Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kelurahan Tanjung Sari Kota Medan
LAPORAN TUGAS AKHIR
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN TANJUNG SARI KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : NOVA KIKI ANDRIYANI NIM : 072600010
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN
HALAMAN PERSETUJUAN
OLEH :
NAMA : NOVA KIKI ANDRIYANI
NIM : 072600010
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN JUDUL : TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN TANJUNG SARI KOTA MEDAN
Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan
Administrasi Perpajakan
Drs. M.H.Thamrin Nst, M.Si Tety Marlina Tarigan,SH.M.Kn NIP : 196401081991021001 NIP : 197701272009072002
H. Panjaitan
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
NIP : 196207031987111001 Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan didepan Panitia Penguji Program Studi Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Hari : Tanggal :
Pukul :
TIM MAJELIS PENGUJI
1. Ketua : ( )
NIP :
2. Anggota : ( )
(4)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang dapat bermanfaat dalam penulisan -penulisan yang lain pada masa yang akan datang.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, baik secara moril dan materil dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, terutama sekali kepada :
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Tety Marlina Tarigan, SH. M. Kn, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dengan penuh kesabaran dan nasehatnya dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.
(5)
4. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP, selaku sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan penulisan berbagai disiplin ilmu mulai tingkat pertama hingga laporan ini selesai.
6. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang selalu membantu penulis.
7. Bapak Drs. H. Panjaitan, selaku supervisor lapangan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan Praktik Lapangan Mandiri ini serta memberikan data-data mengenai pajak restoran.
8. Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Nurman dan Ibunda Ernawatiatas doa, dukungan, dan bantuan baik secara moril dan materil serta pengorbanan yang tak terhingga, yang telah diberikan kepada penulis. 9. Sahabat-sahabatku tercinta. Lisa (litok), Tatha (bundha thatotok), Rama
(mamodh ci tante), Indah (mami rangga) dan Sinar (cicin). Hehehe... Thank’s ya sist, akhirnya selesai juga.
10. Buat my lovely Irwansyah Harahap yang selalu bisa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
11. Teman-teman kelas A ‘07. Bayu, Hari, Surya (uya), Fadly, Agung, Heru, Eflin, Santa, Ratih, Nola, Lely, Naily, Joel, Made, Mega, Singgih, Sabrina, Fitri, Manto dan untuk semuanya yang tidak dapat disebutkan penulis satu-persatu. 12. Kepada para senior yang telah banyak membantu penulis.
(6)
Laporan Akhir ini sudah selesai, namun penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan di dalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua sebagai wacana dalam memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Kiranya Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga sukses dalam menggapai cita-cita yang diinginkan. Amin.
Medan, Juni 2010 Nova Kiki Andriyani
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI ... . iv
DAFTAR TABEL………... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6
BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ... 9
A. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Sari ... 9
B. Struktur Organisasi Kelurahan Tanjung Sari ... 10
C. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kelurahan Tanjung Sari ... 13
D. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Tanjung Sari ... 23
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ... 27
A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan ... 27
B. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 31
(8)
D. Cara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan ... 35
E. Dasar Hukum dan Peraturan serta Keputusan-Keputusan Yang Mengatur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ... 36
F. Gambaran Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Di Kelurahan Tanjung Sari ... 37
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 42
A. Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan... 42
B. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak dalam Mengisi SPOP... 46
C. Kendala-Kendala yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sehingga Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Tidak Tercapai dan Upaya Untuk Mengatasinnya ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diterima di perkuliahan pada saat memasuki lingkungan pekerjaan menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan terampil dibidangnya.
Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah penempatan seseorang pada suatu lingkungan, instansi ataupun perusahaan, dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Praktik Kerja Lapangan Mandiri juga menerapkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memperoleh pengetahuan Praktik kerja di lapangan, oleh sebab itu mahasiswa hendaknya mampu menguasai ilmu dan keterampilan sesuai dengan pendidikannya.
Pada era globalisasi saat ini pajak merupakan penerimaan negara yang terpenting, pajak sebagai sumber pemasukan kas negara yang terbesar. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN), bahwa penerimaan negara dari sektor pajak menjadi primadona sejak penerimaan negara dari sektor migas nilainya merosot di pasar Internasional. Pajak merupakan alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan jumlah wajib pajak (WP) dalam
(10)
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak pemerintah memberikan keadilan dan kepastian hukum bagi para pembayar pajak.
Sesuai dengan ketentuan pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, menjelaskan: bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar memberikan sebesar-besarnya kemakmuran bagi anggota masyarakat. Pajak Bumi dan Bangunan memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak yang disebut Pajak Bumi dan Bangunan.
Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diarahkan untuk tujuan kepentingan masyarakat daerah yang bersangkutan, maka sebagian besar hasil penerimaan pajak diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Penggunaan pajak dimiliki oleh daerah akan merangsang masyarakat untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak mereka yang sekaligus mencerminkan sifat kegotongroyongan rakyat dalam pembiayaan pembangunan.
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai Pajak Bumi dan Bangunan, pihak kelurahan mempunyai peranan yang sangat penting di kantor kelurahan termasuk bahagian dari tempat pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Pihak kelurahan tidak terbatas hanya dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) kepada masyarakat, tetapi juga berperan dalam memberikan motivasi dan
(11)
meningkatkan keinginan masyarakat dalam membayar pajak. Begitu besar manfaat dari pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan untuk kesejahteraan masyarakat dan banyak kemudahan yang diberikan dalam pelaksanaan pembayaran tersebut. Namun pada kenyataannya masih banyak kendala-kendala yang muncul terutama di Kelurahan Tanjung Sari masih banyak masyarakat yang tidak tahu prosedur pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan terutama dalam hal pengisian Surat Pemeritahuan Objek Pajak (SPOP). Hal ini disebabkan kurangnya informasi tentang perpajakan yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak, informasi yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan, tidak selamanya masyarakat dapat mengerti dengan jelas tentang peraturan perpajakan tersebut karena memang latar belakang pendidikan di Kelurahan Tanjung Sari tergolong rendah.
Melihat kenyataan demikian, masyarakat wajib pajak enggan atau tidak patuh untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang telah ditargetkan oleh Direktorat Jenderal Pajak di Kelurahan Tanjung Sari setiap tahun pajak tidak dapat terealisasi dengan baik.
Berbekal masalah di atas yang terjadi di Kelurahan Tanjung Sari dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis tertarik mengambil judul “KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
(12)
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari.
b. Untuk mengetahui pemahaman Wajib Pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak sehingga penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Tidak Tercapai dan upaya untuk mengatasinnya.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Bagi Mahasiswa
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Meningkatkan ketrampilan dengan pelaksanaan PKLM dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan.
Bagi Lembaga Masyarakat
1. Memberikan informasi dan masukan dari masyarakat khususnya Wajib Pajak PBB untuk lebih sadar dan patuh membayar pajak terhutangnya.
2. Agar masyarakat Wajib Pajak mengerti prosedur dan pengisian SPOP. Bagi Perguruan Tinggi
1. Untuk meningkatkan kerjasama universitas dengan lembaga/instansi pemerintahan.
(13)
2. Promosi dengan menggunakan sumber universitas khususnya Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
3. Memberikan uji yang nyata mengenai pendidikan yang diterima di bangku perkuliahan selama ini.
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun Ruang Lingkup dalam PKLM ini adalah :
a. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari.
b. Pemahaman Wajib Pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
c. Kendala-kendala yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak sehingga penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Tidak Tercapai dan upaya untuk mengatasinnya.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
a. Persiapan
Merupakan suatu persiapan dalam PKLM meliputi pemilihan objek lokasi PKLM itu sendiri, adanya surat pengantar dari fakultas sebagai syarat untuk dapat melaksanakan PKLM di objek lokasi tersebut.
b. Studi Literatur
Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang akan dibahas yang berasal dari buku-buku, undang-undang dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan ini.
(14)
c. Observai Lapangan
Observasi lapangan dilakukan atau dilaksanakan di Kantor Kelurahan Tanjung Sari atau tempat lain yang diperlukan.
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri
a. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara peserta dengan key informal. Dalam hal ini peserta melaksanakan wawancara terhadap Kepala Desa Tanjung Sari. Dengan terlebih dahulu mempersiapkan data interview untuk memperlancar jalannya interview.
b. Observasi (pengamatan)
Dalam observasi ini peserta terjun langsung ke lapangan mengadakan pengamatan terhadap warga masyrakat wajib pajak.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan Pajak Bumi dan Bangunan.
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah dan lebih sistematisnya pembahasan dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis membagi pembahasan dalam 4 (empat) bab sesuai dengan kebutuhan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama pendahuluan, penulis membahas secara ringkas latar belakang masalah Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat PKLM, Ruang Lingkup PKLM, Metode Pengumpulan Data PKLM, Sistematika Penulisan Laporan PKLM. BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab kedua ini dijelaskan tentang letak geografis, struktur organisasi, uraian tugas dan fungsi pemerintahan desa, gambaran keadaan penduduk Kelurahan Tanjung Sari.
BAB III GAMBARAN UMUM DATA PKLM
Pada bab ketiga ini berisikan tentang ketentuan umum Pajak Bumi dan Bangunan, subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan, dasar pengenaan pajak, cara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan, dasar hukum pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, juga mengenai permasalahan yang dihadapi di Kelurahan Tanjung Sari.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di Kelurahan Tanjung Sari.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kelima mengetahui tentang kesimpulan dan saran dengan menguraikan garis besarnya saja dari pembahasan perumusan masalah
(16)
mengenai kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
(17)
BAB II
GAMBARAN OBJEK LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Sari
Kelurahan Tanjung Sari termasuk wilayah Kecamatan Medan Selayang Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha. Jarak antara Kelurahan Tanjung Sari dengan Kecamatan sekitar 30 km.
Untuk mencapai lokasi Kelurahan Tanjung Sari sangat mudah, karena Kelurahan Tanjung Sari terletak dipinggiran jalan Lintas. Biasanya untuk mencapai lokasi Kelurahan Tanjung Sari dapat menggunakan kendaraan roda empat, sebagian juga menggunakan roda dua.
Sesuai dengan data yang diperoleh dan Kepala Kelurahan Tanjung Sari bahwa Kelurahan tersebut tergolong desa Swasembada, yaitu Lingkungan yang berkemampuan untuk berkembang sendiri sesuai dengan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan tujuan Pembangunan Kelurahan. Secara geografis letak Kelurahan Tanjung Sari mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Bulan Selayang I dan II d. Sebelah Barat berbatasan dengan K.Tanjung Rejo dan Tanjung Selamat
(18)
Tata Guna Tanah
Sebahagian besar luas tanah di Kelurahan Tanjung Sari ini dipergunakan untuk dan sebagian Lahan Perumahan.
Tabel 1
No Tata Guna Tanah Luas Ha
1 2 3 4 5
Areal Permukiman Areal Perumahan Areal Perkantoran
Areal Pertanian & Perladangan Areal Lain-lain
2.500 3.000 1.000 350
- Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Sari tahun 2009
Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa keadan daerah Tanjung Sari sebahagian besar dipergunakan untuk areal Perumahan sekitar 3.000 Ha, atau kira-kira 50% dari luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari dipergunakan untuk Perumahan.
B. Struktur Organisasi Kelurahan Tanjung Sari
Setiap organisasi memerlukan struktur organisasi yang baik dan teratur dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal yang dikelola dalam kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen yang
(19)
mempunyai hubungan-hubungan antara komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan.
Suatu struktur organisasi – merinci struktur wewenang, pembagian aktivitas kerja sehingga setiap personil mengetahui pembagian aktivitas kerja sehingga setiap personil mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing serta menunjukkan bagaimana tingkatan aktivitas berkaitan stu sama lainnya.
Struktur organisasi menunjukkan garis perintah maupun jalur komunikasi formal yang pada tingkat tertentu memiliki spesialisasi dari aktivitas kerja sehingga tercipta suatu team kerja yang kompak dan dapat mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian. Struktur organisasi yang tepat dan teratur memberikan stabilitas dan kontuinitas yang memungkinkan organisasi berhasil mencapai tujuannya.
Struktur organisasi pemerintah Kelurahan terdiri dari 2 (dua) pola pemerintah yaitu pemerintahan pola minimal dan pola maksimal.
Susunan organisasi pemerintah Kelurahan pola minimal terdiri atas: 1. Sekretaris Kelurahan terdiri dari :
a. Urusan Pemerintahan b. Urusan Pembangunan c. Urusa Umum
2. Lingkungan
Sedangkan susunan organisasi pemerintahan Kelurahan pola maksimal terdiri atas:
(20)
a. Urusan Pemerintahan
b. Urusan ketentraman dan Ketertiban c. Urusan Pembangunan
d. Urusan Kesejahteraan Rakyat e. Urusan Umum
2. Lingkungan
Kelurahan Tanjung Sari menggunakan organisasi pemerintahan desa pola minimal yaitu untuk lebih jelasnya mengenai Struktur Organisasi tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut:
STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN TANJUNG SARI
Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009 KEPALA KELURAHAN SEKRETARIS LURAH URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMBANGUNAN URUSAN UMUM KEPALA LINGKUNGAN I KEPALA LINGKUNGAN II KEPALA LINGKUNGAN III KEPALA LINGKUNGAN IV KEPALA LINGKUNGAN V KEPALA LINGKUNGAN VI KEPALA LINGKUNGAN VII KEPALA LINGKUNGAN VIII KEPALA LINGKUNGAN IX KEPALA LINGKUNGAN X KEPALA LINGKUNGAN XI KEPALA LINGKUNGAN XII KEPALA LINGKUNGAN XIII KEPALA LINGKUNGAN XIV
(21)
C. Uraian Tugas Dan Fungsi
Suksesnya pemerintahan Kelurahan adalah tergantung kepada pimpinan yang cakap. Seorang pimpinan harus dapat bekerjasama dengan bawahannya, untuk itu dalam organisasi pemerintahan Kelurahan ini diperlukan suatu koordinasi terhadap kegiatan-kegiatan aparat-aparat Kelurahan. Dengan pembagian tugas dan fungsi dari bagian-bagian yang ada dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Adapun perincian tugas dari pemerintahan Kelurahan untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan data yang berhasil penulis kumpulkan dari Kantor Kelurahan Tanjung Sari adalah sebagai berikut:
a. Rincian tugas Kepala kelurahan yang memakai 3 (tiga) Kepala Urusan terdiri dari:
1. Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangga kelurahannya sendiri.
2. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah kelurahannya 3. Melaksanakan tugas pemerintah daerah
4. Melaksanakan tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat kelurahannya.
5. Melaksanakan koordinasi jalannya pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat di kelurahannya.
6. Membagi tugas pada bawahan sesuai bidang tugasnya dan memberi petunjuk pada bawahan secara lisan maupun melalui rapat staf dalma
(22)
rangka pembinaan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sesuai dengan diharapkan.
7. Mengawasi tanah perkuburan agar tidak diambil alih oleh orang lain. 8. Membuat laporan mutasi tanah di wilayah kelurahannya.
9. Membina dan menggerakkan pengembangan perekonomian rakyat di kelurahannya.
10.Memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan pemukiman di wilayah kelurahannya.
11.Mengeluarkan keputusan setelah dimusyawarahkan dalam LMD untuk hal-hal yang menyangkut pembebanan pada anggota masyarakat.
12.Membantu pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah kelurahannya.
13.Melaksanakan tertib administrasi pemerintahan ditingkat kelurahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
14.Melaksanakan pembangunan dan pembiayaan masyarakat
15.Melaksanakan pembinaan terhadap organisasi-organisasi kemasyarakatan yang ada di kelurahannya.
16.Menggali dan memelihara sumber-sumber pendapatan dan kekayaan
17.Bertanggung jawab atas jalannya penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat di kelurahannya 18.Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut pemerintahan
kelurahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(23)
19.Menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang terjadi di kelurahan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
20.Menyusun program kerja tahunan dan lima tahunan sebagai dasar dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
21.Menyusun rencana kerja anggaran penerimaan dan pengeluaran keuangan kelurahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 22.Memberikan pertanggungjawaban kepada Bupati Kepala Daerah melalui
Camat.
23.Memberikan pertanggung jawaban kepada Lembaga Musyawarah Desa (LMD)
24.Melaksanakan urusan pemerintah lainnya yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansi dan tidak termasuk dalam urusan rumah tangga kelurahannya sendiri.
25.Memeriksa hasil tugas bawahan dengan melihat data yang ada agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik.
26.Menjadi saksi dalam pembuatan akte pelepasan hak atas tanah yang dikeluarkan oleh Camat setempat.
27.Menilai hasil pelaksanaan tugas bawahan dan membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
28.Melaksanakan tugas lainnya yang diperintah oleh atasan. b. Rincian tugas Sekretaris Kelurahan
1. Menerima petunjuk / arahan sesuai dengan disposisi atasan. 2. Membagi tugas kepada bawahannya sesuai dengan tugasnya.
(24)
3. Memberi tugas tentang pelaksanaan tugas pada bawahannya.
4. Menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di kelurahan serta memberikan pelayanan administrasi kepada kepala kelurahan.
5. Melaksanakan surat menyurat, kearsipan dan laporan. 6. Melaksanakan urusan keuangan.
7. Melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
8. Melaksanakan tugas dan fungsi kepala kelurahan apabila kepala kelurahan berhalangan melaksanakan tugasnya.
9. Melaksanakan pembinaan administrasi pemerintahan kelurahan
10.Melaksanakan administrasi urusan keuangan, pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
11.Menyusun program kerja pemerintah kelurahan sesuai dengan petunjuk atasan dan ketentuan yang berlaku.
12.Memberikan pelayanan staf Kepala kelurahan
13.Membuat laporan administrasi penduduk dan laporan administrasi umum yang meliputi data aparat pemerintahan kelurahan dan tanah, data administrasi penduduk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
14.Melaporkan situasi keamanan dan ketertiban penduduk dari semua dusun yang ada di wilayahnya kepada Kepala kelurahan.
(25)
16.Memberikan saran dan pendapat kepada atasan dengan membuat telahan staf untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
17.Melaksanakan tugas-tugas lainnya diperintahkan atasan. c. Rincian Tugas Kepala Urusan Pemerintah
1. Menerima petunjuk / arahan sesuai dengan disposisi atasan.
2. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban.
3. Memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat di bidang pemerintahan.
4. Menyusun rencana kerja dibidang pemerintahan sesuai petunjuk atasan dan ketentuan yang berlaku agar pelaksanaan tugas terlaksana baik.
5. Mempersiapkan permintaan blanko KTP dan kartu keluarga sesuai kebutuhan.
6. Membuat laporan administrasi penduduk dan administrasi umum meliputi data kelurahan, data administrasi penduduk, sesuai dengan ketentuan administrasi yang berlaku.
7. Mendistribusikan blanko KTP kepada Kepala Lingkungan dan mencatat ke dalam register jumlah yang telah dikeluarkan.
8. Membuat laporan mutasi tanah, mutasi penduduk, kelahiran, kematian serta membuat daftar nama-nama penduduk yang terlihat dalam G 30 SPKI sesuai petunjuk atasan.
(26)
9. Menggerakkan pelaksanaan gotong-royong, siskamling dan kebersihan pekarangan masyarakat.
10.Membuat rekap penduduk setiap tahun diwilayahnya.
11.Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan dan masyarakat.
12.Melakukan pelayanan masyarakat di bidang pemerintahan, ketentraman, dan ketertiban.
13.Melaksanakan tugas-tugas di bidang pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
14.Membantu pelaksanaan tugas-tugas dibidang keorganisasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15.Membantu pelaksanaan dan pengawasan Pemilihan Umum (Pemilu). 16.Melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat. 17.Membantu penyelenggaraan kegiatan administrasi pertahanan sipil.
18.Membantu pelaksanaan pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada masyarakat serta melakukan kegiatan pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainnya.
19.Membantu dan mengusahakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kerukunan warga.
20.Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban.
21.Membuat laporan tentang hasil pelaksanaan tugas pada atasan sesuai bahan masukan dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban.
(27)
23.Melaksanakan tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan. d. Rincian Tugas Kepala Urusan Pembangunan
1. Menerima petunjuk / arahan sesuai dengan disposisi atasan.
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakt di bidang pembangunan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
3. Menyusun rencana kegiatan di bidang pembangunan dan perekonomian. 4. Menggerakkan aggota masyarakat usaha menumbuhkan pembangunan
atau perekonomian masyarakat.
5. Menggerakkan swadaya masyrakat dalam pembangunan peribadatan dan nilai-nilai budaya.
6. Membina/berupaya melestarikan dusun pemukiman.
7. Menggerakkan pelaksanaan kegiatan pembangunan pendidikan ketrampilan di luar sekolah untuk mengurangi tingkat pengangguran remaja yang putus sekolah.
8. Mencari Bapak Angkat dalam usaha pemasaran hasil kerajinan masyarakat.
9. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang perekonomian dibidang pembangunan.
10.Melakukan pembinaan terhadap perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah, dan kegiatan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan.
(28)
12.Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas pada atasan secara rutin sebagai bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dibidang pembangunan.
13.Melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan.
14.Melakukan pembinaan dalam bidang keagamaan, KB, dan pendidikan masyarakat.
15.Membantu mengumpulkan dan menyalurkan dana / bantuan terhadap korban bencana alam dan bencana lainnya.
16.Membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
17.Membina kegiatan pengumpulan zakat, infaq, dan sadaqah
18.Membantu pelaksanaan pemungutan dana Palang Merah Indonesia (PMI) 19.Memberikan saran dan pendapat kepada atasan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil langkah kebijaksanaan.
20.Membantu pembinaan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta menjaga dan memelihara prasarana dan sarana fisik pembangunan.
21.Membantu, membina, dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka musyawarah lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan
22.Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang perekonomian dan pembangunan.
(29)
e. Rincian tugas Kepala Urusan Umum
1. Menerima petunjuk/arahan sesuai disposisi atasan. 2. Melakukan administrasi kepegawaian.
3. Melakukan administrasi keuangan.
4. Melakukan urusan perlengkapan dan administrasi kelurahan. 5. Melakukan urusan rumah tangga kelurahan.
6. Mengatur penyelenggaraan rapat-rapat dinas dan upacara. 7. Melakukan urusan tata usaha kelurahan.
8. Mengumpulkan bahan laporan pemerintahan desa. 9. Membuat konsep surat yang diperintahkan atasan.
10.Membuat nomor surat keluar dan membukukannya kedalam buku yang tersedia.
11.Menyelenggarakan urusan surat-menyurat administrasi kantor kelurahan dan menerima surat-surat masuk.
12.Menggandakan surat-surat yang diperlukan untuk tugas-tugas kelurahan. 13.Menanggungjawabi pengiriman surat yang disampaikan kepada instansi
terkait atau masyarakat dengan membuat ekspedisinya.
14.Menyimpan surat-surat dinas ke dalam file agar mudah diperoleh apabila diperlukan.
15.Menjaga keamanan surat-surat dinas yang sifatnya rahasia.
16.Mengkoordinasi pelaksanaan tugas kepada instansi terkait agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
(30)
17.Membuat laporan tentang hasil pelaksanaan tugas sebagai bahan pertanggungjawaban kepada atasan.
18.Melaksanakan tugas lain yang diperintah oleh atasan. f. Rincian tugas Kepala Lingkungan
1. Membantu pelaksanaan kepala kelurahan dalam wilayah kerjanya.
2. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong-royong masyarakat.
3. Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat.
4. Membantu Kepala Kelurahan dalam pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan RT / RW di wilayah kerjanya.
5. Melaksanakan ketentraman dan ketertiban masyarakat di wilayahnya 6. Membantu dan menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan usahanya
dalam rangka memberantas kemiskinan di wilayahnya.
7. Menggerakkan masyarakatnya untuk membersihkan pekarangannya. 8. Menggerakkan masyarakatnya untuk membersihkan pekarangannya.
9. Membina kegiatan Karang Taruna kelurahannya untuk mencegah kenakalan remaja.
10.Mengembangkan keterampilan masyarakat melalui pendidikan luar sekolah.
11.Melaksanakan pengawasan terhadap kelestarian pemukiman di wilayahnya.
(31)
12.Membantu program pemerintah dalam mensukseskan Gerakan Disiplin Nasional (GDN).
13.Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan di wilayah kerjanya.
D. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Tanjung Sari
Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009 sebanyak 10.864 jiwa yang terdiri dari :
- Kepala Keluarga : 6.486 KK - Jumlah Pria : 5.233 Jiwa - Jumlah Wanita : 5.631 Jiwa
- Kewarganegaraan : - Warga Negara Indonesia 10.800 jiwa - Warga Negara Asing 64 jiwa
Adapun perincian keadaan – keadaan Kelurahan Tanjung Sari menurut kelompok mulai dari umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut :
(32)
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan
No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa
1. 04 – 06 735
2. 07 – 12 1.117
3. 13 – 18 3.801
4. 16 – 18 1.896
5. 19 keatas 3.315
Jumlah 10.375
Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2009
Dari tabel 2. jumlah penduduk tertinggi pada usia pendidikan adalah tingkat umur 13 – 15 tahun yaitu 3.801 jiwa.
Jumlah penduduk menurut usia tenaga kerja sebagai berikut:
• 20 – 26 tahun : 798 jiwa
• 27 – 40 tahun : 1.372 jiwa
Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Kelurahan Tanjung Sari ada yang tergolong pendidikan cukup sedang rata-rata masyarakatnya sudah mencapai tamatan SLTP, SLTA, juga Sarjana.
Yang mana jumlah penduduk menurut jenis pendidikan adalah sebagai berikut:
• Landasan Pendidikan Umum : 3.374 jiwa
(33)
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut tingkat Pendidikan Umum
No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa
1. Taman Kanak-Kanak -
2. Tamatan SD 250
3. Tamatan SMP 400
4. Tamatan SMA (SLTA) 800
5. Tamatan Akademi / Diploma 950
6. Tamatan Sarjana 974
Jumlah 3.374
Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009
Untuk jenis pendidikan khusus dapat dilihat pada tabel 3. adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus
No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa
1. Pondok Pesantren 60
2. Madrasah 55
3. Sekolah Luar Biasa 45
4. Khursus 80
Jumlah 240
(34)
Jenis dan Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebahagian besar adalah sebagai karyawan karena Kelurahan Tanjung Sari memiliki luas wilayah areal perumahan yang luas, dan yang lainnya sebagai wiraswasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya jenis dan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
1. Karyawan / Pegawai Negeri Sipil 982
2. Wiraswasta 700
3. Petani 95
4. Pensiunan 35
5. Jasa 10
Jumlah 1.792
Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009
Dari tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebahagian besar mata pencahariannya dari hasil Perkantoran atau sekitar 982 jiwa, sedangkan Petani dan yang lainnya adalah merupakan sebagian kecil saja.
(35)
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian Pajak
Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. PJA. Adriani, Guru Besar Hukum Pajak Universitas Amsterdam mengatakan bahwa pajak adalah ”Iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang dapat langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara harus menyelenggarakan pemerintahan (Drs.B.Boediono, MSi, 2001:2)
Menurut Rochmat Soemitro, (R. Santoso, Brotodihardjo, SH, 1995:2) pajak adalah ”Iuran rakyat kepada kas negara (pengalohan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan)
(36)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Dari ketiga defenisi pajak yang dikemukakan para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya pajak itu adalah :
a. Merupakan iuran wajib rakyat kepada negara
b. Suatu pungutan dapat dipaksakan karena wewenang yang dimiliki pemerintah berdasarkan Undang-Undang.
c. Tidak dapat jasa timbal balik secara langsung
d. Dipungut berdasarkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang (membuat ia memiliki kewajiban membayar pajak.
e. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pengeluaran rutin, dan pembiayaan pembangunan dalam hal menjalankan pemerintahan.
2. Fungsi Pajak
Secara umum pajak berfungsi sebagai salah satu sumber penerimaan negara disamping minyak dan gas bumi yang digunakan untuk membiayai pembangunan nasional yang hasilnya akan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesi secara adil dan merata.
Selain itu pajak juga mempunyai fungsi lain yang secara garis besar dapat dibagi dua (Mardiasmo, 2002, Revisi) yaitu :
a. Fungsi Budgeter (revenue), yaitu pemungutan pajak yang didasarkan dengan tujuan untuk memenuhi apa yang diperlukan oleh anggaran penerimaan
(37)
negara, dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan uang ke kas negara (APBN) dan digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran dana. b. Fungsi Reguler (mengatur), yaitu pemungutan pajak yang didasarkan dengan
memperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat, dalam hal ini pajak digunakan sebagai sarana untuk menunjang pelaksanaan kebijaksanaan negara dalam lapangan ekonomi, sosial, atau menentukan politik perekonomian dengan sasaran untuk tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan.
3. Prinsip Pengenaan Pajak
Menurut Adam Smith (Perpajakan, 1994, 12) dalam pengenaannya atau pemungutannya, pajak harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip kesamaan atau keadilan, dalam hal ini pengenaan pajak harus disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak.
b. Prinsip kepastian/berdasarkan Undang-Undang, dimana dalam pengenaannya harus dapat memberikan jaminan atau kepastian hukum baik kepada Wajib Pajak maupun kepada pihak fiskus.
c. Prinsip kecocokan atau kelayakkan dalam hal ini pelaksnaaan pajak agar dapat diusahakan jangan sampai menekan Wajib Pajak, sehingga diharapkan mereka melakukan atau melaksanakan kewajibannya dengan senang hati dan suka rela.
d. Prinsip ekonomi dimana pelaksanan pemungutannya jangan samai terjadi biaya pemungutan yang lebih besar daripada penerimaan pajaknya.
(38)
4. Pembagian dan Pengelompokkan
a. Menurut golongannya
1. Pajak Langsung, adalah pajak beban pajaknya harus dipikul sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Yang tidak Langsung, adalah pajak yang beban pajaknya dapat
dilimpahkan atau digeser kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) b. Menurut Sifatnya
1. Pajak Subyektif, merupakan pajak yang dalam pemungutannya
memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak Wajib Pajaknya saja. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Obyektif, merupakan pajak yang dalam pemungutannya
berdasarkan pada objeknya tanpa mempertahankan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Bea Materai
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1. Pajak Pusat adalah pajak yang pemungutannya oleh pemerintah pusat
(39)
peraturan pemerintah, Surat Edaran dan sebagaimana untuk digunakan sebagai pembiayaan rumah tangga negara.
2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing.
5. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan (PBB) adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1994.
6. Asas Pajak Bumi dan Bangunan
Asas Pajak Bumi dan Bangunan yaitu :
a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan b. Adanya kepastian hukum
c. Mudah dimengerti dan adil d. Menghindari pajak berganda
B. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Serta Wajib Pajak PBB
1. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang dimaksud dengan Subjek Pajak ini adalah mereka yang diwajibkan untuk memenuhi kewajiban melunasi Pajak Bumi dan Bangunan. Mereka ini adalah orang atau badan yang :
a. Secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau b. Memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan
(40)
c. Memiliki, menguasai dan/atau
Sedangkan yang dimaksud dengan orang pribadi adalah orang pribadi atau perseorangan. Yang dimaksud dengan Badan adalah badan usaha dengan nama atau dalam bentuk apapun.
2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang dimaksud dengan objek pajak adalah sesuatu barang / benda yang menjadi pengenaan pajak. Yang menjadi objek pajak adalah :
• Bumi, atau yang sehari-harinya disebut ”tanah”
• Dan / atau bangunan yang terletak diatas tanah. Namun dalam rangka menghilangkan keragu-raguan Undang-Undang juga menegaskan tentang:
• Bumi adalah meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dimana termasuk dalam pengertian perairan pedalaman adalah tambak, rawa-rawa, sungai sebagai tempat usaha atau yang diusahakan.
• Laut termasuk Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), hal ini berkaitan erat dengan penambangan minyak lepas pantai.
• Bangunan ialah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah/perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan:
a. Jalan tikungan yang terletak pada emplasemennya dan lain-lain yang merupakan suatu kesatuan dengan bantuan tersebut.
b. Jalan tol c. Kolam renang d. Pagar mewah
(41)
e. Tempat penampungan / kilang minyak, air dan gas pipa minyak f. Fasilitas lain yang memberi manfaat
3. Pembebasan Objektif
Melalui pasal 3 Undang-Undang PBB mengenal adanya pembebasan / pengecualian objektif. Artinya, ada beberapa tanah dan / atau bangunan dibebaskan dari pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan dengan alasan-alasan tertentu. Objek Pajak yang dibebaskan tersebut adalah :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial kesehatan, pendidikan, kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan.
b. Digunakan untuk perkuburan, peninggalan purbakala atau sejenis dengan itu.
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang tentukan oleh Menteri Keuangan.
4. Pendaftaran Objek Pajak
Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang menjadi subjek PBB dengan cara mengambil dan mengisi Formulir SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) secara jelas benar dan
(42)
lengkap dan disertai dengan sket / denah objek pajak dan ditandatangani serta dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang bersangkutan atau tempat lain yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SOP.
5. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan objek pajak yang akan dipakai sebagai dasr untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang dan menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Yang Terhutang (SPPT) sesuai dengan ketentuan yang ada.
C. Dasar Pengenaan Pajak
Yang menjadi dasar penghitungan atau dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Namun untuk memperoleh NJKP harus diketahui terlebih dahulu Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Yang dimaksud dengan NJOP adalah :
a. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.
b. Bila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau
c. Nilai perolehan baru d. NJOP pengganti
(43)
Penentuan besarnya NJOP, pada dasarnya didahulukan setiap 3 (tiga) tahun sekali. Namun untuk daerah-daerah tertentu yang dinilai sebagai akibat perkembangan pembangunan yang begitu cepat dan mempengaruhi kenaikan NJOP maka Undang-Undang menentukan bahwa pada daerah-daerah tertentu ditetapkan setahun sekali.
Berdasarkan data objek pajak PBB yang telah terhimpun dalam SPOP dan telah diadakan penelitian serta penentuan klasifikasi tanah dan bangunannya maka diadakan penghitungan / penetapan nilai pajak sebagai berikut :
a. Tarif pajak dikenakan atas objek pajak adalah 0,5%
b. Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP yang ditetapkan dengan kondisi ekonomi nasional Besar Nilai Jual Objek Pengusaha Tidak Kena Pajak (NJOTKP) ditetapkan menurut UU No. 12 tahun 1994 pasal 3 ayat (3) sebesar Rp. 8.000.000,- untuk setiap Wajib Pajak. Dalam hal ini Wajib Pajak memiliki lebih dari satu objek pajak yang nilainnya paling besar,
Sedangkan terhadap objek pajak yang lainnya dikenakan pajak secara penuh (tanpa dikurangi NJOPTKP)
c. Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak.
(44)
D. Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak dengan
Sebesar 40% untuk :
a. Objek pajak perumahan, yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP atas bumi dan bangunan sama atau lebih besar dari Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
b. Objek pajak perkebunan, yang luas letaknya semua atau lebih dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) yang dimiliki, dikuasai atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Swasta, maupun berdasarkan kerjasama operasional antara pemerintah dan swasta.
c. Objek pajak kehutanan, termasuk areal blok tabungan dalam rangka menyelenggarakan kegiatan pemegang Hak Pengusahaan Hutan, Pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Pemegang izin pemanfaatan kayu.
d. Jika NJKP = 20% X (NJOP – NJOPTKP) Maka besarnya PBB = 0,5% X (NJOP – NJOPTKP)
= 0,1% X (NJOP – NJOPTKP)
E. Dasar Hukum Pemungutan PBB.
Dasar hukum pemungutan PBB adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1985, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1994.
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN = Tarif pajak x NJKP
(45)
a. Keputusan Menteri Keuangan No. 523 / KMK 04 / 1998 tentang penentuan klasifikasi penggolongan dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan PBB.
b. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1997 tentang Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
c. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 1998, tentang Penetapan besarnya Nilai Jual Kena Pajak Bumi dan Bangunan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000 tentang Pembagian
Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
f. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
g. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 / PJ.6 / 2000 tanggal 7 Desember 2000 tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan BPHTB.
F. Gambaran Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari
Untuk dapat merealisasikan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan surat keputusan bersama antara menteri keuangan dan menteri dalam negeri mengenai pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di desa dan dikota menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Hal ini menjadi suatu penilaian bagi pemerintah daerah, sampai dimana pemerintah daerah mampu
(46)
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilakukan melalui petugas pemungut pajak yang pelaksanaannya penagihannya dilakukan oleh Kepala Desa/Lurah atas nama Camat.
a. Jumlah wajib pajak yang menerima SPPT/STTS
Sebelum pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan maka untuk masa tahun pajak atau setiap tahunnya terlebih dahulu diterbitkan surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) yaitu surat kepala kantor PBB (Ka. PBB) mengenai pajak terutang yang harus dibayar dalam satu tahun pajak, SPPT ini menjadi dasar penagihan PBB yang diterima wajib pajak setiap tahun pajak, paling lambat bulan Juri atau satu bulan setelah penyerahan SPOP.
SPPT disampaikan kepada wajib pajak melalui Kantor Pelayanan PBB/Kantor penyuluhan pajak/kantor pos dan giro ataupun pemerintah daerah untuk mendapatkan SPPT wajib pajak di Kelurahan Tanjung Sari biasanya petugas membagikan SPPT dengan mendatangi rumah wajib pajak tersebut ataupun bisa juga wajib pajak mengambil sendiri di kantor kelurahan wajib pajak wajib mendatangani bukti tanda terima SPPT apabila telah menyetorkan/membayar Pajak Bumi dan Bangunan maka wajib pajak mengembalikan SPPT tersebut untuk diteruskan SPPT, yakni Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP.PBB) Tebing Tinggi, selain mendapatkan SPPT wajib pajak juga berhak mendapatkan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi dan Bangunan dari bank/kantor pos yang tercantum pada SPPT atau
(47)
tanda terima sementara (TTS) dari pengurus pemungut Pajak Bumi dan Bangunan tersebut.
Berikut ini jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kelurahan Tanjung Sari pada kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Kota Medan yang menerima SPPT dan STTS yang disampaikan melalui kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari.
Tabel 6. Jumlah Wajib Pajak Tahun 2006 – 2009
No. Tahun SPPT
1. 2006 5.670
2. 2007 5.715
3. 2008 6.240
4. 2009 7.232
Sumber: Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009 b. Target dan Realisasi
Selain menerbitkan SPPT sebelum pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan untuk tahun anggaran mendatang juga telah ditargetkan hasil Pajak Bumi dan Bangunan dari masing-masing objek pajak sesuai dengan pendapatan yang diisi melalui SPOP, target inilah yang diusahakan tercapai atau terealisasi. Demikian juga Kelurahan Tanjung Sari sebelum masa anggaran berjalan terlebih dahulu menetapkan besarnya target Pajak Bumi dan Bangunan yang akan dicapai. Adapun target Pajak Bumi dan Bangunan yang akan dicapai, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.
(48)
Tabel 7. Target dan Realisasi PBB Tahun 2006 – 2009
No. Tahun Target Realisasi Tunggakan
1. 2006 934.967.219 467.483.609 477.483.610
2. 2007 1.317.713.248 1.267.901.409 49.811.839
3. 2008 1.454.166.281 1.430.121.698 24.044.583
4. 2009 1.826.596.512 1.531.111.027 295.485.485 Sumber: Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009
c. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak
Untuk mencapai penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah ditetapkan targetnya tentunya tidak terlepas dari partisipasi masyarakat wajib pajak, partisipasi wajib pajak tersebut berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan peraturan perpajakan yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Untuk mengetahui tingkat kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari wajib pajak yang telah mengembalikan SPPT dan wajib pajak yang tidak mengembalikan SPPT, data tersebut dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 8. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak
No. Tahun SPPT Wajib pajak
mengembalikan SPPT
Wajib pajak yang tidak mengembalikan SPPT
1. 2006 5.670 2.630 3.040
2. 2007 5.715 2.857 2.858
3. 2008 6.240 3.962 2.278
4. 2009 7.232 4.345 2.887
Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009 d. Kelainan pihak fiskus
(49)
Selain masalah di atas bahwa pendapatan yang dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Sari tidak dilakukan dengan sebenarnya hal ini dapat diketahui dari SPPT yang tidak sampai ketangan wajib pajak, karena wajib pajak tersebut telah menjual objek pajak yang dimiliki kepada pihak lain. Namun kegiatan tersebut tidak dilaporkan oleh pemerintah daerah setempat kepada pihak fiskus. Dan juga masih banyak ditemui tanah-tanah kosong yang tidak diketahui siapa pemiliknya sehingga tidak diketahui kepada siapa harus dipungut Pajak Bumi dan Bangunan.
Adapun SPPT yang tidak sampai ketangan wajib pajak dapat dilihat dalam tabel 9.
Tabel 9. SPPT yang tidak sampai kepada Wajib Pajak
Tahun No. SPPT (NOP) Besar Pajak Terutang
2006 - -
2007 - -
2008 - -
2009 12.75.011.003.010.0138.0 12.75.001.003.010.0243.0 12.75.001.003.010.0118.0 12.75.001.003.010.0052.0 12.75.001.003.010.0311.0
Rp. 38.500 Rp. 61.700 Rp. 80.111 Rp. 10.300 Rp. 55.211 Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009
(50)
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Kegiatan pendaftaran dan pendataan objek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan merupakan kegiatan yang memerlukan kerjasama yang erat antara Wajib Pajak dengan fiskus untuk mencapai tujuan pelaksanaan perpajakan yang diharapkan.
Dalam mekanisme pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan istilah “Self Assement”. Hal ini berarti wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya, sebagai konsekuensi logis dari sistim Self Assesment maka wajib pajak harus menyadari tugasnya yaitu memenuhi kewajiban pajaknya serta harus memenuhi ketentuan-ketentuan pajak yang harus dipatuhi.
Dengan semakin sadarnya wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tersebut maka penerimaan Negara dari pajak diharapkan akan meningkat. Tetapi pada realitanya pelaksanaan perpajakannya banyak mengalami kendala, mengingat tidak semua wajib pajak menyadari betapa besar peranan pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan, wajib pajak menganggap pajak sebagai suatu kewajiban yang sia-sia (karena tidak mempunyai manfaat atas dirinya).
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kesadaran dan kepatuhan wajib pajak yang ada di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat sebagai berikut:
(51)
a. Jumlah Wajib Pajak
Untuk menjaring jumlah wajib pajak kegiatan pendaftaran dan pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan biasanya dilakukan setiap tahun hal ini dilakukan dalam rangka optimalisasi Pajak Bumi dan Bangunan dari tabel 6. dapat diketahui jumlah Wajib Pajak pada tahun 2006 sebanyak 5.670 jiwa, pada tahun 2007 sebanyak 5.715 jiwa, pada tahun 2008 sebanyak 6.240 jiwa, dan pada tahun 2009 sebanyak 7.232 jiwa.
b. Target dan Realisasi
Untuk dapat merealisasikan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah ditargetkan adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah hal ini menjadi satu penilaian sampai dimana pemerintah mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan realisasi dari Pajak Bumi dan Bangunan yang telah ditargetkan setiap tahun Pajak mungkin dapat dibawah target dan mungkin di atas target demikian juga dengan Kelurahan Tanjung Sari dari tabel 7, dapat dilihat bahwa dari target yang ditentukan sejumlah Rp. 934.967.219,- untuk tahun 2006 ternyata hanya dapat terealisasi Rp. 467.483.609,- sedangkan yang tidak dapat terealisasi (tunggakan) sebanyak Rp. 447.483.610,-. Dengan demikian pada tahun 2006 terealisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat di capai sekitar 49% sedangkan yang tidak terealisasi sekitar 51%.
Untuk tahun 2007 target yang ditentukan sejumlah Rp. 1.317.713.248,- realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dicapai sejumlah Rp. 1.267.901.409,- sedangkan yang tidak dapat terealisasi sejumlah Rp. 49.811.839,-. Dengan demikian
(52)
pada tahun 2007 realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dicapai sekitar 96% sedangkan yang tidak terelasisasi 4%.
Untuk tahun 2008 target yang ditentukan Rp. 1.454.166.281,-, realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dicapai sejumlah Rp. 1.430.121.698,- sedangkan yang tidak dapat terealisasi sejumlah Rp. 24.044.583,-. Dengan demikian pada tahun 2008 realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dicapai sekitar 98% sedangkan yang tidak terealisasi 2%.
Untuk tahun 2009 target yang ditentukan sejumlah Rp.1.826.596.512,-, realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dicapai sejumlah Rp. 1.531.111.027,- sedangkan yang tidak dapat terealisasi sejumlah Rp. 295.485.485,- jika dipersentasikan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dicapai pada tahun 2009 adalah 76% dan tunggakan yang tidak terealisasi sekitar 24% sesuai dengan data meunjukkan hasil yang dicapai dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari belum berhasil dengan baik dengan kata lain masih belum mencapai target yang diharapkan.
c. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak untuk membayar Pajak dapat dilihat dari Wajib Pajak yang telah menerima SPPT dan Wajib Pajak yang mengembalikan SPPT. Dari tabel 8. dapat dilihat bahwa jumlah wajib pajak pada tahun 2006 yang menerima SPPT sebanyak 5670 jiwa. Dari 5670 jiwa yang telah mengembalikan SPPT dalam arti telah memiliki kepatuhan untuk membayar pajak bumi dan bangunan sebanyak 2630 jiwa. Sedangkan wajib pajak yang tidak mengembalikan SPPT atau wajib pajak yang tidak patuh dan tidak memiliki kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan
(53)
sebanyak 3040 jiwa. Dengan demikian jika dipersentasikan jumlah wajib yang telah memiliki kepatuhan dalam membayar pajak bumi dan bangunan pada tahun 2006 sekitar 70% dan jumlah wajib yang tidak patuh dan tidak memiliki kesadaran melaksanakan kewajiban sekitar 30%.
Untuk tahun 2007 yang menerima SPPT sebanyak 5715 jiwa. Dari 5715 jiwa yang telah mengembalikan SPPT sebanyak 2857 jiwa. Sedangkan Wajib Pajak yang tidak patuh membayar pajak bumi dan bangunan sebanyak 2858 jiwa. Dengan demikian jika dipresentasikan jumlah wajib yang telah membayar pajak bumi dan bangunan pada tahun 2007 sekitar 72% dan jumlah wajib pajak yang tidak patuh melaksanakan kewajiban sekitar 28%.
Untuk tahun 2008 yang menerima SPPT sebanyak 6240 jiwa dari 6240 jiwa yang telah mengembalikan SPPT sebanyak 3962 jiwa, sedangkan wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak bumi dan bangunan sebanyak 2278 jiwa. Dengan demikian jika dipersentasekan jumlah wajib yang telah membayar pajak bumi dan bangunan pada tahun 2008 sekitar 80% dan jumlah wajib pajak yang tidak patuh melaksanakan kewajiban sekitar 20%.
Untuk 2009 jumlah wajib pajak yang patuh untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dalam arti telah mengembalikan SPPT sebanyak 4345 jiwa. Sedangkan wajib pajak yang tidak patuh dan tidak memiliki kesadaran untuk melaksanakan kwajiban sebanyak 2887 jiwa. Bila dipersentasekan jumlah wajib pajak yang memiliki kepatuhan untuk membayar pajak bumi dan bangunan sekitar 83%. Dan jumlah wajib pajak yang tidak patuh untuk membayar pajak bumi dan bangunan sekitar 17%. Sesuai dengan data tersebut menunjukkan bahwa Kepatuhan Wajib
(54)
Pajak melaksanakan kewajiban Perpajakan di Kelurahan Tanjung Sari. Lumayan sudah paham dan patuh dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
d. Kelalaian Pihak Fiskus
Kelalaian yang dilakukan oleh pihak fiskus yang terjadi pada tabel 9. merupakan kendala bagi tercapainya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Pada tabel 9, dapat dilihat SPPT yang tidak sampai kepada wajib pajak. Pada tahun 2006 sampai 2008 SPPT seluruhnya sampai kepada wajib pajak, untuk tahun 2009 ada 5 lembar SPPT yang tidak sampai kepada wajib pajak hal ini disebabkan karena wajib pajak tersebut telah menjual objek pajak yang dimiliki kepada pihak lain dan wajib pajak tersebut tidak berada di Kelurahan Tanjung Sari disini penulis tidak dapat mencantumkan data karena SPPT telah dikembalikan ke Kantor Camat.
B. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Dalam Mengisi SPOP
Penyebab Wajib Pajak tidak mengerti tentang SPOP karena Wajib Pajak Kurang/Sama sekali tidak memahami, prosedur tentang SPOP. SPOP adalah sarana Wajib Pajak untuk memberikan keterangan mengenai objek / subjek pajak yang akan di pakai sebagai dasar untuk menghitung ketapan PBB dan menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Hal ini berkaitan langsung dengan subjek pajak / Wajib Pajak yang dimaksud Wajib Pajak yang rendah pemahamannya atau pengetahuannya tentang perpajakan tentu Wajib Pajak tersebut tidak mengerti apalagi memahami tentang prosedur pengisian SPOP, hal ini menjadi fakta umum, mengingat Wajib Pajak Bumi dan Bangunan sebagian besar bertempat
(55)
tinggal di pedesaan. Hal ini adalah sangat wajar, mengingat latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi masing-masing Wajib Pajak tidak sama untuk wajib pajak yang tingkat pemahamannya sudah memadai mengenai PBB, khususnya tentang SPOP tidak akan menjadi masalah. Namun bila terjadi sebaliknya maka akan berpengaruh negatif dalam pelaksanaan perpajakan. Hal-hal yang berkenaan tentang SPOP yang berkaitan dengan wajib pajak antara lain : 1. Hak-hak subjek pajak / Wajib Pajak mengenai SPOP
a. Dapat memperoleh SPOP pada setiap Kantor Pelayanan PBB, Kelurahan dan tempat-tempat pembayaran yang telah ditentukan.
b. Dapat menerima penjelasan, keterangan tentang cara pengisian maupun penyampaian kembali SPOP pada Kantorn Pelayanan PBB.
c. Dapat meminta tanpa menerima pengembalian SPOP dari Kantor Pelayanan PBB yang menerima SPOP.
d. Masih diberi kesempatan untuk memperbaiki atau mengisi ulang SPOP apabila terjadi kesalahan dalam pengisian SPOP dengan melampirkan bukti-bukti yang sah.
e. Dapat memberi kuasa kepada orang atau pihak lain melalui surat kuasa tertulis (bermaterai), dalam mengisi menandatangani SPOP, kecuali kepada petugas PBB.
f. Dapat mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan pengembalian SPOP sebelum batas waktu pengembalian dilampaui dengan menyebutkan alasan-alasan yang sah
(56)
g. Atas inisiatif sendiri, dibenarkan memperbanyak formulir SPOP sesuai yang diperlukan.
2. Kewajiban Subyek / Wajib Pajak
a. SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap. Jelas : dapat dibaca sehingga tidak salah tafsir
Benar : data yang diisi sesuai dengan keadaan sebenarnya Lengkap : diisi semua dan ditandatangani Subyek / Wajib Pajak
b. SPOP yang telah diisi oleh Wajib Pajak disampaikan kembali ke Kantor Pelayanan PBB atau Kelurahan setempat dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan atau pembetulan SPOP sebelumnya.
3. Sanksi
a. Dalam hal Wajib Pajak atau Subyek Pajak tidak mengembalikan SPOP pada waktunya akan diberi teguran.
b. Dalam waktu satu minggu apabila teguran tidak ditanggapi akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) secara jabatan dimana ketetapannya di tambah 25% dari hasil perhitungan PBBnya.
c. Apabila isian dalam SPOP setelah diperiksa ternyata tidak benar, akan dikenakan sanksi berupa penambahan ketetapan sebesar 25% dari selisih besarnya PBB hasil perhitungan data yang benar dengan besarnya SPOP yang dilaporkan oleh subjek / wajib pajak.
4. Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak / Kelurahan
a. SPOP diberikan kepada subjek / wajib pajak dengan cuma-Cuma atau tidak dipungut bayaran.
(57)
b. Kantor Pelayanan PBB atau kelurahan dapat memberi petunjuk tata cara pengisian SPOP kepada Wajib Pajak yang memerlukan.
c. Kantor Penyuluhan dapat memberikan bantuan penyuluhan PBB bagi Wajib Pajak perusahaan / badan atau instansi lain atua kelurahan.
d. Kantor- kantor Pelayanan PBB wajib memberikan tanda terima pengembalian SPOP kepada subjek atau Wajib Pajak.
C. Kendala-Kendala yang Menyebabkan KetidakpatuhanWajib Pajak sehingga Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Tidak Tercapai serta Upaya Untuk Mengatasinya.
Kurangnya tingkat kepatuhan wajib pajak sehingga rendahnya realisasi dari hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Kendala-Kendala yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar PBB:
a. Karena masyarakat masih memiliki taraf pendidikan yang rendah sehingga masyarakat tidak memahami peraturan-peraturan tentang perpajakan. Masyarakat tidak menyadari betapa pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan bagi daerah ini. Oleh karena itu maka petugas pemungut pajak secara langsung turun ke lapangan atau mendatangi rumah-rumah masyarakat atau Wajib Pajak untuk menagih Pajak Bumi dan Bangunan, tetapi petugas pemungut datang menagih Wajib Pajak tidak berada ditempat walaupun sebelumnya petugas pemungut pajak telah memberikan jadwal kedatangan mereka untuk menagih Pajak Bumi dan
(58)
Bangunannya. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Daerah.
b. Pendataan objek Pajak Bumi dan Bangunan yang kurang akurat Petugas sebagai pendata di lapangan tidak begitu memperhatikan data yang diberikan oleh masing-masing Wajib Pajak. Hal ini mungkin diakibatkan oleh kelalaian dari petugas pajak yang meninjau lokasi atas kebenaran data-data yang diperoleh. Hal ini dapat diketahui dengan adanya Wajib Pajak yang cukup memiliki kesadaran untuk membayar pajak datang ke Kantor Kepala Kelurahan karena tidak mendapat SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) yang digunakan sebagai dasar penagihan pajak. Dan juga ada SPPT yang tidak sampai kepada wajib pajak karena pemilik dan objek pajak tersebut sudah dialihkan kepada orang lain.
c. Ketetapan pajak yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan Ketetapan pajak ini terdiri dari atas 2 (dua) jenis yaitu ketetapan pajak yang terlalu rendah disebabkan oleh Wajib Pajak Bumi dan Bangunan tidak mendaftarkan seluruh objek pajaknya sehingga menimbulkan objek pajak yang tidak kena pajak, hal ini disebabkan karena lemahnya kontrol dari petugas lapangan, sedangkan ketetapan pajak yang terlalu tinggi disebabkan oleh kelalaian pada saat pemberian data pada petugas dimana Wajib Pajak tersebut tidak memperhatikan jumlah data objek pajak yang didaftarkannya.
d. Keadaan Ekonomi
Walaupun Wajib Pajak telah mendaftarkan jumlah objek pajaknya, tetapi akibat alasan ekonomi mereka tidak dapat melunasi Pajak Bumi dan Bangunannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
(59)
2. Untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari sejauh ini pemerintahan Kelurahan akan melakukan usaha atau upaya yang dapat dianggap meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, antara lain :
a. Melalui penyuluhan
Berdasarkan latar belakang pendidikan di Kelurahan Tanjung Sari salah satu usaha yang dianggap dapat meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah melalui jalan penyuluhan khususnya dibidang perpajakan. Penyuluhan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk tatap muka secara langsung dengan Wajib Pajak atau melalui sarana lain yang dianggap dapat menyampaikan tujuan, misalnya melalui media massa atau melalui televisi. Menurut hasil penelitian penulis sejauh ini petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan kurang melaksanakan penyuluhan, hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara penulis dengan Wajib Pajak PBB dan Kepala Desa yang penulis ambil sebagai sampel dan sebagai key informan menyatakan bahwa penyuluhan pajak tidak pernah dilakukan. Oleh karena itu pemerintahan hendaknya melakukan penyuluhan ke Kelurahan khususnya Kelurahan Tanjung Sari, hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat di Kelurahan lebih mengetahui tentang perpajakan. Dengan demikian apabila masyarakat memiliki pengetahuan di bidang perpajakan maka diharapkan timbul kesadaran dari Wajib Pajak tersebut untuk membayar pajak karena selama ini masih banyak masyarakat desa khususnya yang beranggapan bahwa pajak dipungut hanya untuk kepentingan pemerintah saja, padahal pajak tersebut dipungut dan digunakan untuk membiayai pembangunan baik di kota
(60)
maupun di Daerah. Demikian halnya dengan hasil pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ini, dari hasil pemungutan ini 10% dikirim ke pusat dan 90% lagi akan dibagi ke Pemerintah Daerah (Provinsi 16,2%, Kabupaten / Kota 64,8% dan Badan Pemungutan 9%).
Selain penyuluhan dengan cara tatap muka secara langsung dengan Wajib Pajak, pemerintah juga perlu mengadakan penyuluhan dengna jalan membuat spanduk-spanduk yang berisikan pesan-pesan atau informasi mengenai perpajakan ini semata-mata untuk meningkatkan masyarakat mengenai perpajakan ini semata-mata untuk meningkatkan masyarakat mengenai tujuan dan maksud dari pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut.
Bentuk penyuluhan seperti ini diharapkan dapat untuk memasyarakatkan pajak atau memberikan informasi kepada masyarakat tentang perpajakan. Bila penyuluhan ini dapat dilaksanakan dengan baik maka diharapkan kesadaran masyarakat akan semakin tumbuh dan mereka selaku Wajib Pajak tidak merasa rugi untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Bila kesadaran dari Wajib Pajak tersebut sudah tinggi maka dengan sendirinya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di setiap daerah akan mudah tercapai.
b. Mengadakan pendataan ulang objek Pajak Bumi dan Bangunan yang telah dilaporkan Wajib Pajak
Dalam melaksanakan pendataan objek Pajak Bumi dan Bangunan diharapkan adanya kerjasama antara pihak pemerintah sebagai fiskus dan masyarakat sebagai objek pajak. Bentuk kerja sama yang diharapkan disini adalah adanya kesadaran dari Wajib Pajak itu sendiri untuk melaporkan objek Pajak
(61)
Bumi dan Bangunannya kepada petugas pendataan. Data yang diberikan harus lengkap dan benar agar nantinya dalam menetapkan besarnya pajak tidak terjadi kesalahan. Di sisi lain petugas sebagai pendata lapangan harus benar-benar memperhatikan data-data objek pajak yang diberikan oleh Wajib Pajak. Demikian juga halnya yang terjadi di Kelurahan Tanjung Sari, Kepala Kelurahan diharapkan dapat menurunkan petugas-petugas ke lapangan untuk memeriksa data-data yang diberikan oleh Wajib Pajak mengenai objek pajaknya. Disisi lain pada saat mengadakan pendataan di lapangan masih banyak di temukan tanah-tanah kosong sehingga tidak diketahui kepada siapa harus dipungut pajaknya.
Hal ini disebabkan karena kurang akuratnya sistem pendataan yang dilakukan oleh petugas dan bisa juga wajib pajak tersebut dengan sengaja tidak melaporkan semua objek pajaknya. Setelah diadakannya pengecekkan ternyata data yang diberikan selama ini mengandung kesalahan akan di perbaiki pada anggaran tahun mendatang. Camat melalui petugas pemungut Kepala Kelurahan yang ada di Kelurahan Tanjung Sari hendaknya menginstruksikan pada Wajib Pajak yang apabila ada diantara Wajib Pajak yang ketetapan pajaknya terlalu tinggi akibat dari pendataan yang salah dianjurkan agar membuat surat permohonan pengurangan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan yang ditunjukkan kepada Dipenda yang ada di Kota Medan untuk diadakan pengurangan pada tahun Anggaran yang sedang dilalui maupun pada tahun Anggaran yang akan datang. Surat permohonan tersebut harus ditandatangani Kepala Kelurahan Tanjung Sari.
(62)
Dalam Jangka 12 bulan sesudah surat keberatan dikirim tetapi tidak ditanggapi, maka surat keberatan ketetapan yang terlalu tinggi tersebut dapat dikurangi telah dianggap diterima.
c. Melakukan Penagihan Aktif
Penagihan aktif (door to door) adalah cara yang baru digunakan para petugas pajak khususnya petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan untuk meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan baik dikota maupun di daerah. Yang dimaksud dengan Penagihan aktif disini adalah fiskus yang berperan aktif untuk memungut Pajak Bumi dan Bangunan dari Wajib Pajak dengan jalan, tidak ada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan maka pihak fiskus sendirilah yang akan mendatangi Wajib Pajak secara langsung. Hal ini juga perlu dilakukan oleh petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan karena cara ini dianggap memberikan tambahan peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam hal pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sebelum jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Pembangunan setelah datang sendiri ke rumah-rumah penduduk untuk menanyakan apakah Wajib Pajak tersebut telah membayar PBB. Petugas pemungutan PBB tersebut akan menjelaskan kepada wajib pajak bahwa apabila wajib pajak tersebut tidak melunasi PBB sesuai dengan tanggal yang ditentukan maka wajib pajak tersebut akan dikenakan sanksi berupa bunga hal ini sangat merugikan wajib pajak itu sendiri karena harus membayar bunga atas keterlambatan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut.
(63)
Cara lain yang dapat digunakan oleh petugas pemungutan PBB atau pemerintahan Kelurahan Tanjung Sari untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu setiap masyarakat yang mempunyai urusan dengan Camat melalui Kepala Kelurahan harus melampirkan bukti setoran PBB pada tahun Anggaran berjalan. Bila bukti setoran PBB ini tidak dilampirkan maka masyarakat tersebut menemui kesulitan untuk melakukan urusannya. Inilah salah satu bentuk nyata yang dilakukan Kelurahan Tanjung Sari untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(64)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari data-data yang diperoleh di lapangan dan pembahasan bab-bab terdahulu serta analisa dan evaluasi maka sebagai akhir dari tulisan ini penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu :
A. Kesimpulan
1. Realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari masih rendah karena tidak dapat mencapai target yang ditentukan hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar PBB dan juga kurangnya penyuluhan yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak.
2. Bahwa Tingkat pendidikan wajib pajak di Kelurahan Tanjung Sari masih cukup rendah sehingga pemahaman wajib pajak tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perpajakan khususnya pajak bumi dan bangunan kurang dipahami sehingga wajib pajak tidak patuh dan kurang memiliki kesadaran untuk membayar pajak bumi dan bangunan.
3. Pendataan mengenai objek Pajak Bumi dan Bangunan kurang akurat karena lemahnya pengawasan kontrol yang dilakukan oleh petugas pemungut pajak.
(65)
B. Saran
Dari pengamatan yang terdapat dalam laporan ini penulis bermaksud memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi instansi yang bersangkutan dalam hal ini pemerintah daerah, semoga saran ini diterima dan berguna baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
1. Pemerintah sebaiknya memberikan penjelasan tentang manfaat dari pajak bumi dan bangunan secara transparan sehingga masyarakat mengetahui minimal merasakan manfaat pajak bumi dan bangunan.
2. Agar pemerintah mengadakan penyuluhan tentang perpajakan sehingga masyarakat di Kelurahan Tanjung Sari memahami dan mengerti hal-hal yang berkaitan tentang perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan dengan demikian wajib pajak semakin sadar dan patuh untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Untuk mendapatkan pendataan objek pajak yang akurat diharapkan kepada pihak fiskus melakukan pendataan setiap tahun pajak hal ini disebabkan karena perkembangan pembangunan yang begitu cepat sehingga mempengaruhi keadaan data-data dari objek pajak tersebut.
4. Untuk dapat merealisasikan target penerimaan pajak bumi dan bangunan yang telah ditetapkan diharapkan kepada pihak fiskus untuk melakukan penagihan aktif kepada wajib pajak.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ahmadyani, 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia, Edisi pertama. Grafindo Persada Jakarta.
B. Boediono, 2001. Perpajakan Indonesia, Edisi Kedua, Diadit Media, Jakarta. Chaizi Nasucha .... (et al), 2000. Solusi Perpajakan Terlengkap, Edisi Kedua,
Majalah Berita Pajak PT. Prenhalindo.
Eugenia Liliawati Muljono, 1999. Tanya Jawab Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Harvarindo.
Mardiasno, 2002. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Yogyakarta.
Redaksi Sinar Grafika, 2000. Pajak Bumi dan Bangunan, Edisi Pertama, Sinar Grafika.
R. Santoso Brotodiharjo, 1995. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Eresco, Bandung.
Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas, 1999. Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama Salemba empat.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Keputusan Menteri Keuangan No. 523 / KMK 04 / 1998 tentang penentuan
klasifikasi penggolongan dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan PBB.
Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1997 tentang Persentase Nilai Jual Kena
Pajak (NJKP).
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 1998, tentang Penetapan besarnya Nilai Jual
(67)
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000 tentang Pembagian Hasil
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan
Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 / PJ.6 / 2000 tanggal 7 Desember 2000 tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan
(1)
Dalam Jangka 12 bulan sesudah surat keberatan dikirim tetapi tidak ditanggapi, maka surat keberatan ketetapan yang terlalu tinggi tersebut dapat dikurangi telah dianggap diterima.
c. Melakukan Penagihan Aktif
Penagihan aktif (door to door) adalah cara yang baru digunakan para petugas pajak khususnya petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan untuk meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan baik dikota maupun di daerah. Yang dimaksud dengan Penagihan aktif disini adalah fiskus yang berperan aktif untuk memungut Pajak Bumi dan Bangunan dari Wajib Pajak dengan jalan, tidak ada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan maka pihak fiskus sendirilah yang akan mendatangi Wajib Pajak secara langsung. Hal ini juga perlu dilakukan oleh petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan karena cara ini dianggap memberikan tambahan peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam hal pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sebelum jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Pembangunan setelah datang sendiri ke rumah-rumah penduduk untuk menanyakan apakah Wajib Pajak tersebut telah membayar PBB. Petugas pemungutan PBB tersebut akan menjelaskan kepada wajib pajak bahwa apabila wajib pajak tersebut tidak melunasi PBB sesuai dengan tanggal yang ditentukan maka wajib pajak tersebut akan dikenakan sanksi berupa bunga
(2)
Cara lain yang dapat digunakan oleh petugas pemungutan PBB atau pemerintahan Kelurahan Tanjung Sari untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu setiap masyarakat yang mempunyai urusan dengan Camat melalui Kepala Kelurahan harus melampirkan bukti setoran PBB pada tahun Anggaran berjalan. Bila bukti setoran PBB ini tidak dilampirkan maka masyarakat tersebut menemui kesulitan untuk melakukan urusannya. Inilah salah satu bentuk nyata yang dilakukan Kelurahan Tanjung Sari untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari data-data yang diperoleh di lapangan dan pembahasan bab-bab terdahulu serta analisa dan evaluasi maka sebagai akhir dari tulisan ini penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu :
A. Kesimpulan
1. Realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tanjung Sari masih rendah karena tidak dapat mencapai target yang ditentukan hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar PBB dan juga kurangnya penyuluhan yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak.
2. Bahwa Tingkat pendidikan wajib pajak di Kelurahan Tanjung Sari masih cukup rendah sehingga pemahaman wajib pajak tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perpajakan khususnya pajak bumi dan bangunan kurang dipahami sehingga wajib pajak tidak patuh dan kurang memiliki kesadaran untuk membayar pajak bumi dan bangunan.
3. Pendataan mengenai objek Pajak Bumi dan Bangunan kurang akurat karena lemahnya pengawasan kontrol yang dilakukan oleh petugas pemungut pajak.
(4)
B. Saran
Dari pengamatan yang terdapat dalam laporan ini penulis bermaksud memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi instansi yang bersangkutan dalam hal ini pemerintah daerah, semoga saran ini diterima dan berguna baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
1. Pemerintah sebaiknya memberikan penjelasan tentang manfaat dari pajak bumi dan bangunan secara transparan sehingga masyarakat mengetahui minimal merasakan manfaat pajak bumi dan bangunan.
2. Agar pemerintah mengadakan penyuluhan tentang perpajakan sehingga masyarakat di Kelurahan Tanjung Sari memahami dan mengerti hal-hal yang berkaitan tentang perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan dengan demikian wajib pajak semakin sadar dan patuh untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Untuk mendapatkan pendataan objek pajak yang akurat diharapkan kepada pihak fiskus melakukan pendataan setiap tahun pajak hal ini disebabkan karena perkembangan pembangunan yang begitu cepat sehingga mempengaruhi keadaan data-data dari objek pajak tersebut.
4. Untuk dapat merealisasikan target penerimaan pajak bumi dan bangunan yang telah ditetapkan diharapkan kepada pihak fiskus untuk melakukan penagihan aktif kepada wajib pajak.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ahmadyani, 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Edisi pertama. Grafindo Persada Jakarta.
B. Boediono, 2001. Perpajakan Indonesia, Edisi Kedua, Diadit Media, Jakarta. Chaizi Nasucha .... (et al), 2000. Solusi Perpajakan Terlengkap, Edisi Kedua,
Majalah Berita Pajak PT. Prenhalindo.
Eugenia Liliawati Muljono, 1999. Tanya Jawab Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Harvarindo.
Mardiasno, 2002. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Yogyakarta.
Redaksi Sinar Grafika, 2000. Pajak Bumi dan Bangunan, Edisi Pertama, Sinar Grafika.
R. Santoso Brotodiharjo, 1995. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Eresco, Bandung.
Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas, 1999. Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama Salemba empat.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Keputusan Menteri Keuangan No. 523 / KMK 04 / 1998 tentang penentuan klasifikasi penggolongan dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan PBB.
(6)
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000 tentang Pembagian Hasil
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 / PJ.6 / 2000 tanggal 7 Desember 2000 tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan BPHTB.