Latar Belakang Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pelayanan Publik(Studi Kasus Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Dan Kartu Keluarga Di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Runtuhnya rezim orde baru pada Mei 1998 merupakan suatu peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dengan runtuhnya rezim orde baru tersebut, masyarakat Indonesia mengharapkan suatu perubahan yang mengarah ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai luhur dari demokrasi pancasila harus segera diwujudnyatakan. Pancasila sebagai ideologi negara dan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang dianut oleh bangsa Indonesia harus terlaksana di segala bidang. Hal itu dilaksanakan adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertulis dalam alinea ke empat UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Salah satu perubahan yang dilakukan pemerintah dalam era reformasi ini adalah dalam hal pemberian wewenang. Jika pada masa orde baru kewenangan mutlak di tangan pemerintah pusat, maka dalam era reformasi ini kewenangan itu dibagi-bagikan kepada daerah, melalui sistem desentralisasi. Ini merupakan suatu terobosan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia yang sangat luas wilayahnya dan majemuk penduduknya. Dengan desentralisasi, maka diharapkan proses pelayanan publik dapat dilaksanakan oleh aparatur negara secara maksimal. Meskipun sistem desentralisasi dalam pemerintahan dinilai sudah baik untuk suatu negara yang sangat luas wilayah dan majemuk penduduknya, namun sering juga terjadi masalah- masalah dalam proses pelayanan publik. Seperti kehidupan birokrasi yang belum mencerminkan Universitas Sumatera Utara suatu pertanggungjawaban yang baik, kurangnya maksimalnya transparansi dalam pemerintahan, disiplin aparatur negara yang tidak baik, bahkan pengenaan biaya yang tidak wajar bagi pengurusan kepentingan publik guna percepatan penyelesaian urusan tersebut. Ini merupakan suatu bentuk kegagalan di dalam melaksanakan pemerintahan yang baik. Hal-hal buruk yang terjadi di dalam pelayanan publik, seperti pertanggungjawaban atau akuntabilitas yang belum baik, transparansi yang kurang maksimal, sikap indisipliner aparatur birokrasi, dan pengenaan biaya yang dinamis dalam penyelesaian kepentingan publik, dapat menimbulkan gesekan-gesekan atau pun tindakan-tindakan separatis di dalam masyarakat yang merasa kurang puas dalam pelayanan publik. Konflik dan tindakan-tindakan seperti ini harus diwaspadai dan diantisipasi sesegera mungkin oleh pemerintah. Karena hal itu dapat mengancam keamanan, stabilitas, dan citra bangsa Indonesia di mata dunia Internasional. Sikap indisipliner aparat birokrasi, penetapan tarif yang tidak wajar demi percepatan proses pelayanan publik, pertanggungjawaban dan transparansi yang belum maksimal, merupakan buah atau dampak dari pola pikir dari aparatur birokrasi yang lebih memposisikan dirinya sebagai pihak yang dilayani, dan bukan pihak yang harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap pengguna jasa pelayanan publik. Seharusnya, pemerintah menurut paradigma pelayanan prima haruslah bersifat melayani dan bukan dilayani. Pemerintah atau aparatur pelayanan publik harus menyadari bahwa posisi, kedudukan, dan jabatan yang dimilikinya saat ini, bukanlah merupakan suatu hadiah yang diberikan oleh sipemberi kewenangan kepadanya. Tetapi setiap aparat birokrasi harus menyadari bahwa posisi, kedudukan, dan jabatan yang dimilikinya adalah suatu tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan secara maksimal kepada masyarakat dan terlebih kepada Tuhan Yang Universitas Sumatera Utara Maha Esa. Sehingga aparat birokrasi harus memberikan pertanggungjawaban yang baik kepada masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara memberikan pelayanan publik yang prima, baik, adil, dan maksimal. Dalam era demokratisasi dan desentralisasi saat ini, seluruh perangkat birokrasi perlu menyadari bahwa hakikat pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku “ melayani, bukan dilayani “, “mendorong, bukan menghambat “, “ mempermudah, bukan mempersulit “, “sederhana, bukan berbelit-belit “, “ terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang Mustopadidjaja AR, 2002 .” Tugas dari pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat. Pelayanan publik yang diberikan harus adil dan tidak bersifat diskriminasi. Apabila terdapat aspek-aspek pelayanan publik yang belum adil, maka pemerintah harus segera memperbaiki dan menatanya kembali. Agar tidak terjadi konflik-konflik atas ketidakpuasan terhadap pelayanan publik. Hadirnya konsep good governance merupakan suatu cara yang sangat efektif guna memperbaiki pemerintahan saat ini. Konsep good governance menawarkan pemerintahan yang melibatkan tiga pilar yaitu, pemerintah, masyarakat, dan para stakeholder. Apabila konsep good governance tersebut dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan pelayanan publik yang maksimal akan teruwujud. Masyarakat sangat mengharapkan adanya perubahan yang signifikan di dalam pelayanan publik. Globalisasi, modernisasi, dan kemajuan jaman membuat masyarakat lebih kritis terhadap pemerintahan. Sehingga masyarakat dapat menilai hal-hal mana yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka mereka akan memberikan kritik terhadap pemerintah. Universitas Sumatera Utara Masyarakat pada jaman sekarang ini sudah semakin cerdas dan memahami bagaimana pelayanan publik yang baik dan buruk. Masyarakat mengeluh atas tindakan indisipliner aparat birokrasi, sikap petugas yang kurang cepat, dan pemerintahan yang kurang mencerminkan transparansi dan pertanggungjawaban yang maksimal. Hal-hal seperti ini bahkan sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir, membuat masyarakat bosan, muak, dan merasa pemerintah gagal dalam memberikan pelayan publik yang baik dan maksimal kepada masyarakat. Hal ini memberikan kesan yang tidak baik terhadap pemerintah di mata masyarakat luas. Pegawai negeri sebagai alat negara memiliki semboyan abdi negara dan abdi masyarakat. Maka dapat diartikan bahwa seluruh aparatur negara itu harus mengabdikan seluruh jiwa dan raga mereka kepada masyarakat dengan memberikan pelayanan publik yang baik dan maksimal. Hal itu sudah sangat dirindukan oleh masyaarakat. Untuk mewujudkan segala harapan masyarakat tersebut, penerapan konsep good governance dan perbaikan kemampuan sumber daya manusia, merupakan suatu langkah awal yang baik dan sangat strategis. Apabila konsep good governance sudah diterapkan dengan baik dan maksimal, maka hal tersebut dapat mengembalikan dan memperbaiki citra buruk pemerintah di mata masyarakat luas. Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 26KEPM.PAN62004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, sudah ditetapkan cara untuk mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dan maksimal. Setiap aparatur negara diseluruh Indonesia hendaknya mempedomani surat keputusan tersebut dalam setiap pelaksanaan penyelesaian urusan kepentingan publik. Dengan di tetapkannya keputusan tersebut, maka diharapkan seluruh aparatur negara dan pelaksana birokrasi di Indonesia dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik terhadap masyarakat. Universitas Sumatera Utara Masyarakat maupun pihak dari dunia bisnis memberikan penilaian bahwa penerapan pelaksanaan pelayanan publik masih belum maksimal. Hal itu tercermin dari kinerja pemerintahan dalam pemenuhan kebutuhan primer maupun hak-hak sipil masyarakat lainnya. Hal-hal tersebut dapat dilihat dari berbagai keluhan dari masyarakat maupun dari kalangan bisnis yang dimuat melalui berbagai media informasi. Berbagai keluhan tersebut meliputi sistem pelayanan yang rumit, kurang terbuka, kurang ramah, kurang responsif, dan bahkan aparatur birokrasinya yang bersifat indisipliner. Hal-hal seperti itu belum seberapa bila dibandingkan dengan penyimpangan-penyimpangan yang sangat membahayakan masa depan bangsa Indonesia, yaitu adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam tubuh birokrasi Indonesia. Praktek-praktek seperti itu harus segera dibasmi dan dihancurkan dari tubuh birokrasi Indonesia karena hanya akan merusak dan menghancurkan bangsa Indonesia. Segala keluhan dan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam lingkungan birokrasi tadi bisa dihapuskan apabila sistem akuntabilitas dan transparansi di dalam birokrasi terlaksana dengan baik. Untuk itu akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik perlu ditingkatkan lagi. Setiap lembaga pemerintah maupun instansi pemerintah harus melaksanakan akuntabilitas dan tranparansi dalam pelayanan publik yang maksimal. Kelurahan Pematang Raya di Kecamatan Raya merupakan salah satu pelaksana pelayanan publik yang bersinggungan langsung dengan masyarakat luas. Dalam pemberian pelayanan publik tersebut hendaknya konsep good governance juga diterapkan dengan maksimal, khususnya akuntabilitas dan transparansinya. Kelurahan merupakan tingkat yang dapat dikatakan paling bawah dalam susunan pemerintahan. Urusan kepentingan publik di dalamnya juga masih bersifat sederhana dan mudah. Universitas Sumatera Utara Oleh karenanya diharapkan aparatur negara yang bekerja di dalamnya dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal. Terlebih dalam hal akuntabilitas dan transparansinya. Meskipun kelurahan merupakan tingkat yang paling bawah dalam pemerintahan, terdapat juga keluhan dan ketidakpuasan yang dirasakan oleh masyarakat atas kinerja para aparatur pemerintah tersebut. Kelurahan Pematang Raya juga mengalami hal yang tidak berbeda. Pembuatan surat- surat KTP dan KK yang seyogyanya gratis dan dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, cenderung kurang terlaksana dengan baik. Setiap warga negara wajib memiliki KTP dan KK dan pemerintah juga memiliki kewajiban untuk memberikan tanda kepada setiap warganya, yaitu melalui pemberian KTP dan KK. Dalam pembuatan KTP dan KK tersebut, masyarakat terkadang harus memberikan sejumlah uang guna percepatan penyelesaian pengurusan surat-surat tersebut. Disinilah perlunya ditingkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik. Pemerintahan yang belum menerapkan akuntabilitas, transparansi, kurang informatif, biaya yang dinamis, kurang responsif, terbatasnya fasilitas, dan bahkan adanya tindakan yang berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin membuat masyarakat mengeluh. Kelurahan Pematang Raya juga tidak pernah memberikan suatu laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat setempat. Sehingga masyarakat tidak tahu keberhasilan- keberhasilan apa saja yang sudah diraih oleh kelurahan. Transparansi dalam pembuatan program kerja di kelurahan juga masih terbatas. Hal seperti ini membuat citra dan pandangan masyarakat terhadap kelurahan menjadi kurang baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menarik suatu judul studi tentang “ Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik Studi Kasus Pelayanan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.” Universitas Sumatera Utara

I.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Kampung Sungai Liput Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang)

11 220 122

Peranan Aparatur Pemerintah Dalam Pelayanan Publik (Studi tentang Pengurusan Kartu Tanda Penduduk di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

14 119 102

Hubungan Akuntabilitas Dan Transparansi Dengan Efektifitas Pada Pelayanan Publik (Studi Pada Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru)

2 37 117

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERANAN KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM PELAYANAN KARTU KELUARGA DAN KARTU TANDA PENDUDUK DI KECAMATAN SUKARAME

0 6 5

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu)

0 5 97

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu)

0 1 9

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 1

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 29

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 4

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 3