11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para
investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang
diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara.
Perusahaan harus menentukan kebijakan yang tepat untuk menangani masalah yang terkait dengan dividen. Masing-masing perusahaan menetapkan
kebijakan dividen yang berbeda-beda. Perusahaan perlu membuat kebijakan tentang besarnya laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham atau biasa
disebut dividend payout ratio DPR, dan besarnya laba yang akan ditahan oleh perusahaan. Semakin besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen akan
semakin menarik bagi calon investor. Ini karena para calon investor menilai bahwa perusahaan dalam kondisi yang sehat dan memiliki prospek yang baik di
masa mendatang.
Investor memiliki berbagai macam tujuan. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau
tingkat pengembalian investasi return baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya capital gain.
Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas
dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Pembagian dividen yang stabil tersebut juga dapat mengurangi ketidakpastian
investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan.
Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan, yaitu perlunya menahan sebagian laba untuk re-
investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, serta target tertentu yang
berhubungan dengan dividen. Tentunya hal ini akan menjadi unik karena kebijakan dari satu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan,
Laksono 2006.
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-
masing pemilik Stice, 2004:902.
Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan dilakukan
berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Menurut Gitman 2003 yang dikutip dalam Dini Rosdini 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
suatu perusahaan adalah debt covenant, likuiditas, posisi kas, prospek Pembayaran dividen dalam bentuk tunai kas
lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas
investasinyan didalam perusahaan. Seorang manajer keuangan bertugas mengelola keuangan suatu perusahaan, bagaimana memperoleh sumber dana dan
menggunakannya.
12
pertumbuhan perusahaan, dan kuasa kendali para pemegang saham yang memiliki mayoritas saham perusahaan.
Kebijakan dividen berhubungan dengan penetuan pembagian pendapatan earning antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusaahaan yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan Riyanto, 2001: 265.
Kebijaksanaan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendapatan perusahaan.
Indikator yang digunakan untuk menguji kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen yaitu dividend payout ratio, hal tersebut berdasarkan
kebijakan dividen dengan rasio konstan Sutrisno, 2003:306. Menurut munawir 2002 : 236 “dividend payout ratio mengukur bagian laba yang diperoleh untuk
per lembar saham umum yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen”. Sementara menurut Warsono 2003:275 “dividend payout ratio merupakan hasil
perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa”.
Menurut teori Arbitage Pricing Theory APT , investor dalam mencari keuntungan tidak perlu melakukan portofolio optimal. Investor tinggal
mengamati perubahan harga dan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan itu. Faktor fundamental merupakan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi perusahaan emiten yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan kondisi keuangan perusahaan yang
tercermin dalam kineja perusahaan. Kinerja keuangan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
keuangan, Fira 2009.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain dikemukakan oleh Bambang Riyanto 2001:267 bahwa kebijakan dividen itu
dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan emiten dan pengawasan terhadap emiten. Sedangkan Hasan
dan Puji Astuti 1994 menyebutkan faktor operating cost flow, tingkat laba, kesempatan investasi, biaya transaksi dan pajak perorangan. Beberapa faktor
yang bisa menyebabkan pembayaran dividen yang lebih tinggi dan beberapa faktor berpengaruh sebaliknya. Oleh karena itu penelitian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi dividend payout ratio perlu dilakukan yaitu menguji konstruksi pengaruh faktor profitabilitas, kas, potensi pertumbuhan, dan ukuran
perusahaan dan kepemilikan minoritas terhadap dividend payout ratio.
Dalam penelitian empiris Faramita 2009 dalam menetapkan kebijakan dividen perusahaan, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu 1 faktor financial
yang meliputi profitabilitas, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan melunasi hutang, dan stabilitas laba, dan 2 faktor non-financial
yang meliputi peraturan perpajakan, pembatasan perjanjian hutang, peluang ke pasar modal dan kendali perusahaan.
Michelle Megawati 2005 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor dapat diprediksi
melalui rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage hutang dari perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas
manajemen berdasarkan hasil pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba profit yang akan menjadi dasar
13
pembagian dividen perusahaan, rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROA Return on Assets. Dijelaskan oleh Sutrisno
2001, keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu
beban bunga dan pajak. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Cash Ratio menurut Munawir 2004: 70 adalah “rasio yang menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas
yang tersedia ditambah efek – efek likuid”. Rasio ini juga bermakna sebagai rasio likuiditas jangka pendek. Menurut Brigham 1983 dalam Amalia 2008
Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut Michelle Megawati2005 perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran dividen dengan lebih baik pula.
Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman Helfert, 1997:95.
Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian
drastis bila terjadi kegagalan perusahaan.
Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar tampaknya membantu melindingi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan
pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan piutang usaha. Sehingga bisa dikatakan semakin tinggi tingkat likuiditas maka akan
semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Kaitannya dengan leverage, Sutrisno 2001 menjelaskan bahwa semakin tinggi DER, maka
komposisi hutang juga semakin tinggi, sehingga akan berakibat pada semakin rendahnya kemampuan untuk membayarkan dividen.
Tabel 1.1 RATA-RATA VARIABEL DEPENDENT DAN INDEPENDENT TAHUN 2007-2010
Variabel 2007
2008 2009
2010 ROA
12,08 14,59
16,78 14,61
Cash Ratio 52,83
52,88 86,51
94,40 DER
120,6 129,79
100,1 90,7
DPR 32,95
60,36 38,04
100,01
Sumber : Data ICMD yang diolah
ROA pada tahun 2008 sebesar 14,59 mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar 16,78 namun hal tersebut tidak didukung oleh kenaikan DPR pada
tahun 2008 sebesar 60,36 pada tahun 2009 menjadi 38,04. Tidak demikian dengan variabel Cash Ratio yang mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu
sebesar 86,51. Dan DER mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 100,01.
Penelitian empiris tentang faktor penentu dividen payout ratio telah dilakukan oleh Bagus Laksono 2006 bahwa Rasio return on asset ROA
mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap dividen. Hal ini berati bahwa semakin tinggi ROA maka akan meningkatkan dividend payout ratio
14
DPR. Hal ini tidak didukung oleh Happy S Hartadi 2006 bahwa return on asset ROA tidak mempengaruhi kebijakan manajemen dalam membayarkan
dividen.
Menurut Brigham dalam Tsaniyah, 1983:211 mengatakan bahwa cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas
liquidity ratio yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya current liability melalui
sejumlah kas dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat yang dimiliki peusahaan.
Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi membayar kewajiban jangka
pendeknya, maka semakin tinggi cash ratio maka pembayaran dividen akan semakin tinggi.
Hal ini didukung oleh penelitian
Rasio hutang secara parsial memiliki hubungan yang negatif signifikan terhadap dividend payout ratio, variabel ini juga memiliki pengaruh dominan
terhadap dividend payout ratio. Variabel yang diproksikan adalah debt to equity ratio, bahwa semakin tinggi debt to equity ratio, berarti komposisi hutang
semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Setiap kenaikan debt to equity ratioder
akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham, sehingga rasio pembayaran dividend akan semakin rendah,
prihantoro 2003. Prihantoro 2003 bahwa cash ratio dan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. namun hal demikian tidak didukung oleh penelitian rini 2009 yang menyatakan
tidak ada pengaruh cash ratio terhadap kebijakan pembayaran dividen.
Hal ini sejalan dengan penelitian Vicky 2011 bahwa ada pengaruh antara debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio. Namun kontradiktif terhadap
penelitian empiris oleh Lisa Marlina dan Clara Danica 2009, menyatakan bahwa DER secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
dividend payout ratio.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk mengkaji lebih mendalam mengenai faktor yang dapat dijadikan alat prediksi untuk pengembalian investasi
berupa pendapatan dividen pada perusahaan manufaktur dalam penelitian yang berjudul “Analisis Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Dividend
Payout Ratio Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010”.
1.2 Rumusan Masalah