30
e. Kegunaan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT f. Penetapan nilai Pajak Bumi dan Bangunan
g. Jangka waktu pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan h. Pembayaran denda
i. Hak dan kewajiban wajib pajak Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan sering dikaitkan
dengan kerelaan dan kepatuhan dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, terutama pada hal sebagai berikut :
a. Pengetahuan masyarakat, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan akan pentingnya membayar pajak semakin mudah untuk menyadarkan Wajib Pajak, terutama mengenai
hubungan antara biaya dan manfaat dari setiap aktivitas pemerintah. b. Tingkat pendidikan, hal ini diperlukan dalam pemahaman pajak dan pengisian formulir
pajak yang terkadang rumit bagi masyarakat. c. Sistem yang berlaku, terutama pada sistem pajak yang adil dan sistem administrasi yang
mudah dan sederhana.
1.5.3.2 Definisi Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1995 : 1013, istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Artinya untuk dapat melaksanakan kepatuhan seseorang
harus mengerti dan memahami adanya hukuman norma yang berlaku menyangkut suatu tindakan
yang akan dilakukan.
Pengertian kepatuhan menurut Gunadi 2005 : 4
Universitas Sumatera Utara
31
Kepatuhan pajak dalam hal ini diartikan bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan
pemeriksaan, investigasi sesama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Menurut Tjahjono 2006 : 29 Kepatuhan wajib pajak adalah perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut Nurmantu 2003 : 148
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kriteria wajib pajak patuh berdasarkan perpajakan adalah sebagai berikut : a. Tepat waktu dalam menyampikan Surat Pemberitahuan Pajak SPT untuk semua jenis
pajak dalam dua tahun terakhir. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh
izin untuk mengawasi atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan
dalam jangka waktu 10 tahun. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan adalah perilakutingkah laku wajib pajak untuk melaksanakan hak perpajakannya dan memenuhi kewajiban perpajakannya seperti mengisi
secara benar surat pemberitahuan objek pajak SPOP, membayar pajak tepat pada waktunya
Universitas Sumatera Utara
32
tanpa ada tindakan pemaksaan, dan memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
1.5.3.3 Iklim Perpajakan
Walaupun organisasi perpajakan sudah dilengkapi dengan dua fungsi utamanya, yaitu fungsi verifikasipemeriksaan the audit fuction dan fungsi pemungutanpenagihan pajak the
collection fuction, satu hal yang dapat dipastikan bahwa kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang
menyangkut metode pemungutan, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, akan tetapi
tergantung pada kemauan willingness wajib pajak, sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pada dasarnya tidak satu pun dari verifikasi atau metode teknis lainnya dapat diperluas sampai mencapai jumlah wajib pajak yang cukup, agar diperoleh efek langsung yang
berpengaruh terhadap penerimaan pajak atau menjamin tercapainya kepatuhan membayar pajak yang cukup tinggi. Prosedur teknik tersebut memang berperan dalam mengurangi penyeludupan
pajak, akan tetapi yang diharapkan adalah agar prosedur tersebut dapat membantu pembentukan akal sehat para wajib pajak yang pada ajhirnya akan menghasilkan kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan para wajib pajak. Menurut pengamatan Norman D. Nowak, peningkatan penerimaan pajak akibat verifikasi
aparat perpajakan, aktivitas para ahli hukum, para akuntan serta tekisi lainnya dan keputusan peradilan pajak, biasanya hanya merupakan tiga sampai lima persen dari seluruh penerimaan
pajak, sedang sisanya sebesar sembilan puluh lima persen adalah hasil dari penerimaan iklim
Universitas Sumatera Utara
33
perpajakan. Misi utama dari intansi pajak adalah menciptakan dan mengembangkan ilim perpajakan yang bercirikan :
- Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
- Mengisi formulir pajak dengan tepat. - Menghitung pajak dengan jumlah yang besar.
- Membayar pajak tepat waktu. Beberapa faktor yang penting yang dapat mempengaruhi pengembangan “state of mind”
tersebut tergantung antara lain kemampuan untuk meyakinkan para wajib pajak tentang tiga hal, yaitu :
1. Kepercayaan yang penuh dari para wajib pajak bahwa pemerintah bersikap adil dan masuk akal dalam hal pembebanan pajak terhadap setiap wajib pajak atau dengan
perkataan lain para wajib pajak yakin bahwa pajak tersebut diadministrasikan secara efektif, sehingga tidak dirasakan oleh para wajib pajak adanya diskriminasi pajak dan
adanya keadilan dalam menanggung beban pajak. 2. Respek para wajib pajak terhadap pemerintah akan kemampuan dan kemauan baik dari
pemrintah untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan tidak memihak. Agaknya, yang paling merusak moral wajib pajak apabila wajib
pajak mengetahui bahwa wajib pajak lainnya tidak mematuhi dan membayar pajak sesuai dengan beban yang harus dipikulnya. Dalam hal ini administrator pajak harus bersikap
tegas terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kebenaran tindakan atau perbuatan para wajib pajak.
Universitas Sumatera Utara
34
3. Suatu kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh para wajib pajak, bahwa mereka juga memperoleh manfaat atau keuntungan dari hasil pembayaran pajak seperti misalnya
jalan yang baik, sekolah yang cukup, rumah sakit yang memadai, keamanan, dan sebagainya.
Beberapa pendekatan penting lainnya dalam rangka penciptaan iklim perpajakan yang sehat tersebut, yang dapat dilakukan oleh instansi pajak dan merupakan tanggung jawabnya
untuk dikembangkan, adalah :
1. Sistem perpajakan yang adil
Pada dasarnya hampir semua orang berakhlak bermoral dan membayar pajak bukanlah merupakan tindakan yang sederhana, tetapi terdapat banyak hal yang bersifat
emosional, yang dipengaruhi oleh akhlak tersebut. Meskipun kebanyakan orang mengeluh mengenai pajak yang dibayarkan, namun ada juga beberapa dari mereka bangga melakukan
pembayaran pajakanya. Apabila semua masyarakat membayar pajak sesuai kemampuannya dan bahwa setiap orang akan mempunyai tempat dan perlakuan yang sama apabila mereka
memenuhi kewajibannya, namun satu hal yang tetap menjadi masalah besar adalah menyangkut “ berapa besarnya” jumlah pajak tersebut untuk dapat dianggap sebagai
penerimaan yang adil.
Apabila selanjutnya diinginkan pembebanan yang adil dan sekaligus peningkatan penerimaan negara dari sektor perpajakan, satu-satunya tarif yang dianggap adil adalah
diterapkannya tarif progresif, adanya pengurangan berbentuk penghasilan tidak kena pajak yang wajar serta beberapa pengurangan lainnya atas pengeluaran pribadi dengan catatan
penerapan tarif progresif yang tinggi karena pertimbangan keadilan, dapat mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
35
kemunduran yang berarti dalam tingkat tabungan, investasi dan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan pula penyeludupan pajak.
Tanpa dapat menyakinkan para wajib pajak bahwa adanya keadilan dalm sistem perpajakan dan bahwa para wajib pajak membayar pajak sesuai dengan porsinya menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maka tidaklah banyak yang dapat diperbuat oleh administrator pajak untuk mengurangi penyeludupan pajak. Jumlah utang
pajak yang diseludupkan oleh orang kaya dan berkuasa apabila mereka benar-benar melakukan penyeludupan pajak, akan merupakan lisensi bagi wajib pajak lainnya untuk
menyeludupkan pajak dan kecenderungan penurunan penerimaan pajak akibat penyeludupan pajak tersebut akan berlipat ganda. Hal ini berarti pula bahwa kepercayaan wajib pajak
terhadap pemerintah dan sistem perpajakan yang adil telah hilang.
2. Sanksi administrasi dan pidana.
Wajib pajak merasa takut akan ancaman hukuman dalam hal ini diketahui oleh instansi pajak bahwa dia melakukan penyeludupan pajak. Berkenaan dengan hal ini,
beberapa administrator pajak berpendapat bahwa sesungguhnya tidak diperlukan suatu tindakan apapun, apabila dengan rasa takut dan ancaman hukuman saja wajib pajak sudah
akan mematuhi kewajibannya namun hal ini sangat tergantung kepada kebudayaan masing- masing negara dan merupakan persoalan negara yang bersangkutan untuk memutuskan mana
yang terbaik untuk negaranya. Penduduk diberbagai bagian di dunia ini merasa takut akan ancaman hukuman yang
berbeda-beda, tetapi pada umumnya para wajib pajk cenderung tidak takut akan ketetapan pajak berserta sanksi administrasinya, tetapi lebih takut akan ancaman sanksi pidananya
Universitas Sumatera Utara
36
berupa hukuman kurungan atau penjara. Ketakutan mendekam enam bulan atau setahun atau mungkin lebih lama dalam penjara akan membuat wajib pajak yang paling tidak patuh akan
takut untuk melakukan kecurangan. Sesungguhnya bagi negara yang memenjarakan hanya satu atau dua wajib pajak saja setiap tahunnya karena melakukan penyeludupan pajak akan
memperoleh hasil yang sama dengan negara yang memenjarakan lebih banyak lagi, seperti di Amerika Serikat yang mempunyai reputasi memenjarakan sekitar empat puluh wajib pajak
setahun dari sejumlah puluhan juta Surat Pemberitahuan yang diisi dan dilaporkan wajib pajak.
Dapat disimpulkan, bahwa perasaan takut akan tertangkap dan dipenjarakan akibat penyeludupan pajak merupakan alat pencegah yang ampuh untuk mengurangi penyeludupan
pajak. Apabila timbul perasaan tidak berbuat kesalahan dalam kaitannya dengan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sudah berkembang dikalanagn para
wajib pajak, hal ini berarti jalan menuju kepada kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sudah terbuka.
3. Pelayanan dan bantuan terhadap wajib pajak.
Para petugas pada instansi pajak, hendaknya dilatih untuk memahami bahwa para wajib pajak bukanlah merupakan lawan akan tetapi lebih merupakan anggota msyarakat yang
perlu ditolong dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakannya atau dengan perkataan lain,
rasa hormat-menghormati dan respek hendaknya munculnya dari kedua belah pihak.
Dari sudut pandangan lain, hal ini mempunyai nilai tmbah untuk tidak membiarkan adany dalih bagi pembayar pajak untuk tidak membayar pajak. Hal ini berarti pula bahwa
tidaklah cukup kalau hanya meminta kepada pembayar pajak agar mematuhi ketentuan
Universitas Sumatera Utara
37
peraturan perundang-undangan perpajakan, akan tetapi sesungguhnya instansi pajak pun bertanggung jawab atas segala pemberian informasi yang diperlukan dan petugas pajak harus
siap setiap saat untuk membantu para pembayar pajak mengisi Surat Pemberitahuan dan lain-lain yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan. Hendaknya informasi
mengenai masalah-masalah perpajakan secara teratur diberikan oleh surat kabar, majalah radio, televisi, dan media elektronik lainnya. Pada masa pengisian Surat Pemberitahuan,
dibentuk pula unit-unit khusus yang bertugas memberikan informasi dan bantuan lainnya kepada para pembayar pajak yang memerlukannya. Formulir pajak haruslah selalu tersedia
apabila diminta oleh pembayar pajak dan hendaknya sesederhana mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa harus dikembangkan keyakinan para pembayar pajak, bahwa instansi
pajak dengan para petugas kan selalu menjadikan pekerjaan atau tindakan memenuhi kewajiban perpajakan, semudah dan sesederhana mungkin.
4. Reputasi petugas pajak.
Pada keempat ini secara logika mengikuti langkah-langkah yang diambil terdahulu, yaitu para petugas pajak hendaknyamemiliki sebagai tujuannya “mencapai reputasi yang baik
sepanjang yang menyangkut kecakapana teknis, efisien dan efektif dalam hal kecepatan, tepat dan keputusan yang adil. “ Tujuan ini cukup jelas dan sederhana dan bukannlah hanya
merupakan sekedar basa-basi terhadap suatu prinsip, tetapi sedemikianlah seharusnya. Namun sangat disayangkan bahwa dalam praktiknya hal tersebut sering seklai diabaikan.
Pembayar pajak harus respek terhadap instansi pajak dan hal ini berartu bahwa petugas pajak harus pula respek terhadap pembayar pajak. Petugas pajak yang berhubungan dengan
masyarakat pajak haruslah berkaliber tinggi, terlatih baik, digaji baik dan bermoral tinggi. Masyarakat pembayar pajak menggangap para petugas pajak sebagai golongan elite,
Universitas Sumatera Utara
38
kelompok non politik yang setiap saat akan membantunya pada saat diperlukan serta tidak mengelabuinya. Hal ini berarti pula bahwa keputusan instansi pajak betul-betul tidak dapat
diubah oleh karena ditelpon atau surat politis. Bagaimana pun juga semua petugas pajak hendaknya menyadari bahwa semua
tindakan yang dilakukannya serta sikapnya terhadap pembayar pajak dalam rangka pelaksanaan tugasnya, mempunyai pengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat
akan sistem perpajakan secara keseluruhan. Tindakan yang dilakukan para petugas pajak serta sikapnya dalam menghadapi para pembayar pajak, dalam banyak hal melibatkan
“Kontak pribadi yang memerlukan keahlian tersendiri dalam cara-cara pendekatannya, karena antara petugas pajak dan pembayar pajak mempunyai kepentingan yang bertentangan
satu sama lainnya. Mengenai kontak pribadi ini, Internal Revenue Service di Amerika Serikat pernah mengeluarkan pedoman yang berkenaan dengan masalah hubungan perpajakan
Taxpayer relation, antara lain sebagai berikut : Goodwill dan respek pembayar pajak dapat ditumbuhkan dengan cara-cara sebagai
berikut : Para petugas pajak pemeriksa pajak hendaknya bersikap positif dalam usahanya untuk mengembangkan hubungan yang baik dan menyenangkan dengan para
pembayar pajak. Kadang-kadang pembayar pajak dengan segala permasalahannya tersebut kelihatannya sangat sulit diatasi, apabila dibandingkan dengan keadaan yang
sebenarya. Menempatkan diri anda dalam kedudukan seperti mereka akan sangat membantu memahami mereka dan mempelajari reaksinya.
Kesan pertama mengenai pembayar pajak tidak selalu mewakili kepribadiaanya. Tingkah laku seseorang yang bertindak dibawah tekanan-tekanan dan hal-hal yang tidak
menguntungkan akibat kurang informasi dan salah informasi, kadang-kadang belum
Universitas Sumatera Utara
39
merupakan cirinya yang khas. Harus dihindari upaya mengklasifikasikan seseorang secara dogmatis.
Kesan pertama pembayar pajak terhadap petugas pajak dan prosedur yang berlaku sukar ditebak. Kerap kali kontak pertamanya dengan instansi pajak melalui pemeriksaan pajak,
karena itu adalah penting untuk mengusahakan agar para pembayar pajak jangan mempunyai kesan yang kurang baik dan kurang menyenangkan ada saat kontak pertama
dilakukan. Jangan membuat janji-janji yang tidak mungkin dapat dipenuhi. Setiap usaha yang
tampaknya akan membantu jangan melupakan lisensi ayng akan menyerumuskan lebih sulit ditangani dibandingkan dengan pembayar pajak lainnya, namun harus diusahakan
untuk tidak menunjukkan kemarahan, sebab kemarahan selalu dianggap sebagai kelemahan petugas. Hal ini tidak akan mempercepat penyelesaian masalah dan justru
menunda penyelesaian. Istilah-istilah bagi seseorang merupakan bahasa tersendiri terhadap oarng lain.
Mengansumsikan pembayar pajak paham dan kenal dengan istilah-isttilah teknis perpajakan akan menghasilkan sesuatu yang membingungkan dan ketidak puasan bagi
pembayar pajak. Selanjutnya diketahui pula, bahwa produktivitas administrasi perpajakan sangat
tergantung kepada aparat perpajakan dan untuk ini paling sedikit diperlukan lima kebijakan dasar kepegawaian sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh petugas yang cakap, mereka harus dibayar dengan baik. 2. Agar mereka dapat melakukan tugasnya sistem perpajakan harus diorganisasikan dengan
baik.
Universitas Sumatera Utara
40
3. Petugas harus memperoleh pelatihan training yang memadai yang diperlukan untuk mengembangkan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan.
4. Para petugas senior harus memahami apa yang menjadi sasarannya dan merasa bebas untuk mencapainya dengan cara apapun sepanjang kebudayaan dan sistemnya
mengizinkan. 5. Akhirnya, agar mereka dapat melaksanakan tugasnya, kesulitan-kesulitan, pembatasan-
pembatasan dan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, harus dihilangkan
5. Progam infromasi
Baik program jangka pendek maupun program jangka panjang memerlukan dukungan program infromasi yang tersebar luas yang meliputi antara lain :
a. Apa yang diperoleh pembayar pajak dari uang pajaknya. b. Peranannya sebagai pembayar pajak dalam pembangunan.
c. Pendidikan bagi anak-anak usia muda disekolah-sekolah tentang perlunya pajak d. Semua tindakan penerangan lainnya yang perlu untuk meletakkan dasar-dasar bagi
diterima pajak sebagai suatu keharusan dimasa sekarang dan masa mendatang. Dalam rangka mengembangkan iklim perpajakan yang sehat, pada hakikat lebih
muda dimulai dengan anak-anak usia muda, karena pada umumnya perubahan mental dari para pembayar pajak yang lebih tua agak sedikit lebih sukar, akibat situasi dan kondisi masa
lalu. Hal yang terpenting lainnya bagaimana menyakinkan masyarakat bahwa pajak merupakan sumber utama dari pembiayaan pemerintah yang sangat berperan dalam
Universitas Sumatera Utara
41
kelangsungan hidup bernegara. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting dari rencana jangka panjang, tentunya tidaklah berarti bahwa program informasi tidak diperlukan dalam
rencana jangka pendek.
6. Data-data kepatuhan mengenai kewajiban perpajakan.
Pada umumnya ukuran efektivitas suatu administrasi perpajakan diukur dari tinggi rendahnya tingkat penyeludupan pajak, baik secara keseluruhan berjenis pajak. Walaupun
pengalaman para petugas pajak telah meningkatkan kemampuan profersionalnya, pengukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan dengan metode yang lebih objektif
masih dianggap perlu seperti halnya pengukuran-pengukuran yang dilakukan dilapangan. Tetapi sayangnya hanya sebagian kecil saja dari negara-negara didunia yang melakukan
penelitian yang lebih luas dan tepat tentang penyeludupan pajak tersebut. Hal ini memang tidaklah mudah dilaksanakan, namun demikian hendaklah diperhatikan bahwa tanpa adanya
data tentang penyeludupan pajak atau data tentang tingkat kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan, instansi pajak tidak mempunyai dasar yang kokoh untuk perencanaan yang
efektif. 1.5.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan
Berkaitan dengan masalah pembayaran pajak bumi dan bangunan, maka dalam memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran dan kepatuhan tersebut perlu lebih
dikaitkan dengan gambaran kehidupan suatu masyarakat yang beraneka ragam. Keanekaragaman itu berhubungan dengan faktor golongan sosial, politik atau ekonomi, serta tingkat pendidikan,
sifat dan bentuk pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian seperti yang dinyatakan oleh
Universitas Sumatera Utara
42
Satjipto, Rahardja Wiwoho, 1990 : 91 bahwa tinggi rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan sesungguhnya bersumber pada sifat
keanekaragaman wajib pajak itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak bumi
dan bangunan antara lain sebagai berikut : 1. Struktur Sosial Masyarakat
Lingkungan dan budaya yang berkaitan dengan mentalitas masyarakat. Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang tujuan adanya pajak bumi
dan bangunan Kehidupan ekonomi masyarakat, apakah ia mampu atau tidak untuk membayar pajak
bumi dan bangunan Soekanto, 1996 : 21 2. Sikap petugas dalam menagih pajak bumi dan bangunan
Cara petugas bersikap dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat akan kewajibannya dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
Usaha yang dilakukan petugas agar wajib pajak dapat menerima penjelasan tugasnya dalam menagih pajak bumi dan bangunan Wiwoho, 1990 : 127
3. Pelayanan Pemerintah Usaha pemerintah dalam mensosialisasikan pajak bumi dan bangunan
Insentif pembayaran pajak, berupa pelayanan pemerintah yang lebih baik. Keadilan perlakuan bagi wajib pajak, disesuaikan dengan kemampuan membayar
dari masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
43
4. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak Adanya aspek kemudahan dalam memahami peraturan dan pengisian formulir pajak
bumi dan bangunan. Proses pembayaran pajak bumi dan bangunan yang mudah diikuti wajib pajak.
5. Sanksi Pengetahuan wajib pajak tentang sanksi yang diterima apabila tidak melunasi pajak
terutang sampai batas jatuh tempo yang telah ditentukan, Penerapan sanksi secara tegas dan adil Mardiasmo, 2002 : 39.
I .6 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu
sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian events yang berkaitan dengan yang
lainnya. Singarimbun, 1995:33 Oleh karena itu untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat
menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut:
a Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan yang hasil
Universitas Sumatera Utara
44
penerimaannya ditujukan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan dengan letak objek pajak.
c Kesadaran dan Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan adalah perilakutingkah laku wajib pajak untuk melaksanakan hak perpajakannya dan memenuhi
kewajiban perpajakannya seperti mengisi secara benar surat pemberitahuan objek pajak SPOP, membayar pajak tepat pada waktunya tanpa ada tindakan pemaksaan, dan
memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan antara lain sebagai berikut :
1. Struktur Sosial Masyarakat 2. Sikap petugas dalam menagih pajak bumi dan bangunan
3. Pelayanan Pemerintah 4. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak
5. Sanksi
Universitas Sumatera Utara
45
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Dalam sebuah proses penelitian, metodologi penelitian sangatlah dibutuhkan agar dapat menemukan, mengolah maupun memperoleh data yang akurat sehubungan dengan penelitian
tersebut. Dengan adanya data yang akurat, maka proses pencapaian hasil penelitian semakin baik sebab peneliti menggunakan data sebagai sumber acuannya.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Menurut Hamidi 2005 : 14, penelitian kualitatif lebih menggunakan
perpektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para responden dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa, pandangan para responden.
Danim 2002 : 41 memberikan beberapa cirri dominan dari penelitian deskriptif yaitu : 1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat factual. Adakalanya
penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, atau membuat
ramalan; 2. Dilakukan secara survei. Oleh karena itu, penelitian deskriptif sering disebut juga sebagai
penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan eksperimental;
3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail;
Universitas Sumatera Utara