dia
15
yang sama
16
Nur Safaat RSUD Cengkareng
2. Sub. Verbal
menyusul
2
tewas
3. Sub. Klausal
----------------------- ------------------------------
4.2.12 Obyek Bersejarah Rusak 22 Maret 2010
MEDAN, KOMPAS – Sumatera Utara menyimpan warisan kekayaan bersejarah yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata
bersejarah. Namun, warisan-warisan itu
1
merana karena tidak dikelola dengan baik dan bahkan dirusak.
Demikian
2
antara lain yang mengemuka dalam diskusi bertajuk pengembangan pariwisata budaya Sumatera Utara di Universitas Negeri Medan,
Sabtu 203. Diskusi tersebut menghadirkan arkeolog dari Inggris, Edward McKinnon, dan pengajar arkeologi dari Institute of Southeast Asian Studies
ISEAS Singapura, Lim Chen Sian. Hadir pula Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Ichwan Azhari dalam diskusi yang dimoderatori oleh
budayawan Ben Pasaribu itu. Azhari mencontohkan sebagian dari ratusan warisan sejarah di Sumatera
Utara yang potensial untuk dijadikan obyek wisata sejarah, yakni situs Bukit Kerang di pantai timur Sumatera sebagai jejak kehidupan prasejarah dan situs
Kota Kuno Barus di pantai barat Sumatera Utara. Selain itu, situs Kota China di
Universitas Sumatera Utara
utara Kota Medan; Kota Rentang di Hamparan Perak, Deli Serdang; Benteng Puteri Hijau; Candi Portibi; dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda.
Replika peradaban Eropa tercermin dalam penyusunan Lapangan Merdeka dan bangunan-bangunan yang mengelilinginya. Di sana terdapat
bangunan balai kota, gedung Bank Indonesia, Hotel de Boor, kantor pos, stasiun kereta api, dan kawasan perkantoran. “ Pohon-pohon trembesi yang mengelilingi
Lapangan Merdeka itu didatangkan langsung dari Amerika Latin oleh Belanda
dan kini usianya lebih dari 100 tahun. Jika dikelola dengan benar, itu
3
akan mengundang decak kagum,” ujarnya.
Sayangnya, lanjutnya, situs-situs tersebut
4
merana dan rusak akibat dari vandalisme. Benteng Puteri Hijau, misalnya, mulai diserbu oleh bangunan-
bangunan perumahan. Situs Kota China juga terbengkalai dan keramiknya
banyak yang dijual keluar negeri secara ilegal sebab di situs tersebut
5
tidak ada penjagaan.
Menurut McKinnon, penyebab utama pembicaraan situs-situs tersebut adalah ketidakjelasan kewenangan pengelolaan. Di Inggris, situs-situs bersejarah
dikelola oleh English Heritage, sebuah lembaga nonpemerintah, tetapi bekerja
atas dasar undang-undang yang disahkan oleh pemerintah. Lembaga ini
6
memiliki kewenangan yang jelas mengenai pengelolaan dan perawatan situs.
Mereka
7
juga didanai secara memadai oleh pemerintah. Ada juga lembaga The National Trust, yang dananya bersumber dari
masyarakat. Anggota lembaga ini
8
membayar iuran per bulan, sementara bagi non-anggota cukup membayar tiket saat memasuki wilayah obyek wisata tertentu.
Dana tersebu digunakan untuk kepentingan pengelolaan dan penjagaan situs-situs bersejarah termasuk menjaga kebersihan situs.
Di Indonesia, terutama Sumatera Utara, belum ada lembaga-lembaga
seperti itu
9
.
Universitas Sumatera Utara
“Situs-situs di Sumatera Utara sangat jorok. Banyak sampah plastik, botol tua, dan bangkai kucing,” papar arkeolog yang lebih dari 30 tahun memerhatikan
situs-situs bersejarah di Indonesia ini. Chen mengatakan, perlu kesadaran bersama untuk menjaga situs
bersejarah tersebut. Pemerintah Singapura melibatkan para mahasiswa untuk terlibat dalam eskavasi atau menjadi guide bagi turis asing. Situs-situs bersejarah
juga dimasukkan dalam buku-buku pelajaran di sekolah dasar. McKinnon menambahkan, satu lagi kelemahan Indonesia ialah tidak
adanya penjelasan yang memadai tentang situs-situs tersebut. Akibatnya, masyarakat tidak memahami arti situs itu. “Banyak situs dirusak akibat
ketidaktahuan masyarakat,” ujarnya. Peneliti di Balai Arkeologi Medan, Ery Soedowo, mengungkapkan,
minimnya referensi tertulis mengenai situs-situs penting di Sumatera Utara merupakan buah dari kerja antarinstansi yang tidak sinergis. Tiap-tiap instansi
seolah berpikir dan bekerja sendiri-sendiri.
“Contohnya, kami
10
pernah meneliti tentang Padang Lawas, tetapi hasilnya teronggok di perpustakaan karena tidak kunjung dibukukan. Instansi lain
sepertinya sulit diajak kerja sama,” ujarnya.
1. Paragraf 1 : Sumatera Utara menyimpan warisan kekayaan bersejarah yang
sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata
bersejarah. Namun, warisan-warisan itu merana karena tidak
dikelola dengan baik dan bahkan dirusak. Analisis substitusi dalam wacana 12
Pada kalimat tersebut itu adalah substitusi dari kekayaan bersejarah. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
Universitas Sumatera Utara
2. Paragraf 4 : “Pohon-pohon trembesi yang mengelilingi Lapangan Merdeka
itu didatangkan langsung dari Amerika Latin oleh Belanda dan kini usianya lebih dari 100 tahun. Jika dikelola dengan benar,
itu akan mengundang decak kagum,” ujarnya.
Pada kalimat tersebut itu adalah substitusi dari pohon-pohon trembesi. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
3. Paragraf 3 : Azhari mencontohkan sebagian dari ratusan warisan sejarah di Sumatera Utara yang potensial untuk dijadikan obyek wisata
sejarah, yakni situs Bukit Kerang di pantai timur Sumatera sebagai jejak kehidupan prasejarah dan situs Kota Kuno Barus
di pantai barat Sumatera Utara. Selain itu, situs Kota China di utara Kota Medan; Kota Rentang di Hamparan Perak, Deli
Serdang; Benteng Puteri Hijau; Candi Portibi; dan bangunan- bangunan peninggalan Belanda.
Paragraf 5 : Sayangnya, lanjutnya, situs-situs tersebut merana dan rusak
akibat dari vandalisme. Benteng Puteri Hijau, misalnya, mulai diserbu oleh bangunan-bangunan perumahan.
Kata tersebut pada kalimat di atas adalah substitusi dari Bukit Kerang, Kota Kuno Barus, Kota China, Kota Rentang, Benteng Puteri Hijau; Candi
Portibi; dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
Universitas Sumatera Utara
4. Paragraf 5 : Situs Kota China juga terbengkalai dan keramiknya banyak yang dijual keluar negeri secara ilegal sebab di situs tersebut
tidak ada penjagaan. Kata tersebut pada kalimat di atas adalah substitusi dari Kota China. Substitusi
ini merupakan substitusi nominal kata benda.
5. Paragraf 6 : Di Inggris, situs-situs bersejarah dikelola oleh English Heritage, sebuah lembaga nonpemerintah, tetapi bekerja atas
dasar undang-undang yang disahkan oleh pemerintah. Lembaga
ini memiliki kewenangan yang jelas mengenai pengelolaan dan perawatan situs. Mereka juga didanai secara memadai oleh
pemerintah. Kata ini, mereka pada kalimat tersebut adalah substitusi dari English Heritage.
Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda. 6. Paragraf 7:
Ada juga lembaga The National Trust, yang dananya bersumber dari masyarakat. Anggota lembaga ini membayar
iuran per bulan, sementara bagi non-anggota cukup membayar tiket saat memasuki wilayah obyek wisata tertentu.
Kata ini pada kalimat tersebut adalah substitusi dari The National Trust. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
7. Paragraf 6 : Di Inggris, situs-situs bersejarah dikelola oleh English
Heritage, sebuah lembaga nonpemerintah, tetapi bekerja atas
dasar undang-undang yang disahkan oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Paragraf 7 : Ada juga lembaga The National Trust, yang dananya
bersumber dari masyarakat. Paragraf 9 :
Di Indonesia, terutama Sumatera Utara, belum ada lembaga-
lembaga seperti itu.
Kata itu pada kalimat tersebut adalah substitusi dari English Heritage dan The National Trust. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda.
8. Paragraf 13 : Peneliti di Balai Arkeologi Medan, Ery Soedowo,
mengungkapkan, minimnya referensi tertulis mengenai situs- situs penting di Sumatera Utara merupakan buah dari kerja
antarinstansi yang tidak sinergis.
Paragraf 14 : “Contohnya, kami pernah meneliti tentang Padang Lawas,
tetapi hasilnya teronggok di perpustakaan karena tidak kunjung dibukukan. Instansi lain sepertinya sulit diajak kerja
sama,” ujarnya. Kata kami pada kalimat tersebut adalah substitusi dari Peneliti di Balai
Arkeologi Medan. Substitusi ini merupakan substitusi nominal kata benda. 9. Paragraf 1 :
Sumatera Utara menyimpan warisan kekayaan bersejarah yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek
wisata bersejarah. Namun, warisan-warisan itu merana karena tidak dikelola dengan baik dan bahkan dirusak.
Universitas Sumatera Utara
Paragraf 2 : Demikian antara lain yang mengemuka dalam diskusi bertajuk
pengembangan pariwisata budaya Sumatera Utara di Universitas Negeri Medan, Sabtu 203.
Kata demikian pada kalimat tersebut adalah substitusi dari seluruh kalimat sebelumnya pada paragraf 1. Substitusi ini merupakan substitusi klausal.
Substitusi yang terdapat dalam wacana 12 No Jenis Substitusi
Kata Kelompok Kata Menggantikan
1. Sub. Nominal
itu
1
itu
3
tersebut
4
tersebut
5
ini
6
, mereka
7
ini
8
itu
9
kekayaan bersejarah pohon-pohon trembesi
Bukit Kerang, Kota Kuno Barus, Kota China, Kota
Rentang, Benteng Puteri Hijau, Candi Portibi; dan bangunan-
bangunan peninggalan Belanda.
Kota China English Heritage sebuah
lembaga nonpemerintah The National Trust
English Heritage dan The National Trust
Peneliti di Balai Arkeologi Medan
Universitas Sumatera Utara
kami
10
2. Sub. Verbal
---------------------- -------------------------
3. Sub. Klausal
demikian
2
Sumatera Utara menyimpan warisan kekayaan bersejarah
yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek
wisata bersejarah. Namun, warisan-warisan itu
merana karena tidak dikelola dengan
baik dan bahkan dirusak
4.2.13 Demo Berakhir Bentrok 25 Maret 2010