Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Dengan Jaminan SK Pegawai Oleh PT. BRI (Persero) Kantor Cabang Iskandar Muda Medan
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT
DENGAN JAMINAN SK PEGAWAI OLEH PT. BRI (PERSERO)
KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN
TESIS
Oleh
EVA SARTIKA SIREGAR
077011015/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT
DENGAN JAMINAN SK PEGAWAI OLEH PT. BRI (PERSERO)
KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
EVA SARTIKA SIREGAR
077011015/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SK PEGAWAI OLEH PT. BRI (PERSERO) KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN
Nama Mahasiswa : Eva Sartika Siregar Nomor Pokok : 077011015
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS) Ketua
(Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,M.Hum) (Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH,M.Hum) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS
Anggota : 1. Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,M.Hum 2. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum
(5)
ABSTRAK
Dari hasil penelitian bahwa untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pegawai negeri sipil berhak untuk memperoleh gaji dan uang tunjangan sesuai dengan tingkat golongan dan jabatannya yang adil dan layak, namun dalam pelaksanaanya tidak demikian. Alternatif untuk menunjangnya adalah melalui kredit. Peluang bisnis tersebut dimanfaatkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) dengan menyalurkan kredit dengan jaminan SK Pegawai tersebut menggunakan Surat Kuasa Memotong Gaji.
Untuk mengkaji hal tersebut dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Metode penelitian dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Lokasi penelitian di Kantor Cabang BRI Iskandar Muda Medan. Dari populasi debitur sebanyak 663 orang, diambil sampel secara random sebanyak 261 debitur. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan studi pustaka. Data primer diidentifikasi dan diklasifikasi dalam bentuk tabel frekuensi, dianalisis secara kualitatif dengan membandingkan data sekunder, menggunakan metode berpikir induktif dan deduktif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa :
1. Faktor yang mendorong pegawai negeri sipil mengambil kredit adalah untuk menghindari jeratan rentenir dan suku bunga bank relatif murah.
2. Kredit pegawai negeri sipil tersebut membuat debitur lebih mampu memanfaatkan pendapatan yang akan diterima pada masa mendatang.
3. Penilaian kelayakan debitur dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkan akan kembali sesuai dengan syarat-syarat yang diperjanjikan. 4. Jaminan pokok kredit berupa hak tagih (gaji) tidak diikat, tetapi bank meminta
surat kuasa memotong gaji.
5. Tidak diperlukan adanya persyaratan agunan tambahan, namun tingkat pengembalian kredit sangat baik.
6. Kredit macet diakibatkan adanya risiko bisnis maupun non bisnis, yang dapat diminimalkan dengan jalan monitoring.
7. Adanya ketenangan bagi pihak keluarga yang ditinggalkan oleh si debitur/peminjam manakala meninggal terlebih dahulu sebelum pinjaman kredit dilunaskan, karena adanya pihak asuransi yang sudah menanggung.
Disarankan agar praktek pemberian kredit tanpa agunan tambahan dapat dikembangkan pada semua jenis kredit. Tingkat pengembilan kredit tidak berhubungan langsung dengan adanya agunan tambahan. Sedangkan untuk kredit pegawai negeri sipil diberlakukan suku bunga komersial.
(6)
ABSTRACT
To develop the professionalism and the prosperity, a civil servant has the right to get the salary and the allowance based on the level and the function fairly and properly. Although in the realization, it is not like that. The alternative to support that matter is a crerdit. This business opportunity is used by PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) by distributing the credit where a letter of appointment to claim the salary monthly, enclosed.
To study the above matter, the writer uses an descriptive research with the methods of normative juridical and sociological juridical approaches. It’s location is in Bank Rakyat Indonesia (BRI) branch office, Jalan Iskandar Muda, Medan. Among 663 borrowers of the population, there are only 261 borrowers are taken to be the sample. Data are collected from questioner, interview, observation, and library research. The primary data is identified and classified in the form of table of frequency, and anlysed qualitatively by comparing to the secondary data and by using inductive and deductive thinking method.
The results of this research show that:
1. The factors which stimulate the civil servant to take the credit are to avoid the trick of money lender and the interest of bank is relatively low.
2. The credit of civil servant can make the borrower to be more able to use the earnings which will be received in the future.
3. The feasibility of the borrower is evaluated to obtain the certainty that the distributed credit will be paid back based on the terms of agreement.
4. The primary guaranty of credit in the form of the right to claim the salary is not tied, because the bank has received the letter of authorization to claim the salary. 5. No additional guaranty or security needed, because the flow of returning credit is
good.
6. Because of business or non business risk, the stuck credit can be minimizes by doing the monitoring.
7. If the borrower passed away before the credit paid, there is a security for the left family, because of the security insurance.
It is suggested to develop the distribution of credit without additional guaranty to all types of credit because of the returning credit is not related directly to the additional security, and the commercial interest should be given for the civil servant credit.
Keywords: Credit distribution; guaranty; letter of appointment to be a civil
(7)
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Adalah menjadi kewajiban bagi mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu karya ilmiah dalam rangka menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan itulah penulis juga membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Pemberian
Kredit Dengan Jaminan SK Pegawai Oleh PT. BRI (Persero) Kantor Cabang Iskandar Muda Medan”.
Penulis mengakui bahwa tulisan yang penulis hasilkan ini sangat jauh dari kesempurnaan, hal itu disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan ilmiah penulis, untuk itulah penulis mengharapkan kritik dan saran. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi
(8)
4.
Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum,
selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan.5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Ketua Tim Pembimbing yang telah memberikan bimbinganya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbinganya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
7. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing III yang telah memberikan bimbinganya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
8. Bapak Iskandar Muda Sigit Murtiyoso, SE, MM, selaku Pimpinan BRI Cabang Iskandar Muda Medan.
9. Bapak Drs. H. Eddy Syofian, M.AP, selaku Kepala Dinas Komunikasi Dan Informatika Provinsi Sumatera Utara.
10. Bapak Aslan Nasution, SH, selaku Kepala Dinas Bina Marga Kota Medan Ph. Kabag Tata Usaha Dinas Bina Marga Kota Medan.
11. Bapak H. Muhamad Idham, selaku Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan. 12. Bapak Drs. Nasib Sunardi, selaku Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kota Medan yang telah sudi kiranya memberikan surat riset untuk melakukan penelitian di Dinas Bina Marga dan Dinas Pertamanan Kota Medan.
(9)
13. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
14. Yang terhormat dan ananda cintai Ayahanda Drs. Katimbulan Siregar dan
Alm. Ibunda Masrani Batubara, yang tanpa pamrih membesarkan dan
mendidik ananda, sehingga ananda banyak belajar cara hidup bertanggung jawab, tak kenal menyerah dan senantiasa menghormati orang lain.
15. Yang tersayang Abangda Anwar Sadat Siregar, SE, dan Kakanda Lismayanti
Siregar, S.SOS, M.PWD, yang senantiasa memberi motivasi kepada adinda
untuk tetap bertahan dan terus berusaha dalam menghadapi gelombang badai kehidupan.
16. Seluruh Staf Pegawai Administrasi (Ibu Fatima, kak Sari, Kak Lisa, Kak Afni,
Kak Winda, Bang Aldi dan Bang Izal) Program Studi Magister Kenotariatan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
17. Sahabat setiaku Dina Khairunisa, SH, MH., Nur Afni Damanik, SH., Imelda,
SH., Kheirani, SH., Zulkarnain, SH., Fadila Agustina, SH., dan Juni Surbakti Sembiring, SH., yang senantiasa mengingatkan ananda tatkala salah
dan khilaf, menasehati dikala duka, Tahnks friends, Persahabatan kita ga’akan pudar dan akan selalu abadi selamanya, Amin.
18. Seluruh rekan-rekan MKN stambuk 2007, Group-A, Group-B, dan terutama anak-anak Group-C (Bang Abdul Muthalip, Bang Amin, Kak Tina, Mahruzar,
(10)
19. Bang Faisal, SE., Terimakasih telah meluangkan waktunya kepada adinda yang sudi kiranya menemani untuk riset ke Dinas Bina Marga dan Dinas Pertamanan. 20. Bang Andi Tarigan, ST., selaku pria yang tak bosan-bosan memberi nasehatnya,
motivasinya dan kesabarannya untuk mengajari adinda dalam penulisan karangan ilmiah ini untuk terus berusaha mengejar mimpi, impian, dan cita-cita.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun substansi yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan penulisan tesis ini.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan tesis ini dan semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, Juli 2009
Penulis,
(11)
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Eva Sartika Siregar, SH
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 17 September 1983
Alamat : Jl. Nuri 2 / No. 104 P. Mandala
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
II. Orang Tua
Nama Ayah : Drs. Katimbulan Siregar
Nama Ibu : Alm. Masrani Batubara
III. Latar belakang Pendidikan
a. SD 1989 sampai 1995 Sekolah Dasar Parulian Perumnas
Mandala – Medan
b. SMP 1995 sampai 1998 Sekolah Menengah Pertama Swasta
Budisatrya – Medan
c. SMU 1998 sampai 2001 Sekolah Menengah Umum Swasta
Kesatria – Medan
d. S1 2002 sampai 2006 S-1 Fakultas Hukum Universitas
Islam Sumatera Utara – Medan
e. S2 2007 sampai 2009 S-2 Magister Kenotariatan
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15
1. Kerangka Teori ... 15
2. konsepsi ... 25
G. Metode Penelitian ... 29
1. Spesifikasi Penelitian ... 29
2. Lokasi Penelitian ... 30
3. Populasi dan Sampel ... 30
4. Bahan Penelitian ... 31
5. Alat Pengumpulan Data ... 32
(13)
BAB II PENGATURAN DAN PROSEDUR PENGIKATAN SK
PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI JAMINAN KREDIT .. 35
A. Pengaturan dan Prosedur (SISDUR) Pelayanan Kretap (Kredit Tetap) ... 35
B. Realisasi dan Dokumentasi Kredit ... 38
C. Perjanjian Kerja Sama (PKS) ... 39
D. Hasil Penelitian Pengaturan dan Prosedur Pengikatan SK Pegawai Negeri Sipil Sebagai Jaminan Kredit ... 41
BAB III FAKTOR PENDORONG DARI PEGAWAI UNTUK MENGAMBIL KREDIT KONSUMTIF YANG DISALURKAN OLEH BRI ... 54
A. Profil PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) ... 54
B. Jenis-jenis Kredit ... ... 56
C. Kriteria Kelayakan Calon Debitur Kredit Konsumtif ... 66
D. Faktor Pendorong dan Manfaat Kredit Konsumtif ... 72
E. Tingkat Pengembalian Kredit Konsumtif ... 75
BAB IV JAMINAN KREDIT KONSUMTIF KEPADA PEGAWAI BERUPA PENGHASILAN / GAJI TIDAK DIIKAT DENGAN LEMBAGA JAMINAN BERUPA GADAI ……….. 77
A. Gadai Atas Hak Tagih ……….. 77
B. Pengikatan Jaminan Berupa “tagihan” dengan Lembaga Gadai ... 81
C. Karakteristik Hukum Jaminan ……….. 87
(14)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 98
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Komposis Debitur Kredit Pegawai ……… 42
2. Prosedur Kredit Pegawai ………... 42
3. Perlunya Perbaikan Prosedur Penyaluran Kredit Pegawai ……... 43
4. Jangka Waktu Kredit ………. 48
5. Provisi dan Biaya Administrasi ………. 48
6. Jangka Waktu Kredit Pegawai ………... 52
7. Kredit Pegawai Kantor Cabang Iskandar Muda Medan ……… 59
8. Jenis Kredit Yang Disalurkan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Iskandar Muda Medan ………. 60
9. Motivasi Calon Debitur Kredit Pegawai ………... 61
10. Pembebanan Bunga Kredit Pegawai ………. 62
11. Manfaat Kredit Pegawai ……… 62
12. Peruntukan Kredit Pegawai ………. 63
13. Keterkaitan Antara Kredit Pegawai Dengan Produktivitas kerja ….. 64
14. Pelayanan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) ……….. 65
15. Portofolio kredit Pegawai Kantor Cabang Iskandar Muda Medan … 75
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa pihak peminjam uang kepada pihak yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau untuk memenuhi keperluan dana guna pembiayaan kegiatan usahanya. Dengan demikian, kegiatan pinjam-meminjam uang sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat saat ini.
Berdasarkan data portofolio kredit BRI diketahui bahwa fasilitas kredit untuk golongan berpenghasilan tetap, sampai saat ini telah memberikan kontribusi pendapatan yang cukup besar bagi BRI. Disamping itu, adanya pertumbuhan pasar yang pesat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, telah membuka potensi yang sangat besar untuk mengembangkan fasilitas kredit kepada golongan berpenghasilan tetap.
Data menunjukan bahwa semakin maju masyarakat sebuah negara, maka tingkat ratio kredit konsumer terhadap pendapatan penduduk semakin besar. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin majunya tingkat perekonomian sebuah bangsa, yang ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah unit produksi barang dan jasa, yang berati jumlah kelompok fixed income (pekerja/labour) semakin masif sebagai target utama pasar kredit konsumer.
(17)
Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam instruksi pemerintah dan berbagai surat edaran, antara lain :
1. Instruksi Presidium Kabinet Nomor 15/EKA/10/96, yang berisi instruksi kepada bank bahwa dalam memberikan kredit bentuk apa pun, bank-bank mempergunakan ”akad perjanjian kredit”.
2. Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit I Nomor: 2/539/UPK/Pemb/1996 dan, 3. Surat edaran Bank Negara Indonesia Nomor: 2/539/Pemb/1996 tentang Pedoman
Kebijaksanaan di Bidang Perkreditan.
Kredit kepada Golongan Berpenghasilan Tetap, selanjutnya disebut Kupedes Golbertap adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur/debitur dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari fixed income (gaji/pensiunan).
Kupedes Golbertap dapat digunakan untuk membiayai pembelian barang bergerak maupun tidak bergerak, untuk biaya perbaikan rumah, biaya kuliah/sekolah, biaya pengobatan, pernikahan dan lain-lain. Kupedes Golbertap dapat pula diberikan untuk keperluan produktif.
Didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, telah mengatur hak-hak PNS, sehingga dapat diketahui apa yang menjadi hak atau bukan, haruslah mengacu pada ketentuan yang berlaku yang mengatur hak-hak PNS. Adapun perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pasal 1 angka 1 memberikan defenisi mengenai pegawai negeri,
(18)
“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Lebih lanjut penjelasan atas Undang-Undang tersebut dalam ketentuan umum angka 7 menyebutkan bahwa untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan, pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya. Untuk itu negara dan pemerintah wajib mengusahakan dan memberikan gaji yang adil sesuai standar yang layak. Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan gaji yang adil dan layak adalah gaji yang mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga yang bersangkutan dapat memusatkan perhatian, pikiran dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Gaji yang diterima oleh pegawai negeri harus mampu memacu produktifitas dan menjamin kesejahteraanya.
Bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro, tabungan, deposito) dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dana atau bentuk-bentuk lainnya, untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih di bawah standar, dimana pendapatan masyarakat masih di bawah rata-rata, maka dalam hal ini peranan bank dalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya.
(19)
Kredit ini sangat dibutuhkan banyak orang atau pihak dalam menata kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kebutuhan akan kredit tidak saja diperlukan oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak tentu, tetapi juga masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun karyawan yang bekerja pada perusahaan-perusahaan, selain itu dalam menjalankan usahanya, pengusaha juga banyak melakukan pinjaman kredit kepada bank.1
Kriteria pegawai yang dapat dilayani oleh PT. BRI untuk diberikan fasilitas kredit konsumtif adalah :
(1). Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat dan Daerah (2). Anggota TNI, POLRI
(3). Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (4). Pegawai Perusahaan Milik Negara (Perum) (5). Pegawai Perusahaan Persero
(6). Pegawai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) (7). Pegawai perusahaan yang telah Go Public
(8). Pegawai perusahaan swasta nasional, asing, yayasan, yang dinilai mempunyai dan dapat dipercaya kemampuan dan kelangsungan usahanya, mempunyai peraturan ketenagakerjaan / kepegawaian.
”Pegawai tersebut di atas harus sudah berstatus pegawai tetap. Sedangkan pegawai sementara maupun pegawai kontrak belum dapat dilayani. Demikian juga, perusahaan milik perorangan atau keluarga, walaupun dalam bentuk Perseroan Terbatas, belum dapat dilayani dengan kredit konsumtif.”2
1
(20)
Hak-hak pegawai negeri sipil seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 adalah :
a. Hak untuk memperoleh gaji b. Hak untuk cuti
c. Hak pensiun
d. Hak untuk mendapatkan perawatan, tunjangan cacat dan uang duka.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, terutama kepada pegawai, baik pegawai negeri maupun pegawai swasta, serta guna meningkatkan pendapatan BRI, maka dikeluarkanlah sistem kredit pegawai, yang peruntukannya bebas sesuai kebutuhan debitur, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan, perundang-undangan dan kaidah (norma) yang berlaku pada masyarakat. Keperluan tersebut antara lain untuk membeli barang tak bergerak, barang bergerak, atau keperluan-keperluan lainnya seperti biaya sekolah, biaya pengobatan, pernikahan dan sebagainya.3
Asas kesepakatan dalam mengadakan perjanjian adalah merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan orang dalam melakukan perjanjian. Hal ini juga tidak terlepas dart sifat Buku III KUHPerdata, yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak dapat mengenyampingkan, kecuali terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa.
Salah satu fungsi bank sebagai perantara adalah untuk mengelola uang, oleh karena itu peranan bank sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Bank juga sebagai transmisi membantu pemerintah dalam pembangunan nasional dengan berbagai fasilitas yang dimilikinya. Salah satu fasilitas yang disediakan adalah kredit, hal tersebut banyak diminati oleh masyarakat dengan motif dan
3
(21)
konsumsi yang berbeda–beda. Terdorong oleh desakan ekonomi yang kian hari semakin menghimpit, maka kredit adalah salah satu alternatif untuk mendapatkan modal atau dana yang diperlukan guna modal usaha, biaya kuliah/sekolah, biaya pengobatan, pernikahan, dan lain- lain.
Jasa Perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan, yaitu :
1. Sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah, untuk ini bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.
2. Dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.4
”Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank konvensional dalam rangka mengelola dana yang agar produktif dan memberikan keuntungan. Dalam kegiatan operasional bank konvensional pada umumnya ditemukan adanya jaminan utang atau yang lazim disebut jaminan kredit (agunan)”. 5
Dalam pelaksanaan penilaian jaminan utang dari segi hukum, pihak pemberi pinjaman seharusnya melakukanya menurut ketentuan hukum yang berkaitan dengan objek jaminan utang dan hukum tentang penjaminan utang yang disebut sebagai hukum jaminan.
4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 6th Ed, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.20
5
(Mengingat dalam kegiatan perekonomian di Indonesia dikenal adanya bank yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah yang lazim disebut bank Syariah, selanjutnya yang dimaksud dengan istilah bank dalam buku Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia
(22)
Hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjamin dalam rangka utang piutang (pinjaman utang) yang terdapat dalam berbagi peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
Pada umumnya agunan dijadikan sebagai jaminan untuk memenuhi persyaratan pemberian kredit. Setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus menyerahkan agunan berupa barang atau surat-surat berharga yang nilainya sesuai dengan besarnya pinjaman kredit. Agunan kredit berfungsi untuk melindungi bank dari segala kemungkinan yang dapat terjadi. Pihak bank harus teliti dan cermat dalam melakukan penelitian terhadap agunan yang diberikan oleh debitur, sehingga dikemudian hari agunan tidak menimbulkan masalah. ”Pembagian jenis kredit yang disalurkan oleh bank dilihat dari jenis kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu dan jaminan, jaminan yang diberikan merupakan satu hal yang penting dalam penilaian pemberian kredit oleh bank”.6
Agunan yang dijadikan salah satu persyaratan dalam pemberian kredit yaitu: agunan berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, hak pakai yang diberikan berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang bergerak seperti kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan surat tanda nomor kendaraan bermotor dan bukti kepemilikan (BPKB), agunan berupa surat-surat berharga yang mempunyai hak tagih, agunan berupa SK PNS dan agunan berupa SK pensiunan PNS.
6
Ketut Rindjin, Pengantar Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm 14.
(23)
Kita telah melihat di depan bahwa masalah hak-hak jaminan berkaitan erat dengan masalah eksekusi. Dan sehubungan dengan adanya kaitan tersebut kiranya logis, bahwa benda-benda jaminan seharusnya merupakan benda yang bisa dipindahtangankan, sebab suatu eksekusi pada hakikatnya merupakan pemindahtanganan benda jaminan dari pemilik kepada pembeli.
”Walaupun SK Pegawai bukan merupakan benda-benda yang dapat dipindahtangankan (yang mempunyai nilai pengoperan), tetapi di dalam perkembangan dunia perkreditan, karena adanya kebutuhan surat tersebut dapat diterima oleh bank-bank tertentu sebagai jaminan kredit”.7 Caranya adalah dengan menyerahkan SK Pegawai, serta memberikan surat kuasa kepada pihak bank untuk mengambil gaji serta memberikan surat kuasa kepada pihak bank untuk mengambil gaji si penerima kredit. Surat kuasa tersebut ditandatangani pula oleh bendahara kantor pemohon kredit. Sekalipun surat kuasa menerima gaji tersebut dibuat sebagai kuasa mutlak, tetapi jaminan semacam itu kedudukannya sangat lemah, karena gaji sangat bersifat pribadi, sehingga kematian yang bersangkutan akan berakhirnya gaji tersebut.
Perwujudan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (khususnya sila kelima) tersebut, paling tidak terjelma dalam Pembukaan (UUD 1945) yang menyebutkan dengan tegas mengenai landasan pokok pembangunan bidang ekonomi
7
B.P.D. Sulawasi Selatan memberikan kredit dengan jaminan surat gaji dan B.R.I. Ujung Pandang memberikan kredit dengan jaminan surat pension, Vide Lely Niwan, “Pengaturan Hukum Tentang Bentuk-Bentuk Jaminan Kebendaan Lainnya”, dalam Seminar Hukum Jaminan tanggal 5 sampai dengan tanggal 11 Oktober 1978, B.P.N. hlm. 149.
(24)
dan sosial, yaitu adanya ungkapan yang menyatakan “adil dan makmur, memajukan kesejahleraan umum, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pasal 27 ayat (2) UUD1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Keberhasilan tiap-tiap warga Negara Indonesia dalam memperoleh pekerjaan serta penghidupan yang layak bagi kemanusiaan tersebut adalah merupakan gambaran perwujudan masyarakat adil dan makmur.
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan kemakmuran masyarakat harus diutamakan, bukan kemakmuran orang-perorangan. Masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan perekonomian, dan pemerintah berkewajiban untuk memberikan pengarahan/bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha
Manfaat dari adanya penyaluran kredit yang disalurkan oleh perbankan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat kredit bagi masyarakat a) Kredit Konsumtif
Manfaat yang dapat dirasakan debitur kredit konsumtif yang disalurkan kepada pegawai dan pensiunan yang membutuhkan adalah:
Pertama, secara umum mereka menjadi mampu memanfaatkan pendapatannya, yang akan diterima pada masa mendatang untuk membeli kebutuhan barang dan jasa mereka.
Kedua, untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keperluan yang bersifat
mendesak (force majeur). b) Kredit Komersial
Kegiatan usaha sangat tergantung pada tersedianya modal usaha (dana). Secara umum pengusaha mengalami kesulitan dana dalam upayanya untuk
(25)
dapat memperluas pangsa pasar usaha (ekspansi pasar), sehingga memerlukan dana dalam bentuk kredit bank.
Fasilitas kredit yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk kepentingan pembiayaan piutang dan persediaan (inventory), disebut dengan kredit modal kerja (KMK). Sedangkan fasilitas kredit yang akan dipergunakan untuk memperluas jaringan kerja atau kapasitas produksi perusahaan, diberikan dalam bentuk kredit investasi (KI).
2. Manfaat kredit bagi perekonomian negara
Peran kredit sangat penting dalam penetapan kebijakan moneter suatu negara, khususnya dalam pengawasan suku bunga pinjaman. Penetapan kebijakan moneter suatu negara terhadap perubahan money supply dapat dilakukan dengan pengawasan suku bunga pinjaman.
Dalam keadaan resesi, kebutuhan pengeluaran negara meningkat, oleh karena itu
money supply dibutuhkan lebih banyak lagi.Kebijakan ini dapat dilakukan dengan
menurunkan suku bunga perbankan sehingga kredit yang disalurkan kepada masyarakat akan meningkat, akhirnya perekonomian negara menjadi terbantu. Sebaliknya, bila perekonomian berkembang cukup tinggi, maka suku bunga pinjaman ditingkatkan sehingga dampak inflasi yang lebih tinggi dapat dikendalikan dan pengeluaran negara dapat ditekan.8
Dalam keadaan resesi, kebutuhan pengeluaran negara meningkat, oleh karena itu money suply dibutuhkan lebih bayak lagi. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan menurunkan suku bunga perbankan sehingga kredit yang di salurkan kepada masyarakat akan meningkat, akhirnya perekonomian negara menjadi terbantu. Sebaliknya, bila perekonomian berkembang cukup tinggi, maka suku bunga pinjaman ditingkatkan sehingga dampak inflasi yang lebih tinggi dapat dikendalikan dan pengeluaran negara dapat ditekan.9
Dalam kegiatan operasional perkreditan sehari-hari, mulai dari kegiatan permohonan kredit sampai dengan pelunasan kredit, misalnya dalam pembuatan perjanjian kredit, pengikatan jaminan, pada dasarnya di dalamnya terkandung aspek-aspek hukum. Dalam praktek perbankan, risiko kredit lazimnya dikelompokkan menjadi dua macam/jenis :
8
Divisi Kredit Ritel BRI, Analisa Kredit Ritel-Bahan Pembelajaran Account Oficer, Kantor Pusat BRI, Jakarta, 2000, hlm. 1-2
9
(26)
(1). Risiko bisnis
Risiko yang semata-mata disebabkan oleh adanya faktor yang murni dari sisi bisnis, baik yang berasal dari perusahaan penerima kredit, dampak ekonomi, bencana alam maupun faktor lain yang bersifat force mejeure. Debitur tidak dapat memenuhi kewajiban sesuai dengan syarat-syarat yang diperjanjikan, disebabkan oleh hal-hal yang tidak dikehendaki, misalnya krisis ekonomi, sehingga keuntungan yang diharapkan tidak terelisasi yang pada gilirannya tidak dapat membayar dan melunasi fasilitas kredit yang diterima dari bank/kreditur.
(2). Risiko non bisnis
Risiko yang timbul bukan disebabkan oleh faktor bisnis, tetapi lebih banyak disebabkan oleh adanya faktor negatif dari pejabat kredit bank penyalur kredit. Petugas kredit bank melakukan rekayasa kondisi/keadaan usaha debitur agar seolah-olah layak atau flekseable untuk diberikan kredit, dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan dari debitur. Fasilitas kredit tersebut biasanya dipergunakan oleh debitur tidak sesuai dengan peruntukan yang seharusnya, sehingga pada gilirannya kredit akan menjadi bermasalah.
Dari jenis-jenis pengelompokan kredit yang ada, ditinjau dari banyaknya jumlah peminjam (debitur), kredit konsumtif menempati urutan pertama, yang diperuntukkan bagi pegawai berpenghasilan tetap secara perorangan. Untuk menjamin bahwa kredit konsumtif yang disalurkan akan dilunasi sesuai dengan persyaratan yang diperjanjikan, disamping penilaian mengenai aspek watak/karakter,
(27)
didasarkan pula pada kelangsungan pembayaran, tingkat pendapatan dan status kepegawaian debitur yang bersangkutan. Kredit konsumtif harus dijamin dengan suatu kepastian bahwa dapat dibayar langsung dari penghasilannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka pokok permasalahan dalam peneletian ini ialah :
1. Bagaimana pengaturan dan prosedur pengikatan SK Pegawai Negeri Sipil sebagai jaminan kredit ?
2. Apa faktor pendorong dari pegawai untuk mengambil kredit konsumtif yang disalurkan oleh BRI ?
3. Mengapa jaminan kredit konsumtif kepada pegawai berupa penghasilan/gaji tidak diikat dengan lembaga jaminan berupa gadai ?
C. Tujuan penelitian
Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pengaturan dan prosedur pengikatan SK Pegawai Negeri Sipil sebagai jaminan kredit.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dari pegawai untuk mengambil kredit konsumtif yang disalurkan oleh BRI.
3. Untuk mengkaji jaminan kredit konsumtif kepada pegawai berupa penghasilan/gaji diikat dengan lembaga jaminan berupa gadai atau tidak.
(28)
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis
a. Dari segi teoritis kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangan saran dalam ilmu pengetahuan berupa teori/gagasan perkembangan ilmu hukum, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah jaminan kredit perbankan.
b. Di samping itu dari aspek teoritis, penelitian ini juga akan memberikan informasi mengenai alternatif konsep yang lebih baik dalam pola pemberian kredit lunak kepada pegwai negeri sipil.
2. Secara Praktis
a. Dari segi praktis, akan memberikan masukan kepada pemerintah khususnya para pengelola bank untuk lebih mengefektifkan pemberian kredit lunak kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS).
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai permasalahan dan kendala yang timbul dalam jaminan kredit Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).
E. Keasliaan Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan penulusuran kepustakaan yang khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah perkreditan, namun tidak sama dengan penelitian yang berkaitan dengan masalah perkreditan, namun tidak sama dengan penilitian
(29)
yang akan dilakukan dengan judul ”ANALISIS YURIDIS TERHADAP
PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SK PEGAWAI OLEH PT. BRI (PERSERO), KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN”, yaitu :
1. Nama : Rina Nizardi
NIM : 0670 1 1 1 26
Program Studi : Magister Kenotariatan
Judul Tesis : Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Kredit Dengan Jaminan Sertipikat Deposito Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Kantor Cabang Lhokseumawe.
2. Nama : Dian Wahyu Madina
NIM : 017011014
Program Studi : Magister Kenotariatan
Judul Tesis : Pemberian Kredit Perbankan Melalui Lembaga Hak Tanggungan Dengan Tanah Dan Bangunan Sebagai Jaminan. 3. Nama : Samsul Rais Siregar
NIM : 037011099
Program Studi : Magister Kenotariatan
Judul Tesis : Pelaksanaan Penanggungan Utang (Borgtocht) Sebagai Jaminan Dalam Pemberian Kredit (Studi Pada PT. Bank Mandiri (Persero).
(30)
Dari uraian tersebut di atas, kaitannya dengan penelitian ini pembahasannya tidak sama, baik dari variabel maupun materinya belum pernah dilakukan. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara i1miah.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
”Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”.10
Teori adalah merupakan suatu prinsip satu ajaran pokok yang dianut untuk mengambil suatu tindakan atau memecahkan suatu masalah. Kamus umum Bahasa Indonesia menyebutkan, bahwa salah satu arti teori ialah :
”.... pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.”11 ”Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.”12 Dalam sebuah penelitian ilmiah, teori digunakan sebagai landasan berfikir dan mengukur sesuatu berdasarkan variabel-variabel yang tersedia.
”Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengenai suatu variabel bebas tertentu dimasukan dalam penelitian, karena berdasarkan teori tersebut variabel yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab.”13
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1982), hlm.6 11
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesisa, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, hlm.155
12
Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya , 1993), hlm.35
13
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum Dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm.192-193
(31)
”Menurut W.L.Neuman, yang berpendapatnya dikutip oleh Otje Salman dan Anton F. Susanto, menyebutkan, bahwa :
”Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia. Ini adalah cara yang ringkas untuk berpikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja.”14
”Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.”15 Sedangkan “kerangka teori pada penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris yaitu kerangka teoritis yang berdasarkan pada kerangka acuan hukum, tanpa acuan hukumnya maka penelitian tersebut hanya berguna bagi sosiologis dan kurang relevan bagi ilmu
kum
g masalah mber
ang digunakan adalah berdasarkan asas kesepakatan alam mengadakan perjanjian.
hu .”16
Kerangka teori itu akan digunakan sebagai landasan berpikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas dalam tesis ini. Terutama tentan
pe ian kredit dengan hak agunan atas SK Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dalam pembahasan pada tesis ini, kerangka teori yang digunakan adalah berdasarkan teori hukum perikatan atau perjanjian yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat dari pemberian kredit oleh pihak bank kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jadi teori y
d
14
HR. Otje Salman S dan Antón F Susanto, Teori Hukum, Refina Aditama, Bandung, 2005, hlm.22
15
Soejono Soekanto, Loc.Cit, hlm.126 16
(32)
Istilah kredit pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani, yakni ”credere”, yang dapat diartikan dengan kepercayaan. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. Dengan demikian istilah kredit memiliki arti yang khusus yakni meminjamkan uang.
“Pengertian lain dapat disebut ”menunda pembayaran”, maksudnya apabila ada orang yang mengatakan membeli barang dengan kredit, hal ini berarti orang tersebut tidak harus membayarnya pada saat itu juga, tetapi akan dibayarkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian dengan penjualanya.”17
”Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diijinkan oleh bank atau badan lain.”18 ”Sedangkan menurut Kamus Bahasa Inggris, dikatakan bahwa kredit adalah:
agreemeit to buy something and pay later artinya persetujuan untuk membeli sesuatu
dan membayarnya kemudian.”19
17
H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2005, hlm. 1. 18
W.J.S. Poerwadarminta, Op.Cit. hlm.599 19
(33)
”Marhainis Abdul Hay memberikan batasan bahwa kredit adalah merupakan suatu perjanjian yang lahir dari persetujuan.”20 ”Sedangkan menurut R. Subekti, perkataan kredit berarti kepercayaan dari bank”.21
Mariam Darus Badrulzaman memberikan pengertian kredit dengan mengharuskan adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam uang (perjanjian kredit), yang biasanya terdiri dari elemen-elemen :
1. Para pihak
Undang-Undang perbankan mengatur bahwa pihak yang diperbolehkan untuk menyalurkan atau menyediakan kredit adalah badan tertentu saja, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan akan menyalurkannya, wajib mendapat ijin usaha sebagai Bank Umum atau BPR dari Menteri setelah mendengarkan pertimbangan Bank Indonesia, kecuali diatur dengan undang-undang tersendiri.
2. Bunga
Didalam perjanjian kredit dapat ditentukan/dipersyaratkan adanya bunga pinjaman. Namun undang-undang perbankan tidak mengatur mengenai ketentuan tingkat bunga yang menganut sistem bunga mengambang sesuai dengan kehendak pasar.
3. Batas maksimum pemberian kredit
Undang-Undang perbankan menentukan bahwa Bank Indonesia menetapkan batas maksimum pemberian kredit (BMPK), pemberian jaminan, aminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa. yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan.
4. Jaminan
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.
20
Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan Di Indonesia, Buku II, Pradya Paramita, Jakarta, 1976, hlm. 142.
21
(34)
5. Jangka waktu
Didalam perjanjian kredit perlu ditentukan jangka waktu, karena kredit adalah pinjaman yang pada suatu waktu tertentu harus dikembalikan kepada penyedia kredit.
6. Bentuk perjanjian kredit
Perjanjian kredit dapat dikategorikan sebagai perjanjian baku, yaitu perjanjian yang materinya ditentukan lebih dahulu secara sepihak oleh kreditur/bank dengan syarat-syarat yang dibakukan dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan secara masal atau individual.22
Apabila ditelusuri dalam kepustakaan hukum perdata terdapat beberapa pendirian mengenai arti kredit, yaitu:
1. Savelberg menyatakan ”Kredit” mempunyai arti antara lain:
(a) Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) sehingga seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain.
(b) Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.
2. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut :
Menyerhakan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu belakang hari.
3. M.Jaklie, mengemukakan bahwa ”kredit adalah ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu.23
Secara umum, kredit dapat diartikan dengan ”The ability to borrow on the
opinion conceived by the lender that he will be repaid” artinya “kemampuan untuk
meminjam dengan memberikan pendapat terhadap peminjam bahwa dia akan dapat membayarnya.”24
Diketahui bahwa kaedah hukum yang mengatur tentang kesepakatan dalam mengadakan perjanjian untuk pemberian kredit terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jaminan SK pegawai, adalah merupakan nilai hukum yang terdapat dalam
22
R. Subekti, Ibid, hlm. 11. 23
Mariam darus, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, 1989, Bandung, hlm. 21 24
(35)
peraturan konkrit pada pasal-pasal perjanjian, baik yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, maupun dalam peraturan-peraturan hukum lainnya.
Kesepakatan dalam mengadakan perjanjian ini, adalah merupakan hak individu, dimana perjanjian diantara para pihak adalah merupakan undang-undang yang mengikat diantara para pihak tersebut. Kesepakatan dalam mengadakan perjanjian ini didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang menyebutkan bahwa :
”Semua Perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Selain Asas kesepakatan yang digunakan dalam setiap melakukan perjanjian, maka asas yang dipakai dari sistem hukum benda adalah sebagai berikut :
a. Asas hak kebendaan
1). Absolut, yaitu dapat dipertahankan pada setiap orang. Pemegang hak berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya.
2) Droit de suite, yaitu hak kebendaan yang selalu mengikuti bendanya di
tangan siapapun berada. Dalam asas ini terkandung maksud hak yang tua didahulukan dari hak yang muda (droit de preference).
3) Hak kebendaan memberikan wewenang yang kuat kepada pemiliknya, sehingga dapat dinikmati, dialihkan, dijaminkan dan disewakan.
(36)
b). Asas asesor
Hak jaminan ini tidak bisa berdiri sendiri, tetapi keberadaannya bergantung pada perjanjian pokok, seperti perjanjian kredit.
Landasan filosofis (Pancasila) dan Konstitusi (UUD Negara Republik Indonesia 1945) tersebut di atas menggambarkannya adanya suatu ”tuntutan” sekaligus ”kewajiban” yang logis dan realistis bagi negara/pemerintah, masyarakat sekaligus perorangan untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang sosial ekonomi. Dalam pelaksanaan operasionalnnya, untuk mencapai tujuan di bidang sosial dan ekonomi tersebut, tidak bisa terlepas dan dipisahkan dari peran serta/keterlibatan sektor perbankan.
Salah satu asas yang dijumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro, tabungan, deposito) dan menyalurkannya kembali kepada yang membutuhkan dalam bentuk kredit dana atau bentuk-bentuk lainnya, untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Barang-barang jaminan yang diterima oleh bank harus dikuasai secara yuridis dengan suatu perjanjja kredit, baik yang dibuat di bawah tangan maupun dengan akte otentik (notaril). Kegunaan dari jaminan adalah sebagai berikut :
(37)
1. Untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada bank demi mendapatkan pelunasan dengan barang jaminan dimaksud, bilamana debitur tidak menepati janji, yakni membayar kembali hutang-hutangnya pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian.
2. Untuk menjamin bahwa si peminjam/debitur berperan dan turut serta dalam transaksi tersebut untuk tidak meninggalkan kegiatan usahanya dengan merugikan dirinya sendiri atau perusahaannya.
3. Untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada debitur agar memenuhi perjanjian kredit yang telah disepakati.
Ketentuan mengikat bagi para pihak yang mengadakan perjanjian, baik terhadap materi perjanjian yang ada disebutkan dalam perjanjian, maupun terhadap segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh keputusan, kebiasaan dan undang-undang, semakin dipertegas lagi isinya dalam Pasal 1339 KUHPerdata, yang menyebutkan, bahwa :
Setiap orang yang membuat perjanjian, dia terikat untuk memenuhi isi daripada perjanjian tersebut. Karena isi suatu perjanjian mengandung janji-janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang yang isinya wajib dipatuhi dan harus dilaksanakan. Asas kesepakatan dalam mengadakan perjanjian ini, ada pula yang mendasarkan pada Pasal 1320 KUHPerdata, yang mengatur tentang syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian.
(38)
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata, undang-undang menetapkan bahwa untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Asas kesepakatan dalam mengadakan perjanjian adalah merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan orang dalam melakukan perjanjian. Hal ini juga tidak terlepas dari sifat Buku III KUHPerdata, yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak dapat mengenyampingkan, kecuali terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa.
Untuk melengkapi defenisi perjanjian yang terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata, Setiawan, mengemukakan pendapatnya, bahwa :
a. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum.
b. Perlu ditambahkan dengan kata-kata ”atau saling mengikatkan dirinya” dalam Pasal 1313 KUHPerdata.
H.F. Vollmar, di dalam bukunya “Incluiding tot de studie van het Nederlands
Burgerlijk Recht" mengatakan bahwa : ”Ditinjau dari sisinya ternyata bahwa
perikatan itu ada selama seseorang itu (debitur) harus melakukan suatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap kreditur kalau perlu dengan bantuan hakim.”2 5
25
(39)
Sedangkan menurut Vander Burght Gr: ”Perikatan adalah suatu hubungan hukum serta kekayaan antara dua orang atau lebih yang menurut ketentuan seseorang atau lebih berhak atas sesuatu sedangkan yang seorang lagi atau lebih berkewajiban untuk itu.”26
Ketentuan-ketentuan umum tentang perikatan di atur dalam Pasal 1233 dan Pasal 1234 KUHPerdata, yang berbunyi adalah sebagai berikut :
1. Pasal 1233 KUHPerdata menyebutkan bahwa: tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, dan baik karena undang-undang.
2. Pasal 1234 KUHPerdata menyebutkan bahwa: tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Menurut UU Perbankan Nomor 10 tahun 1998 Tentang kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari pengertian kredit diatas dapatlah dijelaskan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
26
Van Der Brught Gr, Perikatan Dalam Teori Dan Yurisprudensi, Mandar Maju, Bandung, 1999, hlm.1
(40)
2. Konsepsi
Perlu di jelaskan bahwa konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran. “Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realistis.”27
Konsepsi bisa juga diartikan sebagai ”salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.”2 8
Menurut Tan Kamelo konsepsi adalah untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut, jaminan yang bersifat kebendaan ialah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri: hubungan lansung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat diperalihkan.29
“Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hal tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa
27
Munir Fuadi, Hukum Perkereditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.24-26.
28
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm.34
29
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung: Alumni, 2006, hlm.30-31
(41)
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika hidup bank yang terus menerus kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir atau dibubarkan. 2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah: a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar dimasyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.30
30
(42)
Dari tujuan tersebut diatas adanya kepentingan yang seimbang antara : a. Kepentingan pemerintah
b. Kepentingan masyarakat (rakyat)
c. Kepentingan pemilik modal ( pengusaha)
Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan oleh uang bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar atas barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke
(43)
wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan mendapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan, atau jasa lainnya.
8. Untuk meningkatkan huhungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat mcningkatkan saling membutuhkan antar si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara
(44)
Maka dengan adanya kredit, maka terlaksana pula program pemerintah yang sesuai dengan rencana pembangunan nasional dewasa ini dan bukan saja dilaksanakan oleh pemerintah akan tetapi juga dilaksanakan oleh pihak swasta nasional sesuai dengan keputusan pemerintah. Tentu saja dalam hal ini, dalam melaksanakan pembangunan tersebut akan lebih banyak memerlukan modal, oleh karena itu pengusaha ekonomi lemah yang kekurangan modal dapat mengajukan permohonan kredit, dengan demikian sangat membantu dalam pembangunan nasional.
G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan secara spesifik merupakan penelitian hukum normatif yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian empirik, karena merupakan penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan-bahan yang bersumber dari kepustakaan digabung dengan penelitian lapangan/sosiologis.31 Penelitian ini bersifat
deskriptif, karena ingin menggambarkan kajian hukum terhadap jaminan SK Pegawai
khususnya bagi pegawai negeri. Metode pendekatan penelitian dilakukan melalui normatif dan yuridis sosiologis, untuk mengetahui efektifitas pemberian kredit kepada pegawai negeri tersebut dalam praktiknya, terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm.51
(45)
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Kantor Cabang Iskandar Muda Medan No. 173. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, diharapkan hasil penelitian yang dilaksanakan akan dapat mewakili kondisi dan permasalahan kredit pegawai negeri dengan jaminan SK Pegawai Negeri Sipil.
3. Populasi dan Sampel
Populasi yang ditarik sebagai sampel terhadap pemberian kredit dengan jaminan SK Pegawai oleh PT.BRI (Persero) Kantor Cabang Iskandar Muda Medan pada Tahun 2009 sebanyak 663 orang dari ketiga dinas tersebut. Untuk mendapatkan data yang baik dalam penelitian ini diambil sampel secara random sampling. Maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagaimana dikemukakan dibawah ini, yaitu :32
n = N
N (d2) + 1 dimana :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d = Presisi yang ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %
n = 663
663 x 0,01 + 1
32
(46)
= 663 7,63
n = 86,89 (dibulatkan 87 orang)
Sampel penelitian ini menggunakan orang/dinas. Dengan demikian total sampel penelitian ini ditetapkan berjumlah 87 orang/dinas.
4. Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua sumber bahan hukum, yakni bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
1. Bahan Hukum Primer
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh debitur/peminjam kredit pegawai (konsumtif) yang disalurkan oleh Kantor Cabang BRI Iskandar Muda Medan. Dari populasi tersebut, ditentukan respoden/sampel secara random sampling, sebanyak 87 debitur/dinas kredit pegawai dengan berpedoman kepada kuisioner yang dipersiapkan sebelumnya. Selain mengandalkan teknik kuisioner, data primer juga dikumpulkan melalui teknik wawancara kepada responden maupun instansi terkait.
2. Bahan Hukum Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari kepustakaan hukum, dokumen, literatur-literatur, makalah, peraturan perundang-undangan yang berhubungan
(47)
dengan jaminan kredit yaitu berupa SK Pegawai, penyusunan tesis ini yang dapat dibedakan atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Serta sumber lain dari yang berkaitan dengan jaminan kredit terutama kredit konsumtif, ditambah informasi dari nara sumber lain dari :
a. Kepala Bagian Kredit Kecil pada Kantor Cabang BRI Iskandar Muda Medan. b. Pimpinan Cabang dan petugas yang mengelolakerjakan kredit pegawai di
Kantor Cabang BRI Iskandar Muda Medan.
c. Kepala Tata Usaha dan Juru Bayar/bendaharawan yang melaksanakan pemotongan gaji untuk pembayaran kredit pegawai yang disalurkan oleh Kantor Cabang BRI Iskandar Muda Medan.
5. Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan metode pendekatan yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1). Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada para debitur yang dipilih untuk dijadikan sampel/responden, berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dengan pilihan jawaban, serta pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa isian.
2). Pedoman Wawancara
(48)
terpimpin, agar mendapatkan informasi yang lebih fokus dan menyeluruh sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
3). Studi Pustaka
Yaitu, membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis buku-buku/literatur, laporan penelitian, dokumen-dokumen tertulis, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
6. Analisis Data
“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurut data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.33
Setelah data primer diperoleh, selanjutnya data tersebut diidentifikasi dan diklasifikasikan serta disusun dalam bentuk tabel frekuensi, dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban dari responden, membandingkan dengan data sekunder, dengan menggunakan metode berfikir secara induktif dan deduktif.
Pada proses induktif, proses berasal dari proposisi (sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada kesimpulan pengetahuan baru) berupa asas umum. Sedangkan pada prosedur deduktif, bertolak dari satu proposisi umum yang kebenarannya telah
33
Lexy J.Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 103
(49)
diketahui dan berakhir pada satu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.
Dengan demikian data yang dikumpulkan kemudian di edit dengan cara mengelompokan, menganalisis dengan metode kualitatif kemudian ditarik kesimpulan dengan cara berfikir yang menggunakan metode deduktif atau induktif.
(50)
BAB II
PENGATURAN DAN PROSEDUR PENGIKATAN SK PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI JAMINAN KREDIT
A. Pengaturan dan Prosedur (SISDUR) Pelayanan Kretap (Kredit Tetap)
Pengajuan awal fasilitas kredit oleh instansi/perusahaan, dilakukan secara kolektif minimal 5 (lima) calon debitur. Meski demikian, Pimpinan Cabang (Pinca) diberikan kewenangan untuk melayani permohonan fasilitas kredit terhadap instansi/perusahaan yang pada awal pengajuannya dilakukan kurang dari lima calon debitur, dengan mempertimbangkan efesiensi pelayanan dan kemungkinan pengembangan kredit dimasa yang akan datang.
BRI Unit dilarang memberikan fasilitas kredit kepada instansi/debitur yang telah mendapat fasilitas kretap/kredit dari Unit kerja BRI (KC/KCP/BRI Unit) lainnya. Dalam hal instansi/perusahaan terdapat di berbagai daerah seperti Diknas, POLRI maka kepada instansi/perusahaan tersebut, dapat dilayani oleh lebih dari satu unit kerja BRI yang berbeda.
Calon debitur Pegawai Negeri Sipil yang hendak mengambil ktedit ke BRI terlebih dahulu mengisi formulir permohonan, dengan dilampiri :
1. Foto copy identitas diri (suami/isteri) 2. Foto copy Kartu Keluarga
3. Asli SK Pengangkatan Pertama sebagai Pegawai tetap dan SK Terakhir, atau disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di masing-masing instansi/perusahaan.
4. Apabila SK Pegawai Tetap diberikan dalam bentuk SK kolektif, maka harus ada foto copy SK Kolektif yang disahkan oleh pimpinan perusahaan. Selanjutnya apabila SK definitif per individu diterbitkan, maka SK tersebut harus diserahkan ke BRI sebagai pengganti copy SK kolektif yang telah disahkan tersebut.Daftar Perincian Gaji terakhir yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
(51)
5. Surat Pernyataan debitur.
6. Surat Rekomendasi dari atasan debitur.
7. Surat Kuasa Potong Gaji (Model PJ.05) kepada bendaharawan/juru bayar tempat gaji debitur dibayarkan, diatas materai cukup.
8. Surat Kuasa Pendebetan rekening bagi debitur yang gajinya dibayarkan melalui BRI.34
1. Analisis dan Putusan Kredit
a. Setelah seluruh persyaratan permohonan kredit dipenuhi dan diserahkan oleh calon debitur, maka selanjutnya Pejabat Pemrakarsa memeriksa seluruh kelengkapan dan memastikan bahwa seluruh dokumen adalah sah dan masih berlaku.
b. Pejabat Kredit (baik Pemrakarsa maupun Pemutus) harus meyakini dan memastikan bahwa calon debitur adalah benar-benar merupakan pegawai instansi atau pegawai tetap perusahaan, serta memastikan telah ada PKS dengan instansi/perusahaan yang bersangkutan.
c. Pejabat Pemrakarsa kemudian menghitung jumlah kredit yang bisa diberikan kepada debitur dengan menggunakan rumusan sebagaimana tertulis dibawah ini :35
1 X n (50% X THP) = 1 + (i X n)
34 Bank Rakyat Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Kredit Commercia & Retail Banking (PPK-CRB) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Jakarta, 2007, hlm 21
(52)
Keterangan :
1 = Konstanta
i = Suku bunga flat per bulan n = Jangka waktu kredit (bulan)
THP = Pendapatan bersih setelah dikurangi potongan
Contoh perhitungan :
A seorang calon debitur Kretap, dengan take home pay (THP) sebesar Rp. 1.500.000,- per bulan. Yang bersangkutan mengajukan permohonan pinjaman dengan jangka waktu 4 tahun (48 bulan). Suku bunga yang berlaku sebesar 1,30% flat perbulan. Maka maksimum plafond Kretap yang dapat diberikan kepada calon debitur tersebut adalah sebesar :
1
X n (60 % X THP) = 1 + (i X n)
1
X 48 (60 % X 1.500.000) = 1 + (1,30 % X 48)
= Rp. 26.598.240,- ( maksimum plafond kredit)
Rumus ini dibuat dalam Model 75 kredit serta memberikan rekomendasi putusan dengan dilampiri hasil perhitungan Credit Risk Scoring (CSR).
d. Seluruh berkas permohonan Kredit diajukan kepada Pejabat Pemutus untuk diputus sesuai limit.
(53)
B. Realisasi Dan Dokumentasi Kredit
(a). Pada saat kredit akan direalisasi, harus dipastikan bahwa dokumen telah lengkap sesuai dengan yang dipersyaratkan dan biaya-biaya telah dilunasi oleh debitur, baik secara tunai atau overboolking dari simpanan debitur. (b). Sebelum realisasi, perlu diperhatikan syarat-syarat realisasi dengan
melengkapi berkas kredit sebagai berikut: 1. Kuitansi pencairan
2. Foto copy KTP atau tanda pengenal lainnya 3. Foto copy Kartu Keluarga
4. Formulir Permohonan Kredit 5. Form Credit Risk Scoring (CRS)
6. Form Analisa dan Putusan Kredit/form Md 75 Kredit (untuk suplesi, Md 75 disatukan dengan Md 75 Kupedes Kredit Sebelumnya)
7. Surat Pengakuan Hutang Model SH-03 berikut model SU (Apabila debitur yang bersangkutan menikmati suplesi kredit, maka Addendum atas suplesi kreditnya disatukan dengan SPH kredit sebelumnya) 8. Untuk debitur pegawai aktif : Asli surat keputusan (SK) pengangkatan
pegawai tetap, asli SK Kenaikan pangkat terakhir, dan atau persyaratan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Pinca/Pejabat Pemutus
(54)
9. Untuk pensiunan, dokumen pensiun disesuaikan dengan ketentuan dari perusahaan asuransi/perusahaan dan pensiun debitur yang bersangkutan
10. Daftar perincian gaji 11. Surat pernayataan debitur
12. Surat pernyataan kesediaan memotong gaji dari pejabat yang berwenang
13. Rekomendasi atau izin pimpinan instansi/perusahaan yang bersangkutan
14. Surat Kuasa Potong Gaji (SKPG/Model PJ-05) / Surat kuasa Debet Rekening.
(c). ”Jika dokumen sudah diyakini kelengkapan dan keabsahannya, maka
Deskman mengisi dan menandatangani pada kuitansi pencairan (UM-01)
sebagai maker, sedangkan sebagai cheker dan signer adalah Kepala Unit”.36
C. Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Pada prinsipnya, pemberian kredit hanya bisa dilakukan apabila telah ada Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRI dengan instansi/perusahaan tempat calon debitur/debitur bekerja. Untuk PKS yang baru dilakukan pertma kali dengan instansi/perusahaan, maka Pinca harus memperhatikan aspek hukum tentang :
36
(55)
a. Pihak yang berwenang menandatangani PKS dengan BRI
b. Kemungkinan adanya syarat/klausula yang dapat melemahkan BRI.
PKS dibuat antara kanca BRI dengan suatu instansi/perusahaan, berlaku untuk seluruh Unit Kerja di bawah kanca. Dengan demikian apabila suatu instansi/perusahaan telah mengadakan PKS dengan kanca, maka seluruh BRI unit yang berada dibawah kanca yang bersangkutan, dapat melayani pemberian kredit tanpa harus membuat PKS lagi.
Penandatanganan PKS oleh pimpinan atau kepala instansi/perusahaan atau pejabat yang berwenang dari instansi/perusahaan tempat calon debitur bekerja, harus dilakukan dihadapan pejabat BRI. Untuk instansi tertentu yang cakupan organisasinya besar (misalnya Polda, Mabes TNI, dan instansi sejenis lainnya) dimana setiap sub organisasi yang ada dibawahnya memiliki kewenangan untuk mengelola pembayaran gaji pegawainya, maka instansi tersebut dimungkinkan untuk melakukan PKS dengan lebih dari satu unit kerja BRI yang melakukan PKS dengan instansi-instansi tersebut harus melakukan hal-hal :
a. Melakukan koordinasi dengan unit kerja BRI lain
b. Apabila terdapat perbedaan penetapan suku bunga, collection fee atau fitur lainnya oleh masing-masing unit kerja, maka penetapan perbedaan tersebut tidak boleh menyebabkan adanya perpindahan debitur dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya dan tetap menjaga image BRI secara corporate.
(56)
Sebelum proses pembuatan PKS, pejabat kredit (MBM / AMBM / Kaunit / Mantri) wajib melakukan on the spot ke instansi/perusahaan yang bersangkutan untuk menilai kelayakan instansi/perusahaan yang bersangkutan. Penilaian dituangkan dalam form Penilaian Kelayakan Instansi/Perusahaan. Asli PKS disimpan dan di tata kerjakan oleh Supervisor Administrasi Unit/Petugas Administrasi Unit, sedangkan untuk BRI Unit cukup mengadministrasikan foto copy/salinan PKS.37
D. Hasil Penelitian Pengaturan dan Prosedur Pengikatan SK Pegawai Negeri Sipil Sebagai Jaminan Kredit
Dari populasi sejumlah 663 orang debitur Kretap (Kredit Tetap) tersebut, diambil sampel sebanyak 87 orang debitur (87 orang debitur Kretap) secara random. Dari jenis pekerjaan (pegawai) tersebut di atas, komposisi sampel yang dipilih adalah sebagai berikut :
1. Sampel debitur kredit pegawai berpenghasilan tetap (Kretap) a) Pegawai Dinas BINA MARGA : 87 orang debitur b) Pegawai Dinas PERTAMANAN : 87 orang debitur c) Pegawai Dinas INFOKOM : 87 orang debitur.
Jumlah (n) populasi keseluruhan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 261 debitur.
37
(57)
Tabel 1 : Komposisi Debitur Kredit Pegawai
Status Jumlah Debitur
(f) Umur
Pegawai Negeri Sipil
a. Pegawai Dinas Bina Marga b. Pegawai Dinas Pertamanan c. Pegawai Dinas Infokom Pemprovsu
180 orang 333 orang 150 orang
21 – 65 tahun 21 – 55 tahun 23 – 65 tahun *) Sumber : Dari hasil wawancara dengan pimpinan Dinas Bina Marga, Dinas
Pertamanan, dan Dinas Infokom Pemprovsu yang dijadikan sebagai sampel pada tahun 2009.
Berkaitan dengan prosedur penyaluran kredit pegawai serta dokumen-dokumen/surat-surat yang harus dipenuhi oleh pemohon kredit (debitur) untuk mendapatkan fasilitas kredit konsumtif (Kretap), responden memberikan jawaban sebagai berikut :
Tabel 2 : Prosedur Kredit Pegawai
(n = 261 debitur)
No. Jawaban Debitur Debitur
(f)
%
1. Sangat mudah dan sederhana 165 orang 63, 22
2. Cukup murah / biasa / wajar 81 orang 31, 03
3. Tidak Mudah / berbeli-belit 5 orang 1, 91
4. Tidak tahu / tidak mempunyai pembanding 10 orang 3, 84
n : 261 orang 100 %
*) Sumber : Hasil Kuesioner dengan para debitur yang diambil secara acak
di dinas Bina Marga, Dinas Pertamanan dan Dinas Infokom
(58)
Data tersebut di atas sejalan dengan profil mengenai perlu tidaknya aturan mengenai sistem dan prosedur penyaluran fasilitas kredit konsumtif diperbaharui, sebagai berikut :
Tabel 3 : Perlunya Perbaikan Prosedur Penyaluran Kredit Pegawai
(n = 261 debitur)
No. Jawaban Debitur Debitur
(f)
%
1. Perlu sekali dan mendesak untuk diperbaiki 109 orang 41, 76
2. Tidak perlu dipebaiki/sudah sesuai 92 orang 35, 25
3. Perlu diperbaiki sebagian/tidak seluruhnya 60 orang 22, 99
4. Tidak tahu 0 orang -
n : 261 orang 100 %
*) Sumber : Hasil Kuesioner dengan para debitur yang diambil secara acak
di dinas Bina Marga, Dinas Pertamanan dan Dinas Infokom
Pemprovsu, tahun 2009
Guna kelancaran angsuran pinjaman dan untuk mengantisipasi kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat adanya kebijakan instansi/perusahaan, maka dibuat perjanjian kerjasama (PKS) antara BRI dengan instansi/perusahaan tempat debitur bekerja. Perjanjian kerjasama tersebut isinya mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, tanggung jawab dan kewenangan masing-masing pihak serta ketentuan lainnya yang dipandang perlu (misal : cara penyelesaian kredit bermasalah).
Dalam memberikan pelayanan kredit, pejabat kredit lini harus melakukan analisis dan evaluasi atas instansi/perusahaan yang pegawainnya akan dilayani kredit, maupun terhadap individu per calon debitur.
(59)
1) Analisa kualiitatif
(i) Penilaian Kelayakan Instansi/Perusahaan
Penilaian terhadap instansi/ perusahaan dimaksudkan sebagai tahapan
prescreening untuk melakukan perjanjian kerja sama pemberian kredit, serta
untuk meyakinkan PKL bahwa perusahaan/instansi calon debitur layak untuk melakukan kerjasama dalam rangka pemberian kredit. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam form penilaian kelayakan Instansi/ Perusahaan. Hal utama yang menjadi perhatian dan dicermati adalah bonafiditas dari perusahaan tempat calon debitur bekerja. Kondisi perusahaan dinilai stabil apabila laba, omzet penjualan dan asset perusahaan minimal konstan dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan demikian secara teoretis perusahaan tersebut dalam jangka panjang akan terus mampu mempekerjakan dan menggaji para pegawainya, sehingga fasilitas Kretap yang diberikan kepada karyawan perusahaan dimaksud (dilihat dari sumber pembayaran kembali/gaji) relatif dapat terhindar dari risiko bermasalah. Disamping itu, prospek perusahaan baik secara regional maupun nasional, dapat menggambarkan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang, yang pada gilirannya akan berpengaruh kepada stabilitas perusahaan. Apabila instansi / perusahaan tersebut ternyata pernah/masih menjadi nasabah BRI, maka riwayat hubungan bisnisnya dapat di gunakan sebagai acuan dalam menetapkan struktur kredit, atau sebaliknya dapat
(60)
digunakan sebagai dasar penolakan karena memiliki catatan yang buruk atau pernah merugikan BRI.
Berkaitan dengan ketentuan kepegawaian, perusahaan tersebut harus sudah memenuhi standar peraturan kepegawaian sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah (misal astek,upah minimum regional). Jenjang karier pegawai harus jelas, karena apabila tidak jelas maka akan menimbulkan rasa frustasi dan suasana kerja yang tidak sehat, yang pada gilirannya akan dapat menimbulkan masalah kepegawaian. Sistem pemberian pesangon harus mendapatkan perhatian, karena merupakan sumber pengembalian kredit jika perusahaan tersebut bermasalah. Demikian juga mengenai batas usia pensiun pegawai, karena menentukan maksimum jangka waktu kredit dan akan mempengaruhi besarnya kredit yang dapat diberikan.
Hal utama lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah cara instansi/perusahaan tersebut menyalurkan atau membayarkan gaji pegawainya. Untuk lebih meningkatkan pengamanan, diupayakan secara optimal agar bersedia menyalurkan gajinya setiap bulan melalui BRI, sehingga pembayaran Kretap dapat langsung dipotong melalui rekening simpanannya (penampungan gaji debitur).
Dari sisi legal aspek, adanya perjanjian kerjasama (PKS) antara BRI dengan perusahaan, debitur bekerja merupakan syarat, mutlak dalam pelayanan
Kretap, mengingat kesediaan untuk diikat dalam PKS sangat menentukan
(1)
3. Praktek membebankan insentif tambahan kepada bendaharawan gaji atas beban debitur, kiranya tidak diteruskan oleh BRI. Hal ini sangat memberatkan debitur, karena harus memikul beban setiap bulan yang bukan menjadi kewajibannya. Apabila memang diperlukan, tambahan insentif tersebut seharusnya menjadi beban BRI, karena tingkat suku bunga yang dibebankan kepada debitur kredit konsumtif sudah besar.
Apabila berdasar analisa yang dilakukan ternyata kredit tidak mungkin lagi untuk dibayar, dan sudah dihapusbukukan oleh bank (sudah merupakan risiko bagi bank), jaminan kredit berupa Asli Surat Keputusan yang disimpan di BRI kiranya dapat dikembalikan kepada ahli warisnya, mengingat Asli SK tersebut sangat diperlukan untuk pengurusan hak-hak debitur selanjutnya.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Arikunto, Suharsimi (1996), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta
Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, Segi Hukum Segi Manajemen
Struktur/Bentuk Hukum, Kebijaksanaan Pemerintahan, Pradnya Paramita, Jakarta, 1986
Abdul Hay, Marhainis, Hukum Perbankan Di Indonesia, Buku II, Pradnyaparami Paramita, Jakarta, 1976
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998
Djojo Mulyadi, Pengaruh Penanaman Modal Asing Atas Perkembangan Hukum Persekutuan Perseroan Dagang (vennotschaprecht) Dewasa Ini, MajalahHukum dan Keadilan, Nomor 5-6, Tahun 1972
Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis,Djambatan, Bandung, 1996
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia,Yogyakarta, Penerbit Andi, 2005 Husni Sayuti, Pengantar Metodologi Riset, Fajar Agung, Jakarta, 1989
HR. Otje Salman S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Supranto J, Metode Penelitian Hukum Dan Stalistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
(3)
Ketut Rindjin, Pengantar dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 6th Ed, Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002
Krisna Wijaya, Reformasi Perbankan Nasional, Catatan Kolom Demi Kolom, Kompas, Jakarta, 2000
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualilatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994
Leaner’s Pocket Dictionary, Oxford, 2000
Lely Niwan, SH, Mengenai pengaturan hukum tentang bentuk-bentuk jaminan kebendaan lainnya, 2002
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994
_____________, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung 1989
Mustafa Siregar, Efektifitas Perundang-Undangan Perbankan, Disertasi, Medan Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan Di Indonesia, Buku II, Pradya Paramita,
Jakarta, 1976
Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatannya Dalam Praktek Di Medan, Disertasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991
Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996 Mulyo Prapto dan Achmad Anwari, Kredit Kelayakan Pasti Membantu Usaha
Anda, Seri Mengenal Bank 6, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983 Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1999
Muljono, Eugenia Liliawati, Susunan Dalam Satu Naskah Dari UU No.7/1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU No. 10/1998, Harvarindo, Jakarta, 1999.
Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti Bandung, 1993
(4)
Masjchoen Sofwan, Sri Sudewi, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan Liberty, Yogyakarta, 1980
Remy Sjahdeini, Sultan, Kredit Sindikasi, Proses Pembentukan dan Aspek Hukum,Grafiti, Jakarta, 1997.
Rozali Abdullah, Hukum Kepegawaian, Razawali Pers, Jakarta, 1980. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1953
___________, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1982.
___________, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982. ___________, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1990.
Siregar, Mustafa, Efektifitas Perundang-Undangan Perbankan, Desertasi USU, Medan.
Surjadi, Sidarta P. Segi-Segi Hukum Perkereditan Di Indonesia, BPHN, Binacipta, Jakarta, 1987.
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986.
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2007.
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra A, Bardin, Bandung, 1999.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1986.
Tje’Aman, Edy Putra, Kredit Perbankan, Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta, 1996.
Yusuf Shofie, Perlindungan Consumen Dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Van Der Burght Gr, Perikatan Dalam Teori Dan Yurisprudensi, Mandar Maju, Bandung, 1999.
(5)
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985.
Peraturan Perundang-undangan UUD 45
Kitab UU Hukum Perdata.
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembar Negara Nomor 31 Tabun 1992.
Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembar Negara Nomor 182 Tahun 1998.
Undang-Undang Nomor 43/1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Harvarindo, Jakarta, 2000. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 1998
Jurnal dan Laporan
Bank Rakyat Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Kredit Commercial & Retail Banking (PPK-CRB) PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Kantor Pusat BRI, Jakarta, 1997
____________, Analisa Kredit Ritel — Bahan Pembelajaran Account Officer, Divisi Kredit Ritel BRI, Jakarta, 2000
____________, Penyempumaan Ketentuan Kredit, Surat Edaran, Kantor Pusat BRI, Jakarta, 2000
____________, Rencana Bisnis Bank Tahun 2001-2003, Jakarta. April 2000
B.P.D. Sulawasi Selatan memberikan kredit dengan jaminan surat gaji dan B.R.I. Ujung Pandang memberikan kredit dengan jaminan surat pensiun, Vide Lely Niwan, “Pengaturan Hukum Tentang Bentuk-Bentuk Jaminan Kebendaan Lainnya”, dalam Seminar Hukum Jaminan tanggal 5 sampai dengan tanggal 11 Oktober 1978, B.P.N
(6)
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen kehakiman, Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perkereditan, Binacipta, Jakarta, 1987
Divisi Kredit Ritel BRI, Analisis Kredit Ritel-Bahan Pembelajaran Account Officer, Kantor Pusat BRI, Jakarta 2000
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis” Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Kantor Pusat BRI, Penyempurnaan Ketentuan Kredit, Surat Edaran, Jakarta, 2000
Muhammad Fitri Rahmadhana, adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumateram Medan, dan Direktur II Artech Medan.
GBHN '98 Beserta Susunan Kabinet Pembangunan VII, Pabelan Jayakarta, Jakarta, 1998
Laporan Perkembangan Usaha (LPU), Kanca BRI Manado, Manado, 2001
Laboratorium IKIP Malang, Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Laboratorium Ikip Malang, Malang, 1989
Badrulzaman, Mariam Darus, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypothek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek Di Medan, Disertasi
Situs Internet
http://www.bri.co.id, Mengenai Pemberian Kredit kepada PNS, 15 Maret 2009. http://www.bri.co.id, Sejarah dan Profil PT BRI, di update 16 Mei 2009.