menempatkan satu peleton aparatnya di sekitar kampus
4.2.14 Percepat Teliti Tumbuhan Pangan 26 Maret 2010
JAKARTA, KOMPAS – Perubahan iklim global menyebabkan kenaikan permukaan laut sehingga akan menenggelamkan ratusan ribu hektar sawah di
Indonesia pada 2050. Hal itu
1
harus diantisipasi dengan penelitian tanaman pangan alternatif yang mampu tumbuh di tanah terendam air.
Percepatan penelitian keanekaragaman hayati pun dibutuhkan menghadapi kenaikan tingkat kepunahan spesies.
Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas Armida S Alisjahbana menyatakan, kajian Bappenas menunjukkan, pengurangan areal
persawahan akibat kenaikan permukaan laut di kawasan pesisir Jawa pada 2050 akan mencapai 182.000 hektar.
“Sedangkan pengurangan areal persaawahan di Sulawesi mencapai luas 78.000 hektar dan di Kalimantan sekitar 25.000 hektar,” kata Armida dalam
orasi ilmiah wisuda ke-28 Universitas Sahid Jakarta di Jakarta, Kamis 253.
Dia
2
menyatakan, pengurangan luas areal persawahan di pesisir ditambah kenaikan suhu dan perubahan curah hujan akan menurunkan tingkat produksi
pertanian. “Antisipasi dampak perubahan iklim itu perlu dilakukan sejak dini,” katanya.
Secara terpisah, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Endang Sukara menyatakan, ancaman itu harus
diantisipasi dengan menggiatkan penelitian tumbuhan yang bisa dijadikan bahan pangan alternatif.
“Indonesia dan dunia bergantung pada sekitar 21 spesies tanaman dan
ternak. Kita
3
tidak tuntas meneliti berbagai tumbuhan pangan yang mampu hidup dalam kondisi terendam air, bahkan air asin. Misalnya, kita memiliki banyak
Universitas Sumatera Utara
spesies sagu dan nipah, tetapi bagaimana cara menyimpan sagu yang tahan lama tidak kita ketahui. Kita tidak tuntas meneliti bagaimana menjadikan sagu sebagai
cadangan pangan menghadapi perubahan iklim,” kata Endang, Rabu. Endang menyayangkan Organisasi Pangan Dunia FAO yang kurang
memerhatikan penelitian tumbuhan pangan alternatif dan cenderung mengutamakan penelitian pangan yang tidak tahan menghadapi dampak
perubahan iklim. “Begitu besar dana penelitian untuk jagung atau gandum, padahal
penelitian itu tidak menjawab berkurangnya luasan areal penanaman akibat kenaikan kenaikan permukaan laut. Indonesia pun makin mengarah pada
monokultur, menebang hutan untuk tanaman pangan. Padahal, tingkat keanekaragaman hayati Indonesia sangat tinggi yang bisa bernilai ekonomi
tinggi jika dipertahankan dan diteliti hingga ditemukan manfaatnya,” ujarnya.
Ia
4
menambahkan, Indonesia juga butuh percepatan penemuan dan penelitian manfaat keanekaragaman hayati Indonesia, karena perubahan iklim
mempercepat laju kepunahan. “LIPI hanya mampu menemukan dan meneliti manfaat keanekaragaman
hayati 30-40 spesies baru setiap tahun. Itu
5
tidak sebanding dengan laju kepunahan saat ini. Padahal, ada begitu banyak spesies yang belum
diidentifikasi manfaatnya, bahkan belum ditemukan, tetapi justru punah tanpa dapat dikembalikan lagi,” katanya.
1. Paragraf 4 : “Sedangkan pengurangan areal persaawahan di Sulawesi mencapai luas 78.000 hektar dan di Kalimantan sekitar 25.000
hektar,” kata Armida dalam orasi ilmiah wisuda ke-28 Universitas Sahid Jakarta di Jakarta, Kamis 253. Dia
Analisis substitusi dalam wacana 14
Universitas Sumatera Utara
menyatakan, pengurangan luas areal persawahan di pesisir ditambah kenaikan suhu dan perubahan curah hujan akan
menurunkan tingkat produksi pertanian. Pada kalimat tersebut dia adalah substitusi dari Armida. Substitusi ini
merupakan substitusi nominal kata benda.
2. Paragraf 4 : “Indonesia dan dunia bergantung pada sekitar 21 spesies tanaman dan ternak. Kita tidak tuntas meneliti berbagai
tumbuhan pangan yang mampu hidup dalam kondisi terendam air, bahkan air asin.
Pada kalimat tersebut kita adalah substitusi dari Indonesia. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
3. Paragraf 7 : Endang menyayangkan Organisasi Pangan Dunia FAO yang
kurang memerhatikan penelitian tumbuhan pangan alternatif dan cenderung mengutamakan penelitian pangan yang tidak
tahan menghadapi dampak perubahan iklim.
Paragraf 9 : Ia menambahkan, Indonesia juga butuh percepatan penemuan
dan penelitian manfaat keanekaragaman hayati Indonesia, karena perubahan iklim mempercepat laju kepunahan.
Kata ia pada kalimat di atas adalah substitusi dari Endang. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
4. Paragraf 10 : LIPI hanya mampu menemukan dan meneliti manfaat
keanekaragaman hayati 30-40 spesies baru setiap tahun. Itu
Universitas Sumatera Utara
tidak sebanding dengan laju kepunahan saat ini. Padahal, ada begitu banyak spesies yang belum diidentifikasi manfaatnya,
bahkan belum ditemukan, tetapi justru punah tanpa dapat dikembalikan lagi,” katanya.
Kata itu pada kalimat di atas adalah substitusi dari 30-40 spesies baru. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
5. Paragraf 1 : Perubahan iklim global menyebabkan kenaikan permukaan laut sehingga akan menenggelamkan ratusan ribu hektar sawah di
Indonesia pada 2050. Hal itu harus diantisipasi dengan
penelitian tanaman pangan alternatif yang mampu tumbuh di tanah terendam air.
Pada kalimat tersebut hal itu adalah substitusi dari seluruh kalimat sebelumnya. Substitusi ini merupakan substitusi klausal.
Substitusi yang terdapat dalam wacana 14 No Jenis Substitusi
Kata Kelompok Kata Menggantikan
1. Sub. Nominal
dia
2
kita
3
ia
4
itu
5
Armida Indonesia
Endang 30-40 spesies baru
Universitas Sumatera Utara
2. Sub. Verbal
---------------------- ------------------------------
3. Sub. Klausal
hal itu
1
Perubahan iklim global menyebabkan kenaikan
permukaan laut sehingga akan menenggelamkan ratusan ribu
hektar sawah di Indonesia pada 2050
4.2.15 Pengawas UN Meninggal Dunia 31 Maret 2010