Adaptasi Psikologis Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
(2)
(3)
(4)
(5)
Lampiran
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Adaptasi psikologis pasien tuberkulosis paru di RSUD Dr. Pirngadi medan
Oleh
Deni Syahputra / 121101007
Saya adalah mahasiswa program studi ilmu keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi adaptasi psikologis pasien tuberkulosis paru dalam.
Maka saya memerlukan data/informasi yang nyata dan akurat dari bapak/ibu melalui pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat saya ini. saudara berhak berpartisipasi atau tidak. Bila saudara setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon mendatangani lembaran persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada saudara dan kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas kesediaan dan partisipasi bapak/ibu sangat saya harapkan dan atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2016 Hormat saya,
Nim. 12110101007 Deni Syahputra
(6)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini merasa tidak keberatan untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa program study ilmu keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang bernama Deni Syahputra dengan NIM 121101007 dengan judul “Adaptasi Psikologis pasien tuberkulosis paru di RSUD Dr. Pirngadi Medan.” Saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan dan pengembangan bidang keperawatan dimasa yang akan datang. Saya menyadari dan mengerti bahwa penelitian ini tidak berdampak buruk bagi saya sehingga dengan sukarela dan tanpa rasa paksaan bersedia membantu penelitian ini.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan agar dapat digunakan seperlunya.
Medan, Maret 2016 Responden,
(7)
(8)
(9)
Lampiran INSTRUMEN PENELITIAN
ADAPTASI PSIKOLOGIS PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD DR.PIRNGADI MEDAN
I. Kuesioner Data Demografi
Petunjuk pengisian : isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini.
Kode Responden : (diisi peneliti)
Inisial Nama :
Usia : ……. tahun
Jenis kelamin : L / P
Agama :
Status : 1. Menikah 2. Tidak menikah
Pendidikan : 1. SD 4. Sarjana
2. SMP
5. Lain-lain
3. SMA
Pekerjaan : 1. PNS 4. Wiraswasta
2. Pegawai BUMN
5. Lain-lain 3. Pegawai Swasta
Penghasilan : 1. < Rp. 1.800.000 2. > Rp. 1.800.000
(10)
II. Kuisioner Tingkat adaptasi psikologis pasien tuberkulosis paru
Cara pengisian: Berikanlah tanda checklist ( √ ) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing butir pertanyaan dengan
pilihan yang sesuai dengan yang Anda alami. Keterangan :
SS : Sangat Sering S : Sering
KK : Kadang-kadang
TP: Tidak Pernah
NO Pertanyaan SS S KK TP
1 Saya segera berkonsultasi kepada ahli tenaga kesehatan agar stres saya berkurang
2 Saya malu dengan kondisi saya dan tidak mau bergaul lagi
3 Saya masih bisa melakukan aktifitas tanpa takut akan penyakit ini.
4 Saya tidak perlu khawatir karena saya masih bisa sembuh
5 Walaupun saya menderita penyakit ini, keluarga saya masih menyayangi saya 6 Saya merasa malu karna penyakit ini adalah
kutukan yang saya dapatkan.
7 Saya tidak perlu malu karna penyakit ini bukan penyakit keturunan
8 Saya gampang merasa marah kepada orang lain karena penyakit ini
9 Saya menyalahkan orang lain karena penyakit ini.
10 Walaupun saya memiliki penyakit ini, tapi saya masih bisa bekerja tanpa harus malu 11 Saya masih memiliki pekerjaan yang baik
walaupun saya menderita penyakit ini 12 Saya mengerjakan hobi saya dan tidak
memikirkan penyakit saya
13 Saya harus mengikuti saran aktivis-aktivis yang sembuh dari TB
14 Saya tidak mau memikirkan dari mana saya mendapatkan penyakit ini
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007
VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE .
Reliability
Notes
Output Created 22-AUG-2016 06:57:10
Comments
Input Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working
Data File 10
Matrix Input Missing Value
Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007
VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE .
Resources Elapsed Time
0:00:00,00
Memory Available 786944 bytes Largest Contiguous Area 786944 bytes Workspace Required 752 bytes
(17)
[DataSet1]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100,0 Excluded(
a) 0 ,0
Total 10 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items ,731 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N VAR00001 2,70 ,675 10 VAR00002 3,00 ,816 10 VAR00003 2,00 ,816 10 VAR00004 2,80 ,632 10 VAR00005 2,50 ,850 10 VAR00006 3,00 ,943 10 VAR00007 3,00 ,667 10 VAR00008 2,90 ,876 10 VAR00009 2,70 ,823 10 VAR00010 2,70 ,675 10 VAR00011 2,00 ,943 10 VAR00012 2,90 ,994 10 VAR00013 2,60 1,075 10 VAR00014 2,80 ,919 10 VAR00015 2,90 1,101 10
(18)
TABEL MASTER DATA DEMOGRAFI
NO age JK agama status pddkn work pnghsl pengobatan
1 4 1 2 1 1 5 1 1
2 2 1 1 2 3 4 1 1
3 2 1 1 1 3 4 1 1
4 1 1 2 2 3 5 1 1
5 3 1 2 1 3 4 1 1
6 3 1 1 1 3 4 2 1
7 4 1 2 1 1 5 1 1
8 2 2 2 1 3 4 1 1
9 2 1 2 1 3 4 1 1
10 2 1 1 2 3 4 1 1
11 3 1 1 1 3 4 2 1
12 3 2 1 1 2 4 1 1
13 3 2 1 1 2 4 1 1
14 1 1 1 2 3 5 1 1
15 2 2 2 1 3 4 1 1
16 2 1 2 2 2 4 1 1
17 3 2 2 1 3 4 2 1
18 3 2 2 1 3 4 1 1
19 3 1 2 1 4 4 2 1
20 2 2 2 1 4 1 2 1
21 2 2 1 2 3 4 1 1
22 3 1 2 1 4 4 2 1
23 3 2 1 1 3 3 2 1
24 4 1 1 1 1 4 2 1
25 2 1 1 2 3 4 2 1
26 3 2 2 1 3 1 1 1
27 2 2 1 2 3 3 2 1
28 3 2 1 1 3 4 1 1
29 4 1 2 1 3 3 2 1
30 2 1 2 2 4 3 2 1
31 2 2 1 1 3 3 2 1
32 2 1 2 2 4 2 2 1
33 3 2 1 1 2 4 1 1
34 3 1 1 1 2 4 1 1
35 2 2 1 1 4 1 2 1
36 2 1 2 2 3 1 2 1
37 2 1 1 1 3 4 2 1
38 1 1 2 2 2 5 1 1
39 3 1 1 1 3 4 2 2
(19)
FREQUENCIES
VARIABLES=usia JK agama status pendidikan pekerjaan penghasilan pengobatan
/ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
Notes
Output Created 05-AUG-2016 11:35:27
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none> N of Rows in
Working Data File 40
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=usia JK agama status pendidikan pekerjaan penghasilan pengobatan /ORDER= ANALYSIS . Resources Elapsed Time
0:00:00,00
Processor Time 0:00:00,00
[DataSet0]
Statistics
usia JK agama status pendidikan pekerjaan penghasilan pengobatan
N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40
(20)
Frequency Table
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Remaja 3 7,5 7,5 7,5
dewasa muda 18 45,0 45,0 52,5
dewasa Tua 15 37,5 37,5 90,0
lansia 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pria 25 62,5 62,5 62,5
wanita 15 37,5 37,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Islam 20 50,0 50,0 50,0
Kristen 20 50,0 50,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
status
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid menikah 27 67,5 67,5 67,5
tidak menikah 13 32,5 32,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 3 7,5 7,5 7,5
SMP 6 15,0 15,0 22,5
SMA 25 62,5 62,5 85,0
Sarjana 6 15,0 15,0 100,0
(21)
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 4 10,0 10,0 10,0
Pegawai BUMN 1 2,5 2,5 12,5
pegawai swasta 5 12,5 12,5 25,0
wiraswasta 25 62,5 62,5 87,5
lain-lain 5 12,5 12,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < Rp. 1.800.000 22 55,0 55,0 55,0
> Rp. 1.800.000 18 45,0 45,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
pengobatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 - 3 bulan (lini pertama) 39 97,5 97,5 97,5
4 - 6 bulan (lini kedua) 1 2,5 2,5 100,0
(22)
MASTER DATA PENELITIAN
NO p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 total
1 2 3 1 3 1 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 30
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 29
3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 2 2 3 3 3 42
4 2 1 4 4 4 1 3 1 3 4 4 4 3 4 3 45
5 2 4 3 4 4 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 44
6 4 1 2 4 4 1 4 2 1 2 2 4 3 3 3 40
7 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 37
8 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 4 43
9 2 2 3 4 3 3 4 3 4 2 1 1 2 3 3 40
10 3 2 3 2 4 2 3 1 3 4 2 4 3 3 4 43
11 2 4 3 3 2 4 2 2 3 1 2 3 1 2 2 36
12 2 2 2 1 2 3 3 2 3 2 1 1 1 2 1 28
13 2 2 2 1 3 1 1 4 3 4 3 3 3 2 2 36
14 2 1 3 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 29
15 2 2 3 3 4 1 4 2 1 4 4 3 3 2 1 39
16 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 1 43
17 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 4 2 2 3 2 43
18 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 42
19 3 3 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 3 35
20 4 3 3 3 4 4 2 1 1 2 2 3 4 2 2 40
21 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 4 3 44
22 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 4 3 3 46
23 2 3 3 3 2 4 1 4 3 3 4 3 3 3 3 44
24 2 2 1 4 4 2 2 3 3 3 3 2 4 2 2 39
25 3 3 4 3 3 2 3 3 1 3 2 4 3 3 3 43
26 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 44
27 3 3 3 3 3 1 2 2 3 4 2 3 3 3 3 41
28 4 1 3 2 3 1 2 2 1 3 3 3 4 4 3 39
29 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 46
30 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 4 4 1 37
31 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 43
32 2 2 4 4 3 1 3 2 1 3 3 2 4 3 4 41
33 1 3 1 2 4 4 4 2 4 1 1 2 4 4 2 39
34 1 4 2 3 2 3 3 3 1 2 3 1 3 2 4 37
35 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 3 1 2 30
36 1 2 1 1 2 3 1 2 2 3 4 3 3 1 1 30
37 2 3 1 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 1 24
38 1 3 1 2 4 3 1 2 2 2 3 1 2 1 3 31
39 1 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 2 1 2 2 31
(23)
VAR00001 (1 thru 30=1) (31 thru 60=2) . EXECUTE .
FREQUENCIES
VARIABLES=VAR00001
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN /ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet0]
Statistics VAR00001
N Valid 40
Missing 0
Mean 1,80
Std. Deviation ,405
Minimum 1
Maximum 2
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid mal adaptif 8 20,0 20,0 20,0
adaptif 32 80,0 80,0 100,0
(24)
Frequencies
[DataSet0] VA R00 002 VA R00 003 VA R00 004 VA R00 005 VA R00 006 VA R00 007 VA R00 008 VA R00 009 VA R00 010 VA R00 011 VA R00 012 VA R00 013 VA R00 014 VA R00 015 VA R00 016 N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 Mi
ssi ng
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2,23 2,50 2,48 2,68 2,85 2,38 2,40 2,33 2,35 2,75 2,55 2,55 2,83 2,58 2,50 Std.
Devia tion
,862 ,847 ,905 ,859 ,802 1,00
5 ,900 ,829 ,975 ,899 ,986 ,959 ,984 ,958 ,961 Minim
um 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Maxi
mum 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Frequency Table
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 7 17,5 17,5 17,5
2 21 52,5 52,5 70,0
3 8 20,0 20,0 90,0
4 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 4 10,0 10,0 10,0
2 17 42,5 42,5 52,5
3 14 35,0 35,0 87,5
4 5 12,5 12,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 7 17,5 17,5 17,5
(25)
3 18 45,0 45,0 90,0
4 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 4 10,0 10,0 10,0
2 11 27,5 27,5 37,5
3 19 47,5 47,5 85,0
4 6 15,0 15,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00006
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 2,5 2,5 2,5
2 13 32,5 32,5 35,0
3 17 42,5 42,5 77,5
4 9 22,5 22,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00007
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 10 25,0 25,0 25,0
2 10 25,0 25,0 50,0
3 15 37,5 37,5 87,5
4 5 12,5 12,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00008
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 7 17,5 17,5 17,5
2 14 35,0 35,0 52,5
3 15 37,5 37,5 90,0
4 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
(26)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 5 12,5 12,5 12,5
2 21 52,5 52,5 65,0
3 10 25,0 25,0 90,0
4 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00010
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 9 22,5 22,5 22,5
2 13 32,5 32,5 55,0
3 13 32,5 32,5 87,5
4 5 12,5 12,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00011
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 7,5 7,5 7,5
2 13 32,5 32,5 40,0
3 15 37,5 37,5 77,5
4 9 22,5 22,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00012
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 6 15,0 15,0 15,0
2 14 35,0 35,0 50,0
3 12 30,0 30,0 80,0
4 8 20,0 20,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00013
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 6 15,0 15,0 15,0
2 13 32,5 32,5 47,5
3 14 35,0 35,0 82,5
4 7 17,5 17,5 100,0
(27)
VAR00014
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 5 12,5 12,5 12,5
2 8 20,0 20,0 32,5
3 16 40,0 40,0 72,5
4 11 27,5 27,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00015
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 6 15,0 15,0 15,0
2 12 30,0 30,0 45,0
3 15 37,5 37,5 82,5
4 7 17,5 17,5 100,0
Total 40 100,0 100,0
VAR00016
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 7 17,5 17,5 17,5
2 12 30,0 30,0 47,5
3 15 37,5 37,5 85,0
4 6 15,0 15,0 100,0
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
Lampiran
ANGGARAN DANA
NO KEGIATAN BIAYA
1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal Biaya internet dan pulsa modem Kertas A4 80 gr 2 rim
Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka Memperbanyak proposal
Sidang proposal
Survei awal, izin penelitian, izin proposal Sidang hasil
Jilid lux dan CD Abstrak translate
Rp. 100.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 350.000,00 Rp. 600.000,00 Rp. 400.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 100.000,00
(36)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Deni Syahputra
Tempat/ Tanggal Lahir : Tanjung Tiram, 19 Desember 1993
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat rumah : Jl. Nelayan no 154 lingkungan VI kec.
Tanjung Tiram Kab. Batu Bara Sumatera Utara
No Hp : 081394497469
Riwayat pendidikan :
1. TK Ade Irma Suryani (1999-2000)
2. SD Negeri 010165 Tanjung Tiram (2000-2006)
3. SMP Negeri 1 Tanjung Tiram (2006-2009)
4. MAS Alwashliyah Tanjung Tiram (2009-2012)
5. Fakultas Keperawatan USU
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Abdad, F. A. 2013. Asuhan keperawatan harga diri rendah situasional pada NN.Y yang mengalami TB paru dengan pengobatan OAT di Ruang Antesena RS. DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Di unduh tanggal 1 Desember 2015, dari
Alsagaff, H & Mukty, A. 2005. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing care plan: Guidelines for individualizing client care across the life span. 8th edition. Philadelphia: F.A DavisCompany.
Hidayat, 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi:1. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, 2006. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi:1. Jakarta: Salemba Medika.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., & Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: caring in action. Albani: Delmas Publisher.
Indrayani, R. (2011). Gambaran tingkat kecemasan TB Paru ditinjau dari lama mengkonsumsi obat TBC di Wilayah Kerja Pusskesmas Gemolong Sragen. Diunduh tanggal 12 april 2016 di google.com
Julia, L M & Kizilay, Patricia E. (1998). Foundations of Nursing Practice : A Nursing Process Approach. 1st Ed, WB Saunders Company, Philadelphia Anak Menanga
Karsasmita, C, B. (2009). Epidemiologi tuberkulosis. Sari Pediatri,Volume 11, 124-129.
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI (2014). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes & PPNI, (2014). Panduan nasional pelayanan keperawatan tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI.
(38)
Kozier, Erb, Berman & Snyder. (2010). Fundamental keperawatan: konsep, proses, & praktek, Edisi 7. Alih bahasa oleh Widayanti, E. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi peneliti ilmu keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2001). Konsep dan penerapan metodologi peneliti ilmu keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.,A & Perry, A.G. (2005). Fundamental keperawan buku 1 Ed. 4. Alih bahasa oleh devi muliyanti, monica ester, Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.,A & Perry, A.G. (2009). Fundamental keperawan buku 1 Ed. 7. Alih bahasa oleh Renata Komalasari, Jakarta: Salemba Medika.
Rab, T & Qlintang, S (1996). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.
Ratnasari, N. Y. (2012). Hubungan dukungan sosial dengan kualiatas hidup pada penderita tuberkulosis paru (TB paru) di Balai pengobatan penyakit paru (B4P) Yogyakarta unit minggiran. Jurnal tuberkulosis indonesia.volume 8. 7-11.
Rizqina, M (2010). Konsep diri penderita TB paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan. Di unduh 1 desember 2015, dari repository.usu.ac.id.
Robbins, S., P & Timothy A, J. (2008). Perilaku organisasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Roy, C.,S & Andrew, H. A. (1991) The roy adaptation model, the definitive statement. California: Appletion & Lange.
Setiawan, Y (2011). Hilangkan stigma negatif tentang penyakit TB. http :// www.lkc.or.id/2011/ 10/ 26/ hilangkan -3 – stigma –negatif – tentang – tb /
Sitohang, G. E. D. (2015). Korelasi konsep diri dengan kepatuhan pasien TB paru dalam menjalani pengobatan di Rumah sakit Grand Medistra lubuk pakam. Diundul tanggal 1 Desember 2015, dari repository.usu.ac.id.
Sumantri, I. (2010). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.
(39)
Sundari, S (2005). Kesehatan mental dalam kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarwoto & Wartona. (2003). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
Jakarta: Salemba Medika.
Tomey, M. A., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theory utilization & application, third edition. USA: Elseiver Mosby.
Winarni., E, Setiowati. R, Rahayu, N.S, Parante, M (2003). Gambaran tingkat addaptasi psikologi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dirumah sakit kanker dharmais jakarta. Diunduh tanggal 3 agustus 2016 di www.ui.ac.id.
(40)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti), kerangka konsep
akan membantu penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori
(Nursalam, 2008).
Penelitian ini menggambarkan tentang tinkat adaptasi psikologi pasien TB
Paru di Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan.
skema 3.1. Kerangka Konsep penelitian
3.2Defenisi Operasional
Merupakan bagian dari keputusan. Didalam ilmu logika merupakan
urutan kedua (yaitu pengertian tentang fakta; kemudian keputusan; pernyataan
benar atau tidak, dan penyimpulan; pembuktian/silogisme). (Nursalam, 2008).
Adaptasi psikologis pasien tuberkulosis
Adaptif
(41)
Tabel 3.2. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Alat ukur Hasil Ukur Skala
1 Variabel Indenpenden: Adaptasi Psikologis pasien TB paru. Kemampuan pertahanan diri pasien TB paru dalam mengatasi masalah-masalah secara psikologis yang dialami seperti Cemas, malu, takut, stres, dan stigma. Kuesioner sebanyak 15 item. Dengan 11 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Dengan penilaianpositif:
Sangat sering: 4 Sering: 3
Kadang-kadang: 2 Tidak pernah: 1
Untuk penilaian negatif:
Sangat sering: 1 Sering : 2
Kadang-kadang: 3 TidakPernah : 4
adaptif Jika jumlah skor 31 – 60
-Maladaptif Jika jumlah 1 - 30
ordinal
(42)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran adaptasi psikologis pasien Tuberkulosis Paru di RSUD.
Dr. Pirngadi Medan.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah diperkirakan dari jumlah keseluruhan
pasien TB paru dalam menjalani pengobatan di RSUD, Dr Pirngadi kota Medan
pada Januari 2015 sampai Oktober 2015. Dari hasil survey awal yang telah
dilakukan pada (28 Desember 2015), didapatkan laporan data dari rekam medik
bahwa jumlah populasi pasien rawat jalan TB Paru di RSUD Pirngadi kota
Medan sebanyak 402 orang.
2. Sampel Penelitian
Penentuan jumlah sampel ditentukan sesuai dengan Arikunto (2006) yang
menjelaskan bahwa, jika populasi besar melebihi 100 orang maka proporsi sampel
dapat diambil antara 10% untuk itu proporsi sampel yang diambil 10%, maka
(43)
menggunakan teknik Purposive sampling dimana dengan menggunakan kriteria
inklusi sebagai berikut:
1. Pasien Tuberkulosis paru dewasa.
2. Tidak disertai dengan penyakit HIV dan komplikasi penyakit yang lain
3. Tidak mengalami gangguan jiwa
4. Tidak buta aksara
5. Mampu berkomunikasi dan bersedia menjadi Responden.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun Rumah
sakit ini dipilih peneliti karena rumah sakit ini termasuk memiliki pelayanan TB
paru yang cukup memadai, sehingga lokasi ini memiliki jumlah sampel yang
cukup untuk bisa dilakukan penelitian. Serta disamping itu juga pertimbangan
efisiensi biaya penelitian dan waktu dimana lokasi penelitian ini dilakukan dekat
dengan tempat tinggal peneliti sehingga memungkinkan untuk melakukan
penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2016.
4.4 Pertimbangan Etik
Objek penelitian ini adalah manusia maka pertimbangan etik sangat
penting. Penelitian ini akan dilakukan setelah disetujui oleh komite etik di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini mengakui
hak-hak responden dalam menyatakan kesediaannya untuk dijadikan objek penelitian.
(44)
objek penelitian. Peneliti akan menjelaskan tujuan, sifat, dan manfaat penelitian.
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.
Untuk menjaga kerahasiaan maka kuesioner yang diberikan akan diberi kode
tertentu tanpa nama dan hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi
tersebut (Nursalam, 2008).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang
bertujuan untuk memperoleh informasi langsung dari responden. Kuesioner dibuat
oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, yakni
pertama demografi dan kedua adaptasi psikologis pasien Tuberkulosis paru.
Kuesioner data demografi responden meliputi nama inisial, usia, jenis
kelamin, agama, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama
pengobatan. Data demografi responden tidak akan dianalisis hanya untuk
mengetahui karakteristik responden.
Kuesioner adaptasi psikologis berdasarkan dari tinjauan pustaka hidayat
(2006) dari 15 pernyataan dengan pernyataan positif sebanyak 11 terdiri dari
nomor 1, , 3, 4, 5, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15. Sedangkan pernyataan negatif sebanyak
4 terdiri dari nomor 2, 4, 8, 9 dengan menggunakan skala Likert, yaitu dengan
penilaian Nilai 4: Sangat Sering, Nilai 3: Sering , Nilai 2: Kadang-kadang , Nilai
1: Tidak Pernah. Untuk pernyataan negatif penilaianya adalah 4: Tidak Pernah,
(45)
Penilaian adaptasi psikologis pasien TB ini dikategorikan sebagai
adaptasi adaptif dan maladaptif dengan menggunakan rumus statistik menurut
Sudjana (1992), maka
P
Maka didapatkan nilai Adaptasi yang maladapif dengan skor 1 - 30
dan adaptasi yang adaptif dengan skor 31 – 60.
4.6 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat dapat
mengukur apa yang harus diukur (Nursalam, 2008).
Uji validitas telah dilakukan dengan melakukan uji konten (isi) oleh 1
orang keperawatan ahli jiwa. Instrumen yang berisikan pernyataan terdiri 15
butir dapat digunakan dengan 2 kali perbaikan kalimat. Setelah itu dilakukan
pengecekan ulang oleh validator dan dinyatakan sesuai dengan tinjauan pustaka.
4.7. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan (Nursalam, 2008).
Uji reliabilitas sudah dilakukan pada 10 pasien tuberkulosis yang sesuai
dengan kriteria peneliti dan bukan menjadi sampel peneliti di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pringadi Kota Medan. Perhitungan dengan bantuan
(46)
didapatkan adalah 0,73 yang artinya telah reliabilitas. Alasan peneliti
menggunakan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan karena jumlah
populasi yang didapatkan disana cukup memadai.
4.8 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian diambil di RSUD dr.Pirngadi Kota Medan selama sebulan.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan pertama adalah mengajukan
permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program
Studi S1 ilmu keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara).
Lalu, mengajukan permohonan izin kepada komite etik Fakultas Keperawatan
USU. setelah itu, Mengirimkan permohonan izin pengambilan data yang
diperoleh dari fakultas ke tempat penelitian (RSUD Dr.Pingadi Medan). Setelah
mendapat persetujuan dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, peneliti ditempatkan
dibagian poliklinik paru dan diberi tempat ruang diskusi di nurse station.
Peneliti dibantu oleh perawat dan dokter di poli paru untuk memverifikasi
responden peneliti dengan kriteria inklusif yang diberikan. Selanjutnya peneliti
menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian
kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani
Informed Consent (surat pesetujuan). Peneliti melakukan pemberian Informasi
terhadap kuesioner yang diberikan. Selama melakukan pengisian kuesioner,
responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan
yang tidak dipahami. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk
(47)
4.9. Analisa data
Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa
melalui beberapa tahap. Pertama melakukan pengecekan kelengkapan data
responden dan memastikan semua pertanyaan telah diisi. Selanjutnya
mengklarifikasi data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan dengan
proses editing dan data yang telah sesuai diberikan kode (coding) untuk
memudahkan peneliti melakukan tabulasi dan analisa data . Kemudian dilakukan
pengolahan data (entry) dengan menggunakan teknik komputerisasi dan hasil
(48)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil penelitian
Pengumpulan data telah dilaksanakan selama 1 bulan dimulai dari Juli –
Agustus 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Bab hasil
penelitian menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk
menjelaskan karakteristik responden dan adaptasi psikologis pasien TB paru.
5.1.1. Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik pasien TB paru (umur, jenis kelamin, agama,
status, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama pengobatan) di rumah sakit
Dr. Pirngadi Medan menunjukan bahwa pasien TB paru lebih banyak kriteria
dewasa muda yang berusia antara 20-40 tahun berjumlah 18 orang (45%).
Berdasarkan jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah
25 orang (62,5%). Berdasarkan agama, responden yang lebih banyak menganut
agama Islam dan Kristen Protestan dengan jumlah masing-masing 20 orang
(50%). Berdasarkan status pernikahan, mayoritas responden menikah dengan
jumlah 27 orang (67,5%). Berdasarkan pendidikan mayoritas responden
mempunyai pendidikan terakhir SMA dengan jumlah 25 orang (62,5%).
Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai
wiraswasta dengan jumlah 25 orang (62,5%). Berdasarkan penghasilan, mayoritas
(49)
orang (55%) dan berdasarkan jangka lama pengobatan, hampir semua responden
yang sedang dalam melakukan pengobatan di tahap pertama dengan 39 orang
(97.5%). Pemaparan lebih lanjut dijelaskan pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan (N=40)
Karakteristik responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
12 – 20 tahun 20 – 40 tahun 40 – 65 tahun >65 tahun 3 18 15 4 7,5 45 37,5 10 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 25 15 62,5 37,5 Agama Islam Kristen 20 20 50 50 Status Menikah Tidak menikah 27 13 67,5 32,5 Pendidikan SD SMP SMA SARJANA Lain-lain 3 6 25 6 - 7,5 15 62,5 15 - Pekerjaan PNS Pegawai BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta Lain-lain 4 1 5 25 5 10 2,5 12,5 62,5 12,5 Penghasilan >Rp. 1.800.000 <Rp.1.800.000 18 22 45 55 Lama pengobatan
Lini pertama (1–3 bulan) Lini kedua (4-6 bulan)
39 1
97,5 2,5
(50)
5.1.2. adaptasi psikologis pasien TB paru
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden adaptif
dengan jumlah 32 orang (80%) dan yang mengalami adaptasi psikologis mal
adaptif berjumlah 8 orang (20%). Seperti dijelaskan pada tabel 5.1.2.1
Tabel 5.1.2.1 Distribusi frekuensi adaptasi psikologis pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi medan.(N= 40)
Adaptasi psikologis pasien TB paru
Frekuensi (f)
Persentase (%) Adaptif
Maladaptif
32 8
80 20
Hasil penelitian menunjukkan gambaran adaptasi psikologis pasien
Berdasarkan pernyataan didapatkan bahwa mayoritas responden cenderung jarang
untuk segera berkonsultasi kepada ahli tenaga kesehatan ketika terdiagnosa
penyakit TB agar stress mereka berkurang dengan jumlah 21% (52,5%).
Berdasarkan pernyataan mayoritas responden juga memilih sering berpikir bahwa
responden tidak perlu khawatir karena responden masih berpikir untuk sembuh
dengan jumlah 19 orang (47,5%). Tetapi, responden dengan jumlah 1 orang
(2,5%) memilih bahwa ketika responden sakit, keluarganya sudah mulai menjauhi
dan merasa tidak menyayanginya. Pemaparan lebih lanjut dijelaskan di tabel 5.2
(51)
Tabel 5.1.2.1 Distribusi frekuensi adaptasi psikologis pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan (N= 40)
No Pernyataan Sangat
Sering
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
F % F % F % F %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Segera berkonsultasi untuk menghilangkan stress.
Malu dan tidak mau bergaul lagi.
Masih melakukan aktifitas tanpa merasa takut.
Tidak perlu khawatir dan berpikir bisa sembuh. Meskipun menderita TB Paru, namun keluarga selalu mendukung.
Merasa malu dan merasa kutukan.
Merasa tidak malu sebab ini bukan keturuanan. Gampang marah kepada orang lain karna penyakit ini.
Menyalahkan orang lain karna penyakit ini
Memliki penyakit ini masih bisa bekerja tanpa malu.
Masih memiliki pekerjaan yang baik walaupun menderita penyakit ini.
Mampu mengerjkan hobi dan tidak memikirkan penyakit
Mengikuti saran aktifis yang sembuh
Tidak memikirkan dari mana penyakit ini berasal Merasa Baik-baik saja
4 5 4 6 9 5 4 4 5 9 8 7 11 7 6 10 12,5 10 15 22,5 12,5 10 10 12,5 22,5 20 17,5 27,5 17,5 15 8 14 18 19 17 15 15 10 13 15 12 14 16 15 15 20 35 45 47,5 42,5 37,5 37,5 25 35,5 37,5 30 35 40 37,5 37,5 21 17 11 11 13 10 14 21 13 13 14 13 8 12 12 52,5 42,5 27,5 27,5 32,5 25 35 52,5 35,5 35,5 35 35,5 20 30 30 7 4 7 4 1 10 7 5 9 3 6 6 5 6 7 7,5 10 17,5 10 2,5 25 17,5 12,5 22,5 7,5 15 15 12,5 15 7,5
(52)
5.2. Pembahasan
Hasil penelitian menujukkan bahwa adaptasi psikologis pasien tuberkulosis
paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan adalah adaptif yaitu 32
orang (80%) dan yang mengalami maladaptif yaitu 8 orang (20%). Ini
menunjukkan pasien tuberkulosis paru memiliki mekanisme pertahanan diri yang
baik.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Winarni, Setiowati,
Rahayu, & Parante (2003) dengan judul adaptasi psikologi pada klien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
menunjukkan bahwa pasien kanker payudara dapat beradaptasi dengan
baikdengan persentase 85,7%. Penelitian ini sama dengan menggunakan analisis
deskriptif sederhana dan yang membedakan adalah responden , jumlah sampel,
dan tempat penelitian.
Hasil ini juga didukung oleh pernyataan Roy (1991) menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan
perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang maladaptif. Secara
ringkas, menurut Roy (1991) mengemukakan bahwa individu sebagai makhluk
biospsikososial dan spiritual sebagai satu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan sehingga individu selalu berinteraksi terhadap
perubahan lingkungan. Ini juga didukung oleh Sundari (2005) adaptasi adaptif
jika tidak adanya ketegangan emosi, bila individu menghadapi problema, tetap
(53)
menggunakan rasio dan emosinya terkendali, dalam memecahkan realitas dan
objektif.
adaptasi psikologis dipengaruhi oleh usia, Pendidikan terakhir dan sosial
ekonomi, dan pengobatan. ini juga didukung oleh pernyataan Juliana (1998)
bahwa kondisi fisik yang baik, psikologi yang baik, pengalaman terhadap
penyakit, sosial ekonomi, dan sosial dapat mempengaruhi adaptasi.
Hitchlock dkk (1999) mengatakan bahwa usia dewasa mempunyai kemampuan
beradaptasi pada perubahan dan lebih stabil dan matang dalam mengambil
keputusan. Pada penelitian ini, usia responden mayoritas adalah dewasa muda
yaitu dengan jumlah 18 orang (45%). Peneliti berpendapat bahwa responden
mampu beradaptasi dengan perubahan, dan mengambil keputusan dengan baik
untuk pergi ke pelayanan kesehatan bukti bahwa responden bisa beradaptasi
dengan adaptif walaupun mengalami perubahan yakni melakukan terapi regimen
pengobatan.
Pada penelitian ini, pendidikan terakhir responden mayoritas adalah SMA
dengan jumlah 25 orang (62,5%). Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2003) faktor
pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan klien dengan pendidikan
yang tinggi akan lebih mampu mengatasinya dan menggunakan koping yang
efektif serta konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah.
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian
kemampuan didalam dan diluar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pada
(54)
beradaptasi dengan baik karena pendidikan terakhir pasien tuberkulosis mayoritas
adalah SMA sehingga sudah mampu mengatasi perubahan yang dialami. Ini juga
didukung oleh Nursalam (2001) bahwa pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk bersikap berperan serta
dalam pembangunan kesehatan.
Pada penelitian ini, mayoritas responden mempunyai penghasilan dibawah
Rp. 1.800.000, dengan jumlah 22 orang (55%). Menurut Roy (1989) mengatakan
faktor eksternal antara lain masalah keuangan (memegang peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi yang terkait dengan kebutuhan biaya kesehatan.
Pada penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa mayoritas pasien tuberkulosis
paru mempunyai adaptasi adaptif adalah karena pasien tuberkulosis paru hanya
memikirkan kesembuhan dan untuk biaya terapi pengobatan bisa didapatkan
dengan gratis yang mereka dapatkan akhirnya di pelayanan kesehatan. Ini
didukung dengan pernyatan WHO (2013) membuat program DOTS untuk pasien
Tuberkulosis.
Pada penelitian ini, responden yang diteliti merupakan pasien tuberkulosis
yang baru didiagnosa dan bukan pasien berulang (MDR) sehingga pasien tidak
memiliki riwayat kegagalan pengobatan sebelumnya. Kozier et al (2010)
mengatakan bahwa seseorang yang pernah mengalami kegagalan mengaganggap
dirinya gagal, sementara orang yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki
konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak
(55)
didagnosa dan belum ada pengalaman gagal sehingga adaptasi psikologis adaptif
karna pasien tuberkulosis tidak mau gagal dalam pengobatan.
Pada penelitian ini berdasarkan pernyataan kuesioner. Responden menjawab
sering dengan 2 pernyataan yakni tidak perlu khawatir, karena smasih bisa
sembuh dengan jumlah 19 orang (47,5%) dan walaupun menderita penyakit ini,
keluarga masih menyayangi dengan jumlah 17 (42,5%). Menurut Tarwoto &
Wartonah (2003) seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai rasa
percaya diri dan ketenangan dalam melakukan kegiatan, karena mereka pernah
mengalami menjadi bagian keluarga, maupun anggota masyarakat, sehingga
diharapkan dapat memahami keberadaanya. pada hasil penelitian ini didapatkan
bahwa responden pasien tuberkulosis paru adaptasinya adaptif adalah karena
dukungan faktor keluarga yang diterima responden.
Keterbatasan peneliti.
1. Instrumen pengumpulan data dibuat sendiri oleh peneliti dan baru pertama
kali digunakan sehingga belum sempurna..
2. Selama melakukan penelitian, peneliti tidak membahas mengenai penyakit
(56)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas pasien Tuberkulosis (TB)
Paru mengalami adaptasi psikologis secara adaptif yakni 32 orang (80%), dan
adaptasi secara psikologis maladaptif sebanyak 8 orang (20%).
6.2. Saran
6.2.1. Bagi pelayanan keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien terutama pasien tuberkulosis paru sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat diharapkan untuk memperhatikan aspek psikologis
pasien tuberkulosis paru agar pasien bisa beradaptasi dengan baik dalam
menjalani pengobatan.
6.2.2. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapan menjadi sumber informasi bagi pendidikan
keperawatan yang berfokus terhadap pemenuhan kebutuhan holistik pada pasien
(57)
6.2.3. bagi peneliti selanjutnya
Penelitian sebagai acuan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi penelitian
selanjutnya yang berfokus pada adaptasi psikologis untuk mendapatkan pelayanan
tuberkulosis yang lebih baik. Selain itu peneliti selanjutnya dapat memperbanyak
responden dan bervariasi (dengan penyakit penyerta lain) sehingga mendapatkan
data informasi yang lebih banyak mengenai penyakit tuberkulosis.
Peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan metode kualitatif dalam mengkaji
lebih dalam mengenai tingkat adaptasi psikologis beserta aspek-aspek
didalamnya sehingga pasien bisa lebih mengeksplor perasaannya dan peneliti
mendapatkan baik data verbal maupun non verbal dari pasien terkait adaptasi
(58)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tuberkulosis Paru 2.1.1Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Myobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan tekanan parsial
oksigen yang tinggi (Rab, 1996). Menurut Alsagaf & Mukhti (2005)
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikobakterium tuberkulosis yang menyerang pernapasan bagian bawah.
Menurut Sumantri (2010) Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Myobacterium
tuberculosis. Menurut Kemenkes (2014) Tuberkulosis adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman Myobacterium tuberculosis.
2.1.2 Penyebab Tuberkulosis Paru
Myobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1-4mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen
Myobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu
tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, Myobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah
apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
(59)
2.1.3 Patofisiologi tuberkulosis paru
Infeksi diawali karena seseorang mengirup hasil Myobacterium
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat menumpuk. Perkembangan Myobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus
atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru
(lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memerikan respons dengan
melakukan reaski inflamasi. Neutrofil dan makrofga melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan brokonpnemonia.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu sete;lah terpapar bakteri
(Sumantri,2010).
Interaksi antara Myobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh
pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tuberculosis. materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri men
jadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperi
(60)
membentuk jaringan kolagen kemudian bakteri menjadi nonaktif (Sumantri,
2010).
Setelah infeksi awal, jika respon imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi tulang
atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini,
ghon tubrcle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa
didalam bronkhus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaingan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang
mengakibatkan timbulnya bronkopnemonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya. Pnemonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya (Sumantri,
2010)
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembak biak
didalam sel makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menmbulkan respons
berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel (Sumantri, 2010).
2.1.4 Cara Penularan Tuberkulosis Paru
Menurut Kemenkes (2014) ada beberapa cara penularan Tuberkulosis Paru
Yakni:
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
(61)
pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal
tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam
contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. penularan pasien TB BTA positif adalah 65%,
pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan
pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
2.1.5 Identifikasi terduga pasien TB
Menurut Kemenkes & PPNI (2014) terduga pasien TB paru adalah
seseorang yang mempunyai keluhan aau gejala klinis mendukung TB
(sebelumnya dikenal sebagai suspek TB). Biasanya terduga TB datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan dengan berbagai keluhan dan gejala klinis yang
mungkin akan menunjukkan bahwa yang bersangkutan termasuk terduga TB.
Gejala utamanya adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih dan gejala
tambahan. Gejala tambahan yang sering dijumpai adalah:
(62)
b. Gejala sistemik: badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise), pada malam hari walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang yang berulang.
Perlu diketahui bahwa gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperi bronkiektasis, bronkitis kronik, asma, kanker
paru, dan lain-lain. Di negara endemis TB seperti Indonesia, setiap orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, harus
dianggap sebagai seorang suspek TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikrokopis langsung terlebih dahulu.
Seseorang yang menderita TB ekstra paru mungkin mempunyai keluhan /
gejala terkait organ yang terkena, misalnya.
a.Pembesaran pada getah bening yang kadang juga mengeluarkan nanah.
b. Nyeri dan pembengkakakn sendi yang terkena TB.
c.Sakit kepala, demam, kaku kuduk dan gangguan kesadaran bila terkena TB
otak
2.1.6 Diagnosis Tuberkulosis Paru
Menurut Kemenkes (2014) untuk menegakkan diagnosis TB paru harus
melakukan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis dimaksudkan
adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan dan tes cepat. Apabila
pemeriksaan secara bakteriologis negatif, maka penegakkan diagnosis dapat
dilakukan dengan secara klinis dengan menggunakan hasil pemeriksaan klinis
penunjang (setidak-tidaknya foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan dengan
(63)
dilakukan setelah pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan
Non Kuinon) yang tidak memberikan perbaikan klinis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan melakukan pemeriksaan
Serologis, berdasarkan foto toraks saja dan tes tuberkulin. Karena tidak terlalu
memberikan gambaran spesifik TB paru sehingga menyebabkan terjadi
overdiagnosis atau underdiagnosis.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang TB
Menurut Kemenkes (2014) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
perlu diperhatikan. Yakni:
1. Pemeriksaan Dahak mikroskpis langsung
a. Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksa contoh uji dahak SPS
(sewaktu – pagi – sewaktu).
b. Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 dari pemeriksaan contoh
uji dahak SPS hasilnya BTA positif
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh
uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
(64)
1. S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang
berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien
membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
2. P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
3. S(sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb)
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu,
misal:
1. Pasien TB ekstra paru.
2. Pasien TB anak.
3. Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA
negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau
mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat
yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan
untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi M. TB
terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan, uji kepekaan obat
(65)
pemantapan mutu/QualityAssurance (QA). Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil kesalahan dalam menetapkan jenis resistensi OAT dan
pengambilan keputusan paduan pengobatan pasien dengan resistan obat. Untuk
memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi OAT,
Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat menyediakan tes cepat yaitu Gen
expert ke fasilitas kesehatan (laboratorium dan RS) diseluruh provinsi
(Kemenkes, 2014)
2.1.8 Pengobatan tuberkulosis Paru
Menurut Kemenkes (2014) pengobatan tb harus selalu meliputi
pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan:
a. Tahap Awal: Pengobatan dberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksudkan secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian
kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,
harus diberikan selama 2 bulan. Pada umunya dengan pengobatan secara
teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun
setelah pengobatan selama 2 minggu.
b. Tahap lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
(66)
2.1.9 Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan TB
Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap
Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena
tidak spesifik untuk TB. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan
pemeriksaan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan
dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu
contoh uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut
dinyatakan positif. Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum
memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA
positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan
pengobatan. Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil
pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi
BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap lanjutan (tanpa pemberian
OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi). Pada semua pasien TB BTA
positif, pemeriksaan ulang dahak s0elanjutnya dilakukan pada bulan ke 5.
Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis
pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir
(67)
2.2 Konsep Adaptasi 2.2.1 Definisi adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan individu untuk bereaksi kaena tuntutan dalam
memenuhi dorongan kebutuhan dan mencapai ketentraman batin dalam
berhubungan dengan sekitar (Sundari, 2005). Adaptasi merupakan suatu proses
perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada
dilingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis
maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku Adaptif (Hidayat, 2006)..
Menurut sundari (2005), adaptasi yang berhasil bilamana dengan
sempurna memenuhi kebutuhan tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi
yang lain, tidak mengganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhan yang
sejenisnya dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dimana ia berada untuk
mencapai keharmonisan pada dirinya dan lingkungan. Adaptasi berhasil secara
positif jika tidak adanya ketegangan emosi, bila individu menghadapi problema,
emosi, tetap tenang, tidak panik, sehinga dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan rasio dan emosinya terkendali, dalam memecahkan masalah
terhadap realitas dan objektif. Bila seseorang menghadapi masalah segera
dihadapi secara apa adanya tidak ditunda-tunda, tidak menjadi frustasi, konflik
maupun kecemasan dan mampu belajar pengetahuan yang mendukung apa yang
dihadapi sehingga dengan pengetahuan itu dapat digunakan menanggulangi
timbulnya problema. Adaptasi yang negatif jika yang bersangkutan tidak dapat
mengendalikan emosinya, bila ada masalah menjadi panik sehingga tindakan tidak
(68)
2.2.2 Jenis Adaptasi
Menurut Hidayat (2006), ada 4 jenis adaptasi yakni
2.2.2.1Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keadaan relatif seimbang, kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamika dari
ekuilibrium lingkungan internal tubuh (Potter & Perry, 2005).
Riset klasik yang dilakukan selye, 1976 (dalam Hidayat, 2006) membagi
adaptasi fisiologis menjadi sindrom adaptasi psikososial lokal (local adaptation
syndrom—LAS) dan sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome—
GAS).
2.2.2.2Adaptasi psikologis
Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian secara psikologis dengan cara
melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan melindungi atau bertahan
dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan (Hidayat, 2006)
2.2.2.3Adaptasi Sosial Budaya
Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses
penyesuaian perilaku yang sesuai dengan normal yang berlaku di masyarakat,
misalnya seseorang yang tinggal dalam lingkungan masyarakat dengan budaya
gotong royong akan berupaya beradaptasi dengan lingkungannya tersebut
(69)
2.2.2.4 Adaptasi Spiritual
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang
didarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama
yang dianutnya. Misalnya, apabila mengalami stress, seseorang akan giat
melakukan ibadah, seperti rajin sembahyang, berpuasa, dan sebagainya
(Hidayat, 2006).
2.2.4 Mekanisme Adaptasi
Individu mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan, dan
menggunakan energinya untuk beradaptasi secara positif. Terdapat dua sub sistem
yang berperan, antara lain:
2.2.4.1Sub sistem regulator
Yaitu sub sistem dari manusia yang menangani terhadap adanya rangsangan
dari luar yaitu melalui sistem saraf dan hormonal, contohnya bagaimana
seseorang yang mengalami stimulus respon emosional, kemudian tubuh
menyesuaikan diri dengan mengeluarkan hormon adrenalin yang berefek untuk
mempercepat denyut nadi, pernafasan yang meningkat, suhu tubuh meningkat,
otot tubuh berkontraksi.
2.2.4.2 Sub sistem kognator
Yaitu sub sistem yang menangani stimulus dengan melalui proses informasi,
belajar, dan pengambilan keputusan. Artinya adaptasi ini dengan cara
mengaktifkan fungsi-fungsi kognitif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
(70)
2.2.5 Respon Adaptasi
Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau
kemunduran bergantung pada stimulus yang masuk dan /kemampuan adaptasi
orang tersebut. atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal,
yaitu masukan (input), control, dan keluaran (output) (Asmadi, 2008). Respon
individu terhadap stimulus lingkungan dapat berupa respon adaptif dan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat meningkatkan integritas
dan membantu individu untuk mencapai tujuan dari adaptasi sendiri, seperti
bertahan hidup, tumbuh, bereproduksi, penguasaan dan perubahan pada individu
maupun lingkungan. Sebaliknya, respon maladaptif dapat menggagalkan atau
mengancam tujuan adaptasi (Alligood & Tomey, 2010).
2.3 Adaptasi psikologis
Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian secara psikologis dengan
melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan melindungi atau bertahan
dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan. Adaptasi psikologis bisa bersifat
konstruktif atau deskruktif. Perilaku yang konstruktif membantu individu
menerima tantangan untuk memecahkan konflik, bahkan rasa cemaspun bisa
menjadi konstruktif, jika dapat memberi sinyal adanya suatu ancaman sehingga
individu apat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya perilaku
deskruktif tidak membantu individu mengatasi stressor. (Hidayat. 2006).
Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat konstrukti misalnya, ansietas dapat
(71)
tindakan untuk mengurangi keparahannya. Perilaku destruktif mempengaruhi
orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, keperibadian, dan situasi yang
sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat destruktif
(mis. jika seseorang tidak mampu beritindak melepaskan diri dari stressor). Sama
halnya, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai
perilaku adapatif dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress dan
bukan menurunkan stress.Perilaku adaptif psikologis individu membantu
kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada
penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman
sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan
berhasil (potter& perry, 2005)
Perilaku adaptasi psikologis juga mengacu pada mekanisme koping (coping
mechanisme) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan mekanisme
pertahanan iri (ego oriented) (Hidayat, 2006).
2.3.1 Reaksi yang berorientai pada tugas.
Reaksi ini melibatkan penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi
stres dan memecahkan masalah. Terdapat tiga jenis perilaku yang umum yakni:
1) Menyerang, yaitu bertindak menghilangkan, mengatasi stressor, atau
memenuhi kebutuhan, misalnya berkonsultasi dengan orang yang ahli.
2) Menarik diri dari stressor secara fisik maupun emosi.
3) Berkompromi, yaitu mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti
(72)
2.3.2 Reaksi yang berorientasi pada ego
Reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara psikologis
untuk mencegah gangguan psikologis yang lebih dalam. Mekanisme pertahanan
diri tersebut adalah:
1) Rasionalisasi. Berusaha memberikan alasan yang rasional sehingga masalah
yang dihadapinya dapat teratasi.
2) Pengalihan. Upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan
pengalihan tingkah laku pada objek lain, contohnya jika seserorang terganggu
akibat situasi gaduh yang disebabkan oleh temannya, maka ia berupaya
menyalahkan temanya tersebut.
3) Kompensasi. Mengatasi masalah dengan mencari kepuasan pada keadan lain.
Misalnya, seseorang memiliki masalah karena menurunya daya ingat, maka
di sisi lain, ia berusaha menonjolkan bakal melukis yang dimilikinya.
4) Identifikasi. Meniru perilaku orang lain dan berusaha mengikuti sifat
karakteristik, dan tindakan orang tersebut.
5) Represi. Mencoba menghilangkan pikiran masalah yang secara sadar tidak
dapat diterima dan tidak memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan.
6) Penyangkalan. Upaya pertahanan diri dengan cara menyangkal masalah yang
dihadapi atau tiak mau menerima kenyataan yang dihadapinya, misalnya
menolak kenyataan bahwa pasangan sudah meninggal dunia dengan cara
(73)
2.4 Masalah Psikologis pasien TB
Gejala yang dapat dirasakan seorang penderita TB paru tidak hanya berupa
gejalafisik saja. Penderita TB paru juga rentan mengalami masalah atau
gejalapsikososial. Doenges, Moorhouse, dan Murr (2010) menyebutkan
bahwaseseorang yang mengalami TB paru akan menunjukkan gejala-gejala
psikologiseperti merasa stres berkepanjangan, tidak ada harapan dan putus asa,
penderitamungkin menunjukkan penyangkalan khususnya pada fase awal
penyakit,kecemasan, ketakutan, cepat marah, ceroboh dan terjadi perubahan
mental padatahap lanjut. Dampak psikologis ini tentunya tidak boleh diabaikan
begitu saja,karena masalah psikologis yang dibiarkan berlarut-larut dapat
berkembangmenjadi kondisi yang semakin buruk dan menyebabkan masalah baru
bagipenderita TB paru itu sendiri (Abdad, 2013).
Kecemasan merupakan awal masalah psikologis pasien. Pasien tuberkulosis paru
perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk kecemasannya dalam masa
pengobatan. Pengobatan TB yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegahkematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan dan
mencegahterjadinya resistensi kuman tuberculosis (Indrayani, 2011).
Ketidakmampuan penderita TBdalam melakukan pengobatan dapat berdampak
pada timbulnya kekhawatiranpenderita TB tentang keadaan dirinya. Timbulnya
perasaan takut yang dialamipenderita TB yang disebabkan oleh ketidakmampuan
mereka menjalankanpengobatan TB dengan baik akan menimbulkan kecemasan
dalam diripenderita TB. Nurjanah (2004 dalam indrayani, 2011) menyebutkan
(74)
seseorang. Berdasarkanpendapat tersebut,maka timbulnya penyakit TB paru pada
seorang pasienberdampak terhadap timbulnya kesadaran akan terancamnya
keberadaan atauintegritas pasien dalam kehidupan secara pribadi maupun di
masyarakat.
Pasien menyadari bahwa ketika pasien didiagnosa menderita penyakit TB,maka
secara otomatis pasien tersebut harus mengikuti program pengobatanyang relatif
lama yaitu minimal 6 bulan. Timbulnya perilaku baru yang pasienhadapi yaitu
harus meminum obat dalam jumlah banyak serta dalam waktuyang lama
menimbulkan kekhawatiran terhadap apakah ia mampumenjalankan pengobatan
tersebut, karena tidak semua orang mampu menelanobat serta apakah mampu ia
menjaga motivasi dirinya untuk terus melakukanpengobatan sehingga tidak
mengalami putus obat. Konsekuensi-konsekuensiyang merupakan akibat dari
pengobatan TB paru merupakan faktor pencetustimbulnya kecemasan pada diri
pasien terhadap kondisi hidupnya pada masasekarang dan akan datang (Indrayani
dkk, 2011).
Masalah psikososial juga dapat muncul akibat berbagai faktor. Penderita TB paru
dapatmengalami beban pikiran yang berat akibat kondisi sakit yang tidak
diharapkanatau akibat mengalami beban perasaan atas tuntutan masyarakat yang
dikelilingioleh banyak stigma. Menurut Setiawan (2011) ada beberapa stigma
negatif yangberkembang terkait penyakit tuberkulosis diantaranya adalah
anggapan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit guna-guna atau kutukan,
penyakit keturunan danpenyakit yang tidak dapat disembuhkan. Stigma-stigma ini
(75)
akanmerasa malu dan takut akan dikucilkan oleh lingkungannya sehingga
penderitalebih memilih menyembunyikan penyakitnya dan menolakuntukberobat
(76)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan Directly
Observed Treatment, Short-course (DOTS) telah diterapkan di berbagai negara
sejak tahun 1995 (Kemenkes, 2014). World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfefksi tuberkulosis. Setiap
detik ada satu orang yang terinfeksi TB. Berdasarkan global tuberkulosis tahun
2011 angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk
atau sekitar 690.000 kasus. Insidensi kasus baru TB dengan Basil Tahan Asam
(BTA) positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus.
Kematian akibat TB diluar Human Immuno Deficiency Virus (HIV) sebesar 27 per
100.000 atau 182 orang perhari (WHO, 2013)
Kasus TB naik 58% dari tahun 1990 hingga 2009, 90% diantaranya terjadi di
negara berkembang. Di asia tenggara selama 10 tahun, peningkatan kasus TB paru
mencapai 35,1 juta, 8% diantaranya (2,8 juta) disertai dengan infeksi HIV.
Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam kasus TB paru yang
mencapai 0,4 juta kasus baru, setelah india yang menduduki 2,1 juta kasus dan
cina 1,1 juta kasus (Karsasmita, 2009).
Prevalensi penduduk Indonesia pada tahun 2013 yang didiagnosis TB paru
(77)
berdasarkan diagnostik tenaga kesehatan dan keluhan responden adalah 6, 7 %. Di
Sumatera Utara terjadi peningkatan prevalensi TB paru pada tahun 2013 dimana
prevalensi TB paru 0, 2 % yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan dan 3,8 %
dengan gejala batuk >2 minggu dan 2,7% dengan gejala batuk darah (Kemenkes,
2013).
Penyakit tuberkulosis dapat menimbulkan berbagai dampak yang dapat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penderita. Dampak fisik yang dialami
oleh pasien paru seperti batuk yang tidak kunjung sembuh, batuk berdarah, nyeri
dada, demam, berkeringat pada malam hari, nafas pendek(wheezing) serta
kelelahan yang kronik (Alsagaf & Mukty, 2005). Kondisi kesehatan fisik yang
menurun akibat menderita TB paru juga dapat menimbulkan masalah lain yakni
kondisi psikologis pasien (Abdad, 2013).
Cemas, malu, depresi, dan mengisolasikan diri adalah gangguan mental yang
dihadapi oleh pasien yang mengalami tuberkulosis paru. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Rajeswari, dkk, 2005 dalam Rizqiana, 2011 mengatakan 50
% responden merasa takut setelah mereka didiagnosis menderita tuberkulosis
paru dan 9% dari mereka berpikir untuk bunuh diri. Ketika orang lain menduga
seseorang mengalami penyakit tuberkulosis paru, muncul sikap berhati-hati secara
berlebihan, misalnya mengasingkan penderita, enggan mengajak berbicara, kalau
dekat dengan penderita akan segera menutup hidung dan sebagainya. Hal tersebut
akan sangat menyinggung perasaan pasien (Ratnasari, 2012).
Stigma, isolasi, dan diskriminasi juga diberikan oleh masyarakat terhadap
(78)
menjadi perbedaan penyakit tuberkulosis paru dari penyakit kronis lainnya.
Penyakit tuberkulosis paru dan pengobatannya dapat mengganggu seluruh aspek
dari diri seseorang. (Sitohang, 2015).
Masalah ekonomi pasien tuberkulosis paru juga mengalami gangguan.
Sebagian pasien tuberkulosis paru yang berusia produktif harus merelakan waktu
kerjanya sekitar 3-4 bulan untuk masa pengobatan. Hal tersebut akan kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika pasien meninggal
karena tuberkulosis paru maka akan kehilangan pendapatan sekitar 15 tahun, ini
akan menjadi beban psikologis tersendiri oleh pasien (Kemenkes, 2014)
Masalah-masalah yang dihadapi pasien tuberkulosis inilah perlu adanya
penyesuaian adaptasi. Stres dapat menimbulkan tuntutan seseorang, dan jika
seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi, maka dapat menjadikan bahaya untuk
pasien misalnya menimbulkan suatu penyakit. Adaptasi adalah proses dimana
dimensi yang meliputi fisilogis dan psikologis berubah dalam berespon terhadap
stress. Seseorang harus mampu berespons terhadap stress dan beradaptasi
terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan (Potter & Perry, 2005)
Perilaku adaptif pikologis sangat diperlukan agar pertahanan seseorang
terhadap stress menjadi semakin baik misalnya membicarakan kepada keluarga
agar beban dirasakan berkurang. Perilaku adaptif psikologis ini dapat konstruktif
maupun maupun deskruktif (Potter & Perry, 2005). Sehingga nantinya ketika
(79)
Berdasarkan Survey Awal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
medan, peneliti mendapatkan data rekam medik pasien tuberkulosis paru
sebanyak 662 periode Januari – Oktober 2015.
Berdasarkan uraian diatas karna belum adanya peneliti adaptasi psikologis
pasien tuberkulosis, maka Peneliti tertarik ingin meneliti bagaimana adaptasi
psikologis Pasien tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah. Dr. Pirngadi
Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana adaptasi psikologis tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pringadi Medan?
1.3 Tujuan Peneliti
Mengetahui gambaran adaptasi psikologis pasien tuberkulosis paru di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
Sebagai pemberi informasi kepada Pendidikan keperawatan sehingga
penididikan keperawatan yang bisa menjadi lebih baik dalam hal pemberi
layanan TB paru.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai pemberi Informasi kepada pelayanan Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan sehingga pihak pelayanan dalam perawatan TB paru bisa
(80)
3. Bagi Peneliti Keperawatan
Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah
(81)
Judul Penelitian : Adaptasi Psikologis Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Nama Mahasiswa : Deni Syahputra
NIM : 121101007
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2015/2016
ABSTRAK
Masalah-masalah yang dihadapi pasien tuberkulosis paru seperti cemas, malu, dan terisolasi serta stigma inilah perlu adanya penyesuaian adaptasi. Masalah-masalah psikologis ini dapat menimbulkan masalah, dan jika seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi, maka dapat menjadikan bahaya untuk pasien misalnya menimbulkan suatu penyakit. Perilaku adaptif pikologis sangat diperlukan agar pertahanan seseorang terhadap stress menjadi semakin baik sehingga nantinya pasien TB paru dapat melakukan pertahanan diri dari masalah yang diderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adaptasi psikologis pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Desain yang digunakankan deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi psikologis pasien TB paru adaptif sebanyak 32 orang (80%) dan maladaptif sebanyak 8 orang (20%) . Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pelayanan keperawatan agar dapat memperhatikan lebih jauh aspek psikologis pasien tuberkulosis paru agar pasien bisa mendapatkan adaptasi yang lebih baik dalam menjalani terapi regimen pengobatan
(82)
(83)
Adaptasi Psikologis Pasien Tuberkulosis (TB) Paru Di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
SKRIPSI
oleh Deni Syahputra
121101007
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(84)
(85)
(86)
Judul Penelitian : Adaptasi Psikologis Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Nama Mahasiswa : Deni Syahputra
NIM : 121101007
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2015/2016
ABSTRAK
Masalah-masalah yang dihadapi pasien tuberkulosis paru seperti cemas, malu, dan terisolasi serta stigma inilah perlu adanya penyesuaian adaptasi. Masalah-masalah psikologis ini dapat menimbulkan masalah, dan jika seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi, maka dapat menjadikan bahaya untuk pasien misalnya menimbulkan suatu penyakit. Perilaku adaptif pikologis sangat diperlukan agar pertahanan seseorang terhadap stress menjadi semakin baik sehingga nantinya pasien TB paru dapat melakukan pertahanan diri dari masalah yang diderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adaptasi psikologis pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Desain yang digunakankan deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi psikologis pasien TB paru adaptif sebanyak 32 orang (80%) dan maladaptif sebanyak 8 orang (20%) . Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pelayanan keperawatan agar dapat memperhatikan lebih jauh aspek psikologis pasien tuberkulosis paru agar pasien bisa mendapatkan adaptasi yang lebih baik dalam menjalani terapi regimen pengobatan
(1)
7. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II dan Validator. Terimakasih atas masukan yang telah diberikan dan kesediannya dalam membantu isntrumen penelitin yang penulis gunakan.
8. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani program akademik
9. Seluruh Dosen, Pegawai dan Staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
10. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberi ijin saya melakukan penelitian tugas akhir ini.
11. Rekan-rekan penulis, Viky Afriani, Andhini Tiur, Gelora Sigiro, Muhraja Siddik, dan Rahmadwitya Yulinast, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Dan untuk seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan angkatan 2012.
12. Terkhusus buat Raisa Andriana dan Afgan Syahreza yang telah menyemangati penulis dalam lagunya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan mudah-mudahan penulisan Tugas Akhir ini, dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu, masyarakat, dan Fakultas Keperawatan.
Medan, Oktober 2016 Penulis
Deni Syahputra NIM:121101007
(2)
DAFTAR ISI
Halaman judul ... i
Halaman originalitas ... ii
Halaman pengesahan ... iii
Abstrak ... iv
Kata pengantar ... v
Daftar isi ... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat penelitian ... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tuberkulosis Paru ... 6
2.1.1 Pengertian tuberkulosis paru ... 6
2.1.2 Penyebab tuberkulosis paru ... 6
2.1.3 Patofisiologis tuberkulosis paru ... 7
2.1.4 Cara penularan tuberkulosis paru... 8
2.1.5 Identifikasi terduga pasien tuberkulosis paru ... 9
2.1.6 Diagnosis tuberkulosis paru ... 10
2.1.7 Pemeriksaan penunjang tuberkulosis paru ... 11
2.1.8 Pengobatan tuberkulosis paru ... 13
2.1.9 Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan ... 14
2.2 Adaptasi ... 15
2.2.1 Defenisi Adaptasi ... 15
2.2.2 Tingkat adaptasi ... 16
2.2.3 Mekanisme Adaptasi ... 17
` 2.2.4 Respon Adaptasi ... 18
2.3 Adaptasi psikologis ... 18
2.3.1 Pengertian adaptasi psikologis ... 18
2.3.2 Reaksi yang berorientasi pada tugas ... 19
2.3.3 Reaksi berorientasi pada ego ... 20
2.4 Masalah psikologis pasien TB ... 21
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 24
3.1 Kerangka konseptual ... 24
3.2 Definisi operasional ... 24
BAB 4. METODE PENELITIAN ... 26
4.1 Desain penelitian ... 26
4.2 Populasi dan sampel penelitian ... 26
(3)
4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 27
4.4 Pertimbangan etik ... 27
4.5 Instrumen penelitian ... 28
4.6 Validitas instrumen ... 29
4.7 Uji realibilitas ... 29
4.8 Metode pengumpulan ... 30
4.9 Rencana nalisa data ... 30
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
5.1 Hasil penelitian ... 32
5.1.1 Karakteristik responden ... 32
5.1.2 Tingkat Adaptasi Psikologis ... 34
5.2 Pembahasan ... 36
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
6.1 kesimpulan ... 40
6.2 Saran ... 41
Daftar pustaka ... 43
(4)
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 kerangka konsep penelitian tingkat adaptasi psikologis pasien tuberku losis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan ... 24
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Defenisi operasional tingkat adaptasi psikologis pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan ... 25 Tabel 5.1.1 Karakteristik pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan ... 33 Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Adaptasi Psikologis Pasien TB paru di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi Medan ... 34 Tabel 5.1.2.1 Distribusi frekuensi Kuesioner Tingkat Adaptasi Psikologis Pasien
(6)