemilikan tanah sesuai dengan dokumennya dan peraturan perundang-undangan, karena adanya pihak-pihak yang tidak dapat memiliki tanah. d. Kewenangan pemohon kredit untuk menjaminkan objek jaminan kredit terutama untuk tanah yang merupakan milik perusahaan atau miliki orang pihak lain. e. Kemungkinan adanya sengketa atau pembebanan utang atas tanah yang diajukan sebagai objek jaminan kredit. f. Keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan tentang peruntukan dan atau perizinan penggunaan tanah. 57 M.Bahsan Op Cit Hal 121 Universitas Sumatera Utara g. Kemungkinan pengikatan tanah sebagai jaminan utang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. h. Khusus untuk tanah terdaftar yang mempunyai batas waktu berlaku haknya bagi pemilik akan terkait kepada peraturan perundang-undangan mengenai perpanjangan hak atas tanah. i. Penggunaan tanah yang kepemilikannya dapat dipecah dalam rangka kredit property yang terkait degan ketentuan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996. Dalam praktek kredit perbankan, pengikatan jaminan yang lazim dilakukan adalah dengan mekanisme hak tanggungan. Hal ini dikarenakan objek barang jaminan yang diserahkan debitur umumnya adalah merupakan benda tidak bergerak seperti tanah dan rumah. Menurut Budi Harsono mengatakan pengertian hak tanggungan adalah Penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan, tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cidera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya. 58 Selain penilaian secara hukum yang biasanya dilakukan oleh Bank dalam pencairan kredit yang diikuti dengan perikatan jaminan, Bank melakukan penilaian secara ekonomi seperti jenis dan bentuk jaminan, kondisi objek jaminan kredit. Kemudahan pengalihan kepemilikan objek jaminan kredit, tingkat harga yang jelas dan prospek pemasaran, dan penggunaan terhadap objek jaminan kredit bersangkutan. Keterkaitan jaminan kredit dengan pengamanan kredit dapat ditemukan dalam Pasal 1131 KUH Perdata tentang kedudukan harta pihak yang berutang sebagai jaminan atas hutangnya. Apabila dikemudian hari debitur ingkar janji ataupun wanprestasi, maka akan dilakukan pencairan penjualan atas objek 58 H. Salim HS, Op Cit, Hlm. 97. Universitas Sumatera Utara jaminan kredit yang bersangkutan. Hasil pencairan jaminan kredit tersebut selanjutnya diperhitungkan oleh bank untuk pelunasan kredit debitur yang telah dinyatakan sebagai kredit macet. 59

B. Kedudukan Kreditur Pemegang Hak Tanggungan