Akibat Hukum Suatu Perjanjian Kredit Berakhirnya Perjanjian Kredit

hal ini jika salah satu pihak telah melaksanakan kewajibannya maka lazimnya hak pihak lainnya telah terpenuhi.

E. Akibat Hukum Suatu Perjanjian Kredit

Akibat hukum dari suatu perjanjian secara jelas disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata : Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. 20 Dari ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata tersebut di atas dapat dilihat bahwa semua persetujuan, baik persetujuan yang bernama maupun yang tak bernama yang dibuat sesuai dengan ketentuan hukum, mengikat para pihak yang membuatnya atau dibuat secara sah yang berarti dalam pembuatan perjanjian itu adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata sehingga dengan demikian perjanjian yang dibuat itu mengikat dan mempunyai kekuatan hukum bagi kedua belah pihak yang berlaku sebagai undang-undang. Jika dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata disimpulkan adanya azas kebebasan berkontrak, yang disesuaikan dengan Pasal 1320 KUH Perdata, maka perjanjian yang dibuat para pihak tidaklah dapat ditarik seketika tanpa adanya kata sepakat kedua belah pihak Pasal 1338 ayat 2 KUH Perdata. 20 Ibid, hal. 307. Selanjutnya menurut Pasal 1339 KUH Perdata, persetujuan itu tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, undang-undang.

F. Berakhirnya Perjanjian Kredit

Berakhirnya suatu perjanjian berbeda dengan berakhirnya suatu perikatan. Mengenai berakhirnya suatu perjanjian pada umumnya telah ditentukan sendiri oleh pihak yang membuat perjanjian tersebut, misalnya jika tujuan dari perjanjian tersebut telah tercapai yaitu masing-masing pihak telah saling menerima prestasi, sebagaimana yang mereka kehendaki bersama dalam mengadakan perjanjian tersebut. Selain apa yang telah disebuatkan di atas, masih terdapat beberapa cara untuk berakhirnya suatu perjanjian, yaitu : 1. Suatu perjanjian akan berakhir dengan lewatnya waktu tertentu yang telah disepakati bersama oleh para pihak dalam membuat perjanjian tersebut. Akan tetapi ada juga perjanjian yang batas maksimal waktunya ditentukan oleh Undang-undang, misalnya perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali tidak lebih dari lima tahun. 2. Suatu perjanjian berakhir karena oleh undang-undang ataupun di dalam perjanjian itu sendiri oleh para pihak telah ditentukan bahwa dengan adanya suatu peristiwa tertentu maka perjanjian itu akan berakhir, misalnya dengan meninggalnya salah seorang anggota, maka perjanjian persroan berakhir. 3. Selama berlangsungnya perjanjian, para pihak yang membuat perjanjian tersebut mengadakan kesepkatan untuk mengakhiri perjanjian. Disamping atas kesepakatan, perjanjian dapat pula berakhir karena adanya penghentian dari salah satu pihak dengan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan setempat, misalnya perjanjian sewa menyewa yang waktunya tidak ditentukan dalam perjanjian. 4. Suatu perjanjian dapat berakhir dengan adanya suatu putusan hakim yang disebabkan karena adanya tuntutan pengakhiran perjanjian tersebut dari salah satu pihak.

BAB III HUKUM TENTANG JAMINAN KREDIT