Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara.

PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI
KEBUN DOLOK ILIR, PTP NUSANTARA IV, MEDAN,
SUMATERA UTARA

MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanenan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan,
Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Muhammad Haqiki Noviar
NIM A24080139

ABSTRAK
MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR. Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH.
Kegiatan magang dilakukan di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan,
Sumatera Utara dari tanggal 13 Februari sampai dengan 13 Mei 2012. Kegiatan
magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kelapa sawit. Data yang dikumpulkan berupa data primer
dan data sekunder. Kebun Dolok Ilir secara umum sudah menerapkan teknik
budidaya kelapa sawit sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasi) yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan persamaan regresi dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil, produksi TBS (Tandan Buah Segar) tidak dipengaruhi

oleh laju penurunan jumlah tegakan. Nilai koefisien P-value yang dihasilkan
dalam analisis adalah 87.4 %. Permasalahan utama adalah tingginya losis panen
yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit.
Kata kunci: Faktor produksi, Kelapa sawit, Kebun Dolok Ilir

ABSTRACT
MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) at Dolok Ilir Estate, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara.
Supervised by ADOLF PIETER LONTOH.
The internship program has been conducted at PTP Nusantara IV, Dolok Ilir
Estate, Medan, Sumatera Utara from February 13 to May 13 2012. The purpose of
this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically to analyzes
the factors that influence the production of palm oil. The data that has been
collected consist of primary and secondary data. Dolok Ilir Estate generally have
applied the technique of oil palm cultivation in accordance with standard
operating procedures that have been established by the company. Based on the
regression equation using the least squares method, the production of FFB (fresh
fruit bunches) are not affected by the rate of decline in the number of stands. The
coefficient of P-value generated in the analysis was 87.4%. The main problem is
the loss of crop harvest that affecting the production of palm oil.

Keywords: Determinant production factor, Oil palm, Dolok Ilir Estate

PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI
KEBUN DOLOK ILIR, PTP NUSANTARA IV, MEDAN,
SUMATERA UTARA

MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara.
Nama
: Muhammad Haqiki Noviar
NIM
: A24080139

Disetujui oleh

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Dolok Ilir,
PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan secara khusus penulis
sampaikan kepada:
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi.
Bapak Erwin Juliawan selaku Asisten Divisi VI yang telah memberikan
arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.
Bapak Ahmad Syukri Noviar dan ibu Elvina Lubis, serta seluruh
keluarga besar. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang. Semoga sekripsi ini
dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca.

Bogor, Juli 2013


Muhammad Haqiki Noviar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

METODE MAGANG

7

Tempat dan Waktu

7


Metode Pelaksanaan

7

Pengamatan dan Pengambilan Data

7

Analisis dan Informasi

8

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

9

Letak Geografi

9


Keadaan Iklim dan Tanah

9

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

11

Keadaan Tanaman dan Produksi

12

Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan

12


PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

14

Aspek Teknis

14

Aspek Menejerial

29

PEMBAHASAN

32

Curah Hujan

32


Realisasi Produksi dan RKAP

32

Laju Penurunan Jumlah Tegakan

33

Kapasitas Pemanen

34

Basis dan Premi Panen

35

SIMPULAN DAN SARAN

37

Simpulan

37

Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

49

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Luas areal dan tata guna kebun Dolok Ilir
Tingkatan dan jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir
Data produksi tandan buah segar
Derajat kematangan buah (fraksi)
Seksi panen Divisi VI kebun Dolok Ilir
Deskripsi alat panen
Perbandingan antara RKAP dan realisasi produksi
Kapasitas pemanen di Divisi VI
Perbandingan kapasitas pemanen karyawan tetap dengan karyawan
harian lepas

10
11
12
21
24
25
33
34
35

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pengendalian gulma secara kimiawi
Kegiatan penunasan
Peralatan kastrasi
Kegiatan kastrasi
Kegiatan pemupukan
Sistem masuk hanca
Kegiatan panen
Peralatan panen
Pengangkutan TBS

14
16
17
17
19
20
22
26
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten
Data curah hujan dan hari hujan 2005-2011
Peta Divisi VI kebun Dolok Ilir
Data produktivitas 5 tahun terakhir dari setiap Afdeling
Standar basis borong
Laju penurunan jumlah tegakan
Luas areal tanaman dan jumlah pokok Divisi VI (enam)
Data rekomendasi pupuk oleh ARABIS

39
40
41
43
44
45
45
45
46
47

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar.
Produksi CPO (Crude Palm Oil) dari tahun 2006 ke tahun 2010 mengalami
peningkatan menjadi 19 760 011 ton dari 17 350 848 ton (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2010). Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia
sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat
menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan tanaman
kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun
2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 597 158
ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8 430 206 ha (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu
iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya tanaman.
Selain itu umur tanaman, jumlah populasi per hektare, sistem penyerbukan,
sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi
panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari
kegiatan budidaya kelapa sawit di lapangan yang berkaitan dengan kualitas
minyak sawit. Panen bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang
tinggi, asam lemak bebas yang rendah, serta memelihara kondisi tanaman
agar tetap baik.
Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas
tanaman. Kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian
produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku
dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika
pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2007).
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah
persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan
produksi, pengawasan dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan
panen, basis dan premi panen, serta alat dan perlengkapan panen (Lubis,
2008). Oleh karena itu kegiatan pemanenan harus terorganisasi dengan baik
karena merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, baik untuk
keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit
maupun untuk peningkatan produksi minyak sawit yang berkualitas.

2
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa dalam aspek budidaya tanaman kelapa sawit serta meningkatkan
pengalaman mahasiswa dalam memahami proses kerja budidaya tanaman
kelapa sawit secara nyata di lapangan. Tujuan secara khusus pada magang
ini adalah untuk mempelajari manajemen pemanenan kelapa sawit di kebun
Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tumbuhan kelas
Angiospermae, ordo Palmales, famili Palmae dan genus Elaeis. Pahan
(2007) menambahkan ada beberapa species dalam genus ini antara lain
Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera), dan Elaeis odora
(tidak ditanam di Indonesia).
Klasifikasi tanaman Kelapa Sawit adalah :
Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoidae
Famili
: Palmae (Aracaceae)
Sub family
: Cocoidae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi
akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009).
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang
terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener
(Pahan, 2007). Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian
15 - 20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak
dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga
fungsi utama yaitu: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan
buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral
dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3)
sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2007).
Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri
atas beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki
helaian (lamina) dan tulang daun (midrib); (2) rachis yang merupakan
tempat anak daun melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan
bagian antara daun dan batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun
membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.59 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar 200 - 400 helai. Produksi
pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya
muncul setiap 2 minggu, sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa
kelapa sawit memiliki 40 - 50 daun (Fauzi et al., 2008).
Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga
jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah
dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang

4
bunga. Pada umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang
menyerbuk silang (Lubis, 1992).
Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari
penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 - 6
bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang
merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau
serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta
endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah tropika basah (120 LU dan 120
LS), pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah
curah hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun, tidak memiliki
defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit
memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28°C untuk tumbuh dengan
baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah
18°C dan tertinggi 32°C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol,
organosol dan alluvial. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0 namun
yang terbaik adalah pada pH 5.0 – 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah
dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang
tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang
surut terutama tanah gambut (Lubis, 2008).
Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada
produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah
gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai
solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah yang
ringan dengan kandungan pasir sekitar 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat
20 - 50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah
gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa
sawit adalah areal dengan kemiringan 0 - 150 (Fauzi et. al, 2008).

Persiapan Panen
Hutabarat (1965) menyatakan bahwa keberhasilan panen sangat
bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang
digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan
tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya
yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang
diberikan. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target
produksi dengan biaya panen seminimal mungkin.

5
Kriteria Panen Kelapa Sawit
Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa suatu areal tanaman belum
menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan (TM)
dan mulai dapat dilakukan panen apabila 60% buah atau lebih telah matang
panen. Kriteria umum untuk tandan buah dapat dipanen adalah berdasarkan
jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan)
secara alami (Tyas, 2008). Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada
5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari
10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10
kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat
dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan
yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun,
jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
Mangoensoekarjo (2005) menyatakan bahwa waktu panen buah
kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang
dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak
maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam
lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan
minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak.
Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan
kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.

Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan
panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi panen erat hubungannya
dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen,dan keadaan pabrik. Rotasi
panen merupakan salah satu faktor pembatas dalam menentukan produksi
TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di pabrik kelapa
sawit (PKS) dan biaya eksploitasi (Pahan, 2007).

Kerapatan Panen
Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan kegiatan
panen adalah kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan perkiraan
jumlah pokok yang akan dipanen pada suatu blok dalam satu hari panen.
Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan
sebaliknya, kerapatan panen yang rendah terjadi pada bulan panen trek atau
rendah. Perhitungan kerapatan panen oleh mandor panen dilakukan sehari
sebelum pelaksanaan panen dengan melakukan pengambilan contoh yaitu
15% dari luas blok yang dipanen.
Pahan (2007) menyatakan bahwa kualitas minyak sawit yang dipanen
ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan ALB, rendemen, dan
kebersihan minyak kelapa sawit tersebut. Buah yang dipanen adalah buah
yang mempunyai kandungan asam lemak bebas yang rendah dan rendemen

6
minyak yang tinggi. Hal ini dapat dicapai jika pemanenan tandan dilakukan
pada kematangan buah yang optimum. Pengangkutan buah sawit ke PKS
harus dilakukan setelah pemanenan pada hari yang sama agar keberlanjutan
datangnya buah tetap terjamin dan mutu minyak tidak turun.

Pengangkutan TBS
Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati
posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh
karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem
pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Ada empat hal yang
menjadi sasaran kelancaran transport buah; yaitu, menjaga agar asam lemak
bebas (ALB) produksi harian 2-3%, kapasitas atau kelancaran pengolahan di
pabrik, keamanan TBS di lapangan dan biaya transport (Rp/kg TBS) yang
minimum. Menurut Setyamidjaja (2006) buah kelapa sawit yang sudah
matang dan masih segar hanya mengandung 0.1% asam lemak. Buah-buah
yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai
50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan
tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dari TBS.
Menurut Pahan (2007) pengangkutan TBS dan brondolan adalah
kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik
kelapa sawit pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan
harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini
dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena
itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan
dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.

7

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Pelaksanaan magang dilakukan di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara
IV, Medan, Sumatera Utara. Adapun kegiatan magang berlangsung selama 3
bulan dari Februari 2012 sampai Mei 2012.

Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan magang pertama pada minggu ke-1 sampai ke-3 adalah
bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL). Aspek teknis yang akan
dilakukan selama adalah melakukan seluruh kegiatan yang ada di lapang
menyangkut kegiatan budidaya sampai pengolahan hasil panen. Aspek
manajerial yang dilakukan adalah pengisian jurnal harian, mencatat prestasi
kerja, dan membuat draft laporan.
Kegiatan magang kedua pada minggu ke-4 sampai ke-6 adalah
bekerja sebagai pembantu mandor/mandor besar. Aspek teknis yang
dilakukan adalah membuat perencanaan biaya dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan, membuat perencanaan kebutuhan bahan (pupuk, pestisida) yang
diperlukan, dan melakukan pengawasan terhadap karyawan. Aspek
manajerial yang dilakukan adalah membuat jurnal dan laporan kegiatan
yang berisikan waktu kegiatan, dan jumlah karyawan yang diawasi.
Kegiatan magang ketiga pada minggu ke-7 sampai ke-12 adalah
bekerja sebagai pembantu asisten/kepala afdeling. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya adalah mempelajari kegiatan di tingkat afdeling, membantu
penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan, membantu pembuatan
laporan asisten, membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja yang
menjadi tanggung jawabnya, melaksanakan analisis terhadap setiap kegiatan
lapangan di tingkat afdeling, membuat jurnal kegiatan harian tingkat
afdeling, serta penulisan laporan dan draft.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan
yang meliputi :
1. Sistem Panen
Pengamatan mengenai sistem panen meliputi sistem hanca panen dan
sistem operasional pemanen. Data dan informasi diperoleh dari observasi
lapangan, diskusi atau wawancara.
2. Kebutuhan Tenaga Kerja Panen
Data kebutuhan tenaga kerja dikumpulkan selama lima tahun terakhir
dan dilakukan analisis kebutuhan tenaga kerja pemanen pada kegiatan panen.

8
3. Angka Kerapatan Panen
Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon contoh sekitar 10%
dari populasi tanaman dalam satu blok dengan memilih barisan tanaman
secara acak. Pada setiap pohon dihitung jumlah tandan yang siap dipanen
pada keesokan harinya.
4. Rotasi Panen
Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan
Mandor dan Asisten Kebun serta mencari penyebab utama terjadinya rotasi
panen terlambat dengan mengamati tingkat absensi karyawan panen dalam
lima bulan terakhir.
5. Kriteria Matang Panen
Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti tiga orang pemanen
dari tiga kemandoran. Kriteria matang panen didasarkan pada tingkat
kematangan buah antara lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat
matang dan janjang kosong.
6. Sistem Pengawasan Panen, Basis dan Premi Panen
Pengamatan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan mandor
dan asisten kebun terkait dengan organisasi dan sistem pengawasan yang
dilakukan serta perhitungan premi yang diberikan kepada pemanen.
7. Sarana dan Prasarana Panen
Pengamatan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan asisten
kebun. Selain itu, akan diamati secara langsung pada beberapa seksi atau
blok panen yang berbeda terkait peralatan penunjang panen, kondisi jalan,
dan kebersihan tempat penampungan hasil.
Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen perusahaan
yang berkaitan dengan keadaan umum perusahaan, keadaan lingkungan
tumbuh (iklim dan tanah), kondisi tanaman (asal bahan tanaman, umur
tanaman, tingkat pertumbuhan, dan produksi), manajerial (perencanaan,
pengorganisasian dan evaluasi terhadap teknik budidaya yang dilakukan),
tenaga kerja, serta sarana atau prasarana pendukung yang tersedia.

Analisis Data dan Informasi
Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan magang
dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan norma kerja yang
berlaku dan sebagian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi dan
uji t-student untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
kelapa sawit berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan.

9

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografi
Secara geografis lokasi Kebun Dolok Ilir PTPN IV berada di
Kabupaten Simalungun Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten
Serdang Bedagai Kecamatan Dolok Merawan yang berjarak 26 km dari
Pematang Siantar dan 115 km dari Medan. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kebun Sibulan, Pabatu & laut Tador, sebelah Barat berbatasan dengan
Dolok Merawan, sebelah Selatan berbatasan dengan Sinaksak – Pematang
Siantar dan sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Laras dan Kebun
Bandar Betsy.

Keadaan Iklim dan Tanah
Iklim di lokasi Kebun Dolok Ilir adalah iklim basah. Total curah hujan
tahunan dari tahun 2005 - 2011 adalah sekitar 1 564 – 2 255 mm dengan
total hari hujan 92 - 129 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005,
dengan total curah hujan 2 255 mm. Curah hujan terendah pada tahun 2010
dengan total curah hujan 1 564 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Maret 2009 sebesar 398 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada
bulan Februari 2008 sebesar 5 mm. Data curah hujan tahun 2005 sampai
tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kondisi lahan Kebun Dolok Ilir mempunyai topografi datar sebesar
82.37 %, bergelombang 6.26 %, dan rendahan/jurangan 11.37 %. Jenis
tanahnya podsolik merah kekuningan dan tinggi dari permukaan laut 124.50
mdpl.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Kebun Dolok Ilir dibangun di areal konsesi seluas 7 348.81 ha
dengan luas areal hak guna usaha (HGU) 6 919.00 ha dan non HGU 429.81
ha. Areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman menghasilkan (TM) seluas
6 520.00 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 282.00 ha,
areal pembukaan baru seluas 117.00 ha, dan areal prasarana seluas 429.81
ha. Data mengenai luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

10
Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan kebun Dolok Ilir
Uraian
Areal yang ditanam
1. Tanaman Menghasilkan
- Tahun Tanam 1987
- Tahun Tanam 1988
- Tahun Tanam 1990
- Tahun Tanam 1992
- Tahun Tanam 1993
- Tahun Tanam 1994
- Tahun Tanam 1995
- Tahun Tanam 1996
- Tahun Tanam 1997
- Tahun Tanam 1998
- Tahun Tanam 1999
- Tahun Tanam 2000
- Tahun Tanam 2004
- Tahun Tanam 2008
TO-Penyisipan
- Tahun Tanam 1997
- Tahun Tanam 1999
- Tahun Tanam 2008
- Belum disisip 2011
Jumlah areal TM
2. Tanaman Belum Menghasilkan
- Tahun Tanam 2010
- Tahun Tanam 2011
Jumlah areal TBM
3. Tanaman Baru
- Tahun Tanam 2012
Jumlah areal TB
4. Areal prasarana
- Emplasmen
- Kolam limbah
- Lapangan golf
- Jalur transmisi PLN
- Areal jalan
- Kanal
- Hutan Lindung
- Kuburan
Jumlah areal prasarana
Total areal keseluruhan
Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (2012)

Luas (ha)

206
249
205
237
257
137
339
1 496
1 977
556
88
8
14
150
99
219
283
6 520
263
19
282
117
117
100.42
4.71
5.60
1.45
293.14
11.16
8.79
1.72
429.81
7 348.81

11
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Dolok Ilir merupakan salah satu unit usaha dari PTP Nusantara
IV. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan
kekuasaan tertinggi adalah Dewan Direksi dan General Manager (GM)
yang membawahi beberapa Manajer Kebun yang bertugas mengelola,
mengorganisasikan dan mengendalikan kebun dalam rangka membangun
dan merawat tanaman kelapa sawit. Untuk mencapai target produksi tandan
buah segar yang merupakan kebutuhan bahan mentah Crude Palm Oil
(CPO) yang telah ditetapkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang
berlaku.
Tenaga kerja di kebun Dolok Ilir terdiri dari karyawan staf dan non
staf. Tenaga kerja staf terdiri dari Manajer Kebun, Kadis Tanaman, Kepala
Dinas Pengolahan (KDP), Kepala Dinas Tehnik (KDT), Kepala Tata Usaha
(KTU) dan Asisten Divisi. Jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir adalah
1 076 orang yang terdiri dari 14 orang staf dan 1 062 orang karyawan non
staf. Indeks Tenaga Kerja (ITK) di kebun Dolok Ilir adalah 0.4. Adapun
standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 – 0.4. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di kebun Dolok Ilir sudah ideal.
Tingkatan dan jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Tingkatan dan jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir
Tingkatan Karyawan
Jumlah (orang)
Karyawan staff
- Estate Manager
1
- Kadis Tanaman
2
- KDP
1
- KDT
1
- KTU
1
- Asisten Divisi
8
Karyawan non staff
- Asministrasi
72
- P.Keamanan
40
- Transport
20
- Tehnik
123
- Pengolahan
154
- Tanaman
635
- Sent Emplasemen
18
Jumlah
1 076
Indeks Tenaga Kerja
0.4
Standar ITK
0.2 – 0.4
Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (Desember, 2011)

12
Dalam bidang administrasi, Manajer Kebun (Estate Manager) dibantu
oleh seorang kepala tata usaha (KTU). Dalam bidang pengelolaan pabrik,
Manajer Kebun dibantu oleh seorang Kepala Dinas Pengolahan (KDP) yang
bertugas mengawasi kegiatan yang ada di pabrik pengolahan kelapa sawit.
Dalam bidang tehnik, Manajer Kebun dibantu oleh seorang Kepala Dinas
Tehnik (KDT) yang bertugas melakukan perawatan terhadap mesin-mesin di
pabrik kelapa sawit.
Dalam bidang tanaman, Manajer Kebun dibantu dua orang Kepala
Dinas Tanaman dengan masing-masing Kepala Dinas Tanaman membawahi
empat orang Asisten Divisi. Setiap asisten mengelola satu divisi dan
bertanggung jawab mengelola seluruh asset perusahaan tingkat divisi. Untuk
kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh tiga orang
mandor yaitu mandor I / mandor besar, mandor panen dan mandor
perawatan. Di bidang administrasi asisten dibantu oleh dua orang krani yaitu
krani divisi dan krani panen.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Kebun Dolok Ilir dibagi menjadi delapan divisi areal pertanaman
dengan variasi tahun tanam 1987 sampai tahun 2012. Total luas areal Divisi
I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII berdasarkan data dari kantor besar per
April 2012 berturut-turut 908.49 ha, 883.99 ha, 912.35 ha, 967.66 ha,
856.05 ha, 994.23 ha, 905.29 ha dan 920.75 ha. Varietas yang digunakan di
Kebun Dolok Ilir adalah varietas Marihat dan Socfindo. Adapun jenis buah
dari Varietas Marihat dan Socfindo yang digunakan adalah Tenera, yaitu
hasil persilangan Dura x Pisifera. Populasi rata-rata dari total area yang
ditanam adalah 133 tanaman/ha. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan
9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Perusahaan
memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh masing-masing
divisi. Data Produksi TBS di Kebun Dolok Ilir dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data produksi tandan buah segar (TBS) tahun 2005 – 2010
RKAP
Realisasi
Real
Selisih
Tahun
(ton/th)
(ton/th)
(ton/ha)
(ton)
(%)
2005
158.285
159.726
1.441
0.91
22.56
2006
171.606
159.367
-12.239
(7.13)
22.56
2007
177.344
149.299
-28.045 (15.81)
21.41
2008
162.615
156.652
-5.963
(3.67)
24.43
2009
165.744
151.263
-14.481
(8.74)
15.32
2010
129.198
117.899
-11.299
(8.75)
19.64
Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (Agustus, 2010); RKAP : Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan

13
Fasilitas Kesejahteraan
Karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV mendapat
fasilitas kesejahteraan di bidang sosial yaitu pendidikan (TK, SMP, TK Al
qur’an, Madrasah Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah Al- Ihsan), agama
( Majelis Ta’lim dan Syiar Islam untuk umat Islam dan PHBK untuk umat
Kristiani), koperasi, pramuka dan olahraga (bola kaki, volly, tenis dan bulu
tangkis). Karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV juga
diberi fasilitas rumah yang di bangun dalam satu kompleks perumahan
karyawan untuk setiap divisi yang dilengkapi dengan bangunan rumah
ibadah, poliklinik, sekolah dan pasar.
Hubungan baik dengan masyarakat sekitar senantiasa terjalin melalui
pemberian bantuan kemasyaakatan seperti : perbaikan jalan, bantuan
keagamaan dan pendidikan (beasiswa anak SD, SMP, SMA), yang
senantiasa mendapat persetujuan dari Direksi. Situasi pengamanan Dolok
Ilir relatif kondusif namun masih ada upaya-upaya orang luar untuk
mengganggu dan mencuri buah sawit. Untuk mengatasi hal tersebut agar
tidak berkembang maka Kebun Dolok Ilir melakukan pengamanan secara
terpadu yaitu :
Internal
: Centeng Afdeling dan Hansip / PAPAM
Eksternal
: Korem 022 / Kodim Simalungun, Polsek / Koramil
Serbelawan dan Polresta Tebing Tinggi

14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Semprot piringan. Tujuan pengendalian gulma umum di piringan
mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih
berada di sekitar piringan/tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan,
mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan,
memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan hasil brondolan).
Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor menyebar
karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki
hanca dua pasar pikul untuk volume tanki 6 l. Penyemprot bergerak dari sisi
collection road kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong
atau. Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside
Sprayer (MHS). Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan,
pasar pikul, pasar tengah, kaki lima blok dan TPH. Hasil yang diharapkan
dari kegiatan semprot piringan adalah tingkat kematian gulma sasaran di
atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Pengendalian gulma
secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.

a

b

Gambar 1 Pengendalian gulma secara kimiawi; (a) Kegiatan semprot
piringan, (b) Kegiatan semprot gawangan
Semprot gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah
mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol
pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan menekan populasi hama
(terutama pada TBM). Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor
menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja
bergerak dari sisi collection road sampai dengan pasar tengah blok, yang
kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong. Kegiatan semprot
gawangan menggunakan alat RB - 15 yang besar volume semprot
berdasarkan ukuran nozzle. Sasaran kerja dari semprot gawangan adalah
semua tumbuhan (gulma berdaun lebar) di gawangan yang berpotensi
menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas
pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephrolephis
biserrata, Turnera subulata dan Casia cubanensis.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot gawangan ini adalah
tingkat kematian gulma di atas 90 % dan hasil semprotan merata sesuai

15
sasaran. Prestasi kerja standar karyawan 2.5 ha/HK. Kendala yang terjadi
selama semprot gawangan adalah keteraturan dalam dosis herbisida,
prestasi kerja karyawan yang sebenarnya masih dapat ditingkatkan, kegiatan
tertunda akibat turunnya hujan, kerusakan alat semprot dan rusaknya unit
angkut tangki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot
gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan
sensus produksi, serta kondisi lapangan yang bergelombang. Apabila
terdapat kendala seperti hujan, maka mandor semprot gawangan akan
mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan
pengendalian gulma manual.
Pengendalian gulma secara manual. Pada kebun Dolok Ilir
pengendalian gulma secara manual terdiri dari rawat piringan manual,
gawangan manual dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah
membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman, piringan dan
gawangan.
Kegiatan pengendalian gulma secara manual dimulai dari pencabutan
gulma di sekitar tanaman yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di
batang, kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan dan
menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama
dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan
pasar pikul dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel
jika ditemukan anak kayu dan kentosan dengan menggunakan alat cados
untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah
sampai collection road berikutnya, pekerja memulai dari depan pasar pikul
berikutnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan,
Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata. Prestasi kerja standar
karyawan adalah 1 ha/HK.

Pengelolaan Tajuk
Penunasan. Tujuan penunasan yang paling utama adalah untuk
mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak).
Di samping itu, tujuan dari kegiatan ini adalah menghindari tersangkutnya
brondolan di ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami,
menjaga kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak
sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit dan untuk memperindah
kondisi lapangan. Penunasan dilakukan 9 bulan sekali dengan
memperhatikan jumlah pelepah yang harus tinggal di pokok. Tanaman
dengan umur 3 tahun sudah dilakukan penunasan yang biasanya menyisakan
3 pelepah dibawah buah kelapa sawit atau sering disebut dengan songgoh 3.
Aplikasi penunasan dengan songgoh 3 dilakukan hingga umur tanaman
mencapai 5 tahun. Pada tanaman yang berumur 6-10 tahun menggunakan
songgoh 2, dan tanaman yang berumur 11 dan seterusnya menggunakan
songgoh 1. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan produksi buah
yang maksimum, sehingga harus dihindari terjadinya over prunning. Over
prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara

16
berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Kegiatan
penunasan dapat dilihat pada Gambar 2.

a

b

Gambar 2 Kegiatan penunasan; (a) Aplikasi penunasan, (b) Pokok
yang telah mengalami penunasan
Aplikasi dalam kegiatan penunasan ini terdiri dari pemotongan,
pembersihan gulma yang menempel di batang sekaligus membersihkan
piringan dan penyusunan pelepah yang berjarak 2 m dari batang. Dalam
kegiatan penunasan, 1 orang karyawan diharuskan membawa 2 orang
pembantu (kenek). Dua orang pembantu ini terdiri atas 1 orang perempuan
dan 1 orang lak-laki yang masing-masing bertugas sebagai pembersihan
gulma sekaligus piringan dan sebagai penyusun pelepah yang di potong.
Alat yang digunakan yaitu egrek, cakar untuk membersihkan piringan dan
parang untuk memotong pelepah menjadi 2 bagian sehingga memudahkan
penyusunan di gawangan mati.
Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini dilihat berdasarkan
umur tanaman. Dimulai dari tanaman yang berumur 3 tahun adalah 70
pokok/orang. kemudian semakin tua umur tanaman, maka basisnya pun
akan menurun. Hal ini disebabkan dari tingkat kesulitan yang dialami oleh
karyawan. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 140 pokok/orang,
sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 40 pokok, sebab
kegiatan ini memerlukan tenaga dan pengalaman. Kendala yang dihadapi
adalah jika terjadi penunasan di lahan yang berteras. Hal ini akan
mempersulit tenaga kerja karena memerlukan tenaga yang lebih
dibandingkan dengan lahan rata.
Kastrasi. Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga pada tanaman
kelapa sawit yang akan dilakukan pemanenan pertama. Menurut Padamean
(2011), kastrasi merupakan pekerjaan membuang bunga kelapa sawit baik
jantan maupun betina, pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan
tersebut dimulai sejak tanaman berumur 14 bulan dan berlangsung 10 – 12
bulan atau enam bulan sebelum panen.
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menunjang pertumbuhan diameter
batang kelapa sawit menjadi besar dan mempengaruhi produksi buah pada

17
panen pertama. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi yaitu chisel
dan dodos kecil yang berukuran ±8 cm. Gambar alat kastrasi yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.

a

b

Gambar 3 Peralatan kastrasi; (a) Dodos kastrasi dan (b) Chisel
Aplikasi kegiatan kastrasi dimulai dari persiapan alat dengan
memastikan semua alat terpasang dengan baik. Semua bunga jantan dan
betina dipotong menggunakan chisel dan jika sulit digunakan dodos sebagai
alat potongnya, kemudian dikeluarkan dari ketiak daun dan dibuang ke
gawangan. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 3 ha/orang,
sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 0.5 ha. Kegiatan
kastrasi dapat dilihat pada Gambar 4.

a

b

Gambar 4 Kegiatan kastrasi; (a) Hasil kastrasi, (b) Bunga kastrasi

Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna
menunjang pertumbuhan untuk mencapai produksi yang optimal serta
ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dua kali
setahun atau tiga kali setahun. Aplikasi pemupukan dua kali setahun
dilakukan pada bulan Januari-April dan 6 bulan setelah aplikasi pertama,
sedangkan aplikasi tiga kali setahun dilakukan pada bulan Januari-Februari,
April-Mei dan Agustus-September. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
frekuensi curah hujan yang sangat mendukung kegiatan pemupukan. Waktu
pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat efektivitas tenaga kerja dan
efektivitas penyerapan hara oleh tanaman yang lebih baik pada pagi hari.
Pemupukan sedapat mungkin dilaksanakan blok per blok, artinya
dalam satu blok diusahakan semua jenis pupuk harus sudah selesai

18
diaplikasikan kemudian pindah ke blok berikutnya. Pelaksanaan pemupukan
lebih di prioritaskan pada blok-blok dengan 3 kali aplikasi. Pada saat curah
hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus
mempertimbangkan frekuensi curah hujan dengan ketentuan: (a). pupuk
harus dihentikan apabila 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan, (b).
pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan
degan curah hujan 25-50 mm atau 1 hari hujan dengan curah hujan 50-80
mm. Dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut setelah hujan tersebut,
pemupukan dapat terus dilaksanakan, tetapi apabila curah hujan > 80 mm
maka pemupukan dilaksanakan 2 hari kemudian, (c). hubungan antara
waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan curah hujan, dipedomani sebagai
berikut: untuk urea, segera hentikan apabila tidak ada hujan dalam 3 hari
berturut-turut. Untuk KCl dan kieserite pemupukan segera dihentikan
apabila tidak ada hujan dalam 7 hari berturut-turut. Untuk RP (Rock
Phosphat) dan dolomite dapat diaplikasi karena tidak ada resiko terjadi
penguapan.
Pemupukan dilakukan secara manual dengan cara di tabur merata dari
pangkal tanaman sampai ke ujung pelepah agar penyerapan maksimum.
Aplikasi pemupukan dilakukan setelah penyiangan gulma pada piringan,
dengan demikian harus direncanakan dengan baik jadwal penyiangan gulma
dengan pemupukannya. Tahapan pelaksanaan pemupukan antara lain: 1).
Dilakukan pengeceran di gudang pupuk dengan jatah 15 kg/karung. 2).
Pengambilan pupuk dari gudang dan diangkut ke lahan dengan
menggunakan truck yang diawasi oleh mandor dan centeng. 3). Pupuk
diecer 1-2 karung per gawangan atau beberapa karung sesuai dengan jumlah
pokok tiap baris. 4). Dua orang karyawan yang telah ditunjuk oleh mandor
bertugas untuk melangsir pupuk ke gawangan agar pemupuk tidak jauh lagi
mengambil pupuk. 5). Setiap gawangan dipupuk oleh satu orang dan
masing-masing mendapat satu baris tanaman. 6). Pupuk ditabur secara
merata di piringan (tidak dalam berbentuk gumpalan) dari pangkal batang.
7). Pemupukan biasanya dilakukan pada pagi hari mulai dari wilayah
dengan topografi yang sulit.
Norma kerja yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah 400-450
kg/orang yang tergantung pada jenis pupuk, dosis/pokok, serta topografi
lahan. Kendala yang dihadapi pada pemupukan tidak adanya kejujuran
karyawan mulai dari pengecer dan penabur pupuk dalam aplikasi yang
mengakibatkan sering terjadinya kehilangan pupuk yang disebabkan
karyawan. Ketidakjujuran karyawan penebar pupuk menyebabkan
dosis/pokok tidak merata dan adanya beberapa pokok yang tidak mendapat
pupuk atau mendapat dosis sedikit. Gambar kegiatan pemupukan dapat
dilihat pada Gambar 5.

19

a

b

Gambar 5 Kegiatan pemupukan; (a) Aplikasi pemupukan, (b) Hasil aplikasi
Kegiatan pemupukan yang diikuti penulis adalah pemupukan KCl dan
urea dengan dosis masing-masing per pokok yaitu 1.5 kg/pokok dan 1.3
kg/pokok. Prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan 400 kg/orang atau
tergantung dari berapa ton pupuk yang telah diambil oleh asisten dari
gudang. Prestasi kerja yang didapat oleh penulis hanya mencapai 15 kg.
Kegiatan pemupukan ini harus diawasi secara ekstra ketat karena sering
terjadi kehilangan pupuk di lahan.

Pemanenan
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah
matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan
di luar piringan, selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan
hasil (Risza, 1994). Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit
akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan
pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang
berkualitas (Fauzi et al, 2008).
Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan
produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen,
peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan
areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007)
menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan
pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen,
sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan
kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain.
Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pemanenan kelapa sawit harus
dikelola dengan baik. Tugas seorang pemanen yaitu memotong buah yang
matang dari pokok, mengutip berondolan dan mengumpulkannya ke TPH
sebanyak mungkin dengan tetap memelihara dan menjaga keadaan tanaman
yang dipanen.

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di kebun Dolok Ilir
adalah sistem Block Harvesting System, yaitu sistem panen yang
penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu
seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah

20
ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen
dengan hanca giring. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal
yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah
baris atau gawangan). Hanca giring adalah pemanen diberikan hanca per
baris tanaman dan digiring bersama-sama pada hanca yang sama pada rotasi
berikutnya. Sistem masuk hanca dapat dilihat pada Gambar 6.

1

2

Pasar tengah
Gambar 6 Sistem masuk hanca

3

TPH

Kebun Dolok Ilir menggunakan sistem panen hanca giring. Pada
sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses
pengangkutan dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat
buah tinggal. Adapun kelebihan hanca giring ini adalah : mudah dalam
pembagian hanca harian, pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja
yang melakukan kesalahan dapat dengan mudah dilakukan, mandor aktif
melakukan pengawasan dan distribusi buah cukup teratur karena umumnya
dimulai pada seksi yang sama. Kekurangan dari sistem hanca ini adalah
sulit dikontrol dan areal kurang bersih.
Dari sistem panen yang ada di atas, setiap karyawan masuk secara
bersamaan ke dalam hanca yang telah ditentukan oleh mandor panen setiap
hari pada saat check roll. Setiap karyawan yang telah menyelesaikan panen
pada hanca sebelumnya yang tetap di kontrol oleh mandor panen. Penerapan
sistem ini sangat baik untuk meningkatkan produktivitas akan tetapi
membutuhkan kerja keras mandor panen karena membutuhkan pengawasan
panen yang lebih efektif.
Berikut beberapa hal yang selalu menjadi perhatian dalam
pelaksanaan Block Harvesting System.
1. Penyelesaian hanca panen harus blok per blok secara menyambung
kearah Collection Road atau searah dengan Main Road (timur – barat
atau sebaliknya).
2. Seluruh mandoran panen dalam divisi harus melakukan potong buah
pada seksi yang sama pada setiap harinya.
3. Dalam satu hari diupayakan 1 seksi selesai pada hari itu juga.
4. Tata batas hanca pemanen dan mandoran harus jelas.
5. Kegiatan panen dan pengutipan brondolan harus dimulai dan diakhiri
dengan arah yang sama.
Persiapan panen. Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap
pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan
mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan
penetapan luas hanca kerja per mandoran. Persiapan panen merupakan

21
penyiapan areal yang akan di panen. Persiapan panen berkaitan dengan
penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan. Kegiatan awal
lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu
jalan, karena jalan merupakan faktor penunjang yang penting dalam
pengangkutan hasil dari kebun ke PKS. Akses jalan yang perlu disiapkan
untuk proses panen antara lain jalan penghubung (jalan utama), jalan
produksi, pasar pikul, piringan, gawangan tanaman, pemasangan titi panen,
pemeliharaan jalan dan pemeliharaan tempat penampungan hasil (Sunarko,
2009).
Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen.
Persiapan yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Kegiatan
persiapan panen yang dilakukan pada kebun Dolok Ilir meliputi : tanaman
telah berumur 30 bulan, 60 % pohon telah menghasilkan tandan matang
panen, berat TBS rata-rata ≥ 3 kg, penentuan kebutuhan tenaga kerja,
penetapan luas hanca kerja pemanen, peralatan panen (egrek, tojok, gancu,
dodos dan kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke
pabrik, sarana panen (pasar pikul, piringan, dan gawangan tanaman),
pemeliharaan jalan dan pemeliharaan TPH.
Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah parameter
yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah layak
panen atau belum. Tujuan utamanya adalah memotong semua janjang yang
matang panen dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalisasi
perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak
yang diolah.
Ketentuan yang digunakan oleh Kebun Dolok Ilir untuk menentukan
apakah buah sudah layak panen adalah ditentukan oleh buah yang
memberondol (lepas) dari tandan sebanyak 5 brondolan per tandan dan
tandan yang dipanen masuk fraksi panen 2 dan 3. Derajat kematangan buah
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Derajat kematangan buah (Fraksi)
Fraksi
Keterangan
Brondolan
0
Mentah
< 1 brondolan/kg TBS
1
Kurang Matang
12.5 - 25.5 % buah luar
2
Matang 1
25 - 50 % buah luar
3
Matang 2
50 - 75 % buah luar
4
Lewat matang
75 - 100 % buah luar
5
Lewat matang
Buah bagian dalam ikut memberondol
Sumber : Kebun Dolok Ilir (April 2012)
Bila di pokok dijumpai tandan yang membrondol