BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan
karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa, kehidupan di dunia akan terasa begitu suram tak berwarna.
Tak ada satu pun kegiatan dalam kehidupan yang tidak memerlukan bahasa. Bahasa adalah suatu bentuk interaksi yang dilakukan oleh manusia untuk saling
memberi atau menerima informasi. Dengan kata lain, bahasa adalah sarana komunikasi yang utama, meskipun dalam kenyataan bahasa tidak hanya diartikan
suatu tuturan, tetapi dapat berupa isyarat gerakan tubuh yang bertujuan agar orang lain mengerti akan suatu hal.
Bahasa sebagai bentuk komunikasi manusia menggunakan media yang berbeda-beda. Menurut Sumarlam 2004:1 secara garis besar komunikasi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi bahasa lisan dan komunikasi bahasa tulis. Komunikasi bahasa lisan adalah cara penyampaian dan penerimaan
informasi dari pemberi informasi kepada penerima informasi tanpa menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis adalah proses penyampaian dan penerimaan
informasi kepada penerima informasi dengan menggunakan perantara media salah satunya wacana.
Universitas Sumatera Utara
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar Kridalaksana
dalam Tarigan, 1987: 25. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca dalam wacana tulis atau pendengar dalam wacana lisan. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu
dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dipenuhi
apabila dalam wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut. Bila
wacana itu kohesif, akan tercipta kekoherensian, yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Dalam situasi komunikasi, apa pun bentuk wacananya, diasumsikan adanya penyapa addressor dan pesapa addressee Rani, 2004: 4. Dalam
wacana lisan, penyapa adalah pembicara, sedangkan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulis, penyapa adalah penulis sedangkan pembaca sebagai pesapa.
Dalam sebuah wacana, harus ada unsur penyapa dan pesapa. Tanpa adanya kedua unsur itu, tidak akan terbentuk suatu wacana.
Disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam tindak komunikasi disebut analisis wacana Rani, 2004:9. Analisis wacana
merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan Stubbs dalam
Rani,2004:9. Penggunaan bahasa secara alamiah tersebut berarti penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Data dalam analisis wacana selalu
Universitas Sumatera Utara
berupa teks, baik teks lisan maupun tulis. Teks di sini mengacu pada bentuk transkripsi rangkaian kalimat atau ujaran. Kalimat digunakan dalam ragam bahasa
tulis sedangkan ujaran digunakan untuk mengacu pada kalimat dalam ragam bahasa lisan. Untuk memahami sebuah wacana, perlu diperhatikan semua hal
yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut. Samsuri menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan kajian
wacana. Aspek-aspek tersebut adalah a konteks wacana, b topik, tema, dan judul wacana, c kohesi dan koherensi wacana, dan d referensi dan inferensi
kewacanaan Samsuri dalam Rani, 2004:15. Khusus mengenai hubungan kohesi, Samsuri mengatakan bahwa hubungan kohesi terbentuk jika penafsiran suatu
unsur dalam ujaran bergantung pada penafsiran makna ujaran yang lain, dalam arti bahwa yang satu tidak dapat ditafsirkan maknanya dengan efektif, kecuali
dengan mengacu pada unsur yang lain. Hubungan kohesi yang dimaksud, seperti a hubungan sebab-akibat, b referensi dengan pronomina persona dan
demonstrativa, c konjungsi, d hubungan leksikal, dan e hubungan struktural lanjutan, seperti substitusi, perbandingan, dan perulangan.
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan Rani, 2004: 26. Wacana tulis
adalah teks yang yang berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam bahasa tulis, sedangkan wacana lisan merupakan rangkaian kalimat yang ditranskrip dari
rekaman bahasa lisan. Wacana tulis dapat ditemukan dalam bentuk buku, surat kabar, artikel, makalah, dan sebagainya sedangkan wacana lisan dapat ditemukan
dalam bentuk percakapan, khotbah, dan siaran langsung di radio atau televisi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tujuan komunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi Rani, 2004:37. Wacana
narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya pada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi Keraf, 1986:
136. Dalam wacana narasi, terdapat unsur-unsur cerita yang penting, misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dengan cara ini, dapat dipenuhi kebutuhan
para pendengar dan pembacanya untuk memperoleh informasi tentang kejadian itu. Antara kisah dan kisah dalam narasi selalu terdapat perbedaan yang
menyangkut tujuan dan sasarannya, misalnya narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk memberi
informasi pada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian, didasarkan pada penalaran untuk mencapai
kesepakatan rasional, dan bahasa dalam narasi ekspositoris lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.
Sedangkan narasi sugestif adalah narasi yang disusun sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal para pembaca, menyampaikan suatu makna
atau suatu amanat yang tersirat, penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar, dan
bahasa yang digunakan lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
Media informasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu dalam bentuk elektronik dan cetak. Dalam bentuk elektronik, misalnya televisi, radio, tape,
telepon, dan komputer. Sedangkan media cetak, misalnya tabloid, majalah, koran, artikel, pamplet, dan papan reklame. Surat kabar merupakan salah satu media
Universitas Sumatera Utara
cetak yang memiliki keunggulan dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. Berita yang disampaikan dikupas lebih mendalam dan lebih terinci. Fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi salah satunya tampak dalam penggunaan ragam bahasa jurnalistik. Ragam bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
wartawan dalam media massa. Surat kabar adalah alat komunikasi yang berperan sebagai sarana
informasi yang telah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Setiap hari orang membaca surat kabar untuk mengetahui berita-berita yang sedang
berkembang atau terjadi sehari-hari. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari. Salah satu surat kabar umum yang terbit setiap hari adalah Kompas.
Kompas adalah surat kabar yang terbit sejak 28 Juni 1965 dengan pendiri P.K. Ojong 1920-1980 Jakob Oetama. Kompas merupakan surat kabar harian yang
memuat berita-berita faktual yang jangkauannya luas, tidak hanya di dalam negeri namun sudah mencakup internasional. Informasi yang disajikan meliputi politik
dan hukum, opini, internasional, pendidikan dan kebudayaan, lingkungan dan kesehatan, IPTEK, umum, bisnis dan keuangan, nusantara, metropolitan,
Sumatera Utara, nama dan peristiwa, dan olahraga. Setiap wacana mengandung informasi yang merupakan misi yang hendak
dicapai. Harian Kompas, misalnya merupakan salah satu surat kabar yang di dalamnya terdapat wacana- wacana narasi ekspositoris. Pada umumnya pembaca
hanya memperhatikan isi dari informasi yang dibaca tanpa memperhatikan bagaimana caranya informasi itu dihasilkan. Dengan kata lain, bagaimana seorang
pencerita atau narator menemukan cara terbaik untuk menyampaikan suatu
Universitas Sumatera Utara
peristiwa agar dapat dimengerti atau dipahami dengan mudah oleh pembacanya. Hal ini yang melatarbelakangi pemilihan topik penelitian ini.
Unsur yang digunakan untuk membangun wacana yang baik adalah kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi merupakan unsur hakikat wacana, unsur
yang turut menentukan keutuhan wacana. Dalam kata kohesi tersirat pengertian kepaduan, keutuhan; dan pada kata koherensi terkandung pengertian pertalian,
hubungan. Apabila dikaitkan dengan aspek bentuk dan makna maka dapat dikatakan bahwa kohesi mengacu kepada aspek bentuk dan koherensi kepada
aspek makna wacana Tarigan, 1987:96. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantis antarunsur bagian dalam wacana. Hubungan tersebut
disebut sebagai hubungan koherensi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut. Menurut Halliday dan Hasan dalam
Rani,1994: 94 unsur kohesi terdiri atas tiga macam, yaitu unsur gramatikal, konjungsi, dan leksikal. Hubungan gramatikal itu dibedakan menjadi referensi,
substitusi, dan elipsis. Sedangkan, hubungan leksikal diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk leksikal seperti reiterasi dan kolokasi.
Referensi adalah hubungan antara kata dengan benda. Lyons dalam Rani, 1994: 97. Substitusi adalah proses penggantian unsur bahasa oleh unsur lain
dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan unsur tertentu Kridalaksana dalam HG Tarigan, 1987 : 100.
Kalau referensi adalah hubungan meaning makna, maka substitusi adalah hubungan gramatikal yang terbagi atas tiga bagian, yaitu nominal kata benda,
verbal kata kerja, dan clausal klausa Lubis, 1991:35. Elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks
Universitas Sumatera Utara
bahasa atau konteks luar bahasa Kridalaksana dalam Tarigan,1987 : 101. Konjungsi adalah yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase
dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf Kridalaksana dalam Tarigan, 1987: 101. Reiterasi adalah piranti kohesi
leksikal yang digunakan dengan mengulang sesuatu proposisi atau bagian dari proposisi. Kolokasi adalah kata yang menunjukkan adanya hubungan kedekatan
tempat lokasi Rani, 2004: 129. Pada penelitian ini, penulis akan menganalisis wacana narasi ekspositoris
pada harian Kompas dengan pembahasan unsur kohesi gramatikal yaitu substitusi..
1.2 Rumusan Masalah