Masalah Psikologis pasien TB

2.4 Masalah Psikologis pasien TB

Gejala yang dapat dirasakan seorang penderita TB paru tidak hanya berupa gejalafisik saja. Penderita TB paru juga rentan mengalami masalah atau gejalapsikososial. Doenges, Moorhouse, dan Murr 2010 menyebutkan bahwaseseorang yang mengalami TB paru akan menunjukkan gejala-gejala psikologiseperti merasa stres berkepanjangan, tidak ada harapan dan putus asa, penderitamungkin menunjukkan penyangkalan khususnya pada fase awal penyakit,kecemasan, ketakutan, cepat marah, ceroboh dan terjadi perubahan mental padatahap lanjut. Dampak psikologis ini tentunya tidak boleh diabaikan begitu saja,karena masalah psikologis yang dibiarkan berlarut-larut dapat berkembangmenjadi kondisi yang semakin buruk dan menyebabkan masalah baru bagipenderita TB paru itu sendiri Abdad, 2013. Kecemasan merupakan awal masalah psikologis pasien. Pasien tuberkulosis paru perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk kecemasannya dalam masa pengobatan. Pengobatan TB yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegahkematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan dan mencegahterjadinya resistensi kuman tuberculosis Indrayani, 2011. Ketidakmampuan penderita TBdalam melakukan pengobatan dapat berdampak pada timbulnya kekhawatiranpenderita TB tentang keadaan dirinya. Timbulnya perasaan takut yang dialamipenderita TB yang disebabkan oleh ketidakmampuan mereka menjalankanpengobatan TB dengan baik akan menimbulkan kecemasan dalam diripenderita TB. Nurjanah 2004 dalam indrayani, 2011 menyebutkan bahwa salah satu faktor pencetuskecemasan adalah ancaman terhadap integritas Universitas Sumatera Utara seseorang. Berdasarkanpendapat tersebut,maka timbulnya penyakit TB paru pada seorang pasienberdampak terhadap timbulnya kesadaran akan terancamnya keberadaan atauintegritas pasien dalam kehidupan secara pribadi maupun di masyarakat. Pasien menyadari bahwa ketika pasien didiagnosa menderita penyakit TB,maka secara otomatis pasien tersebut harus mengikuti program pengobatanyang relatif lama yaitu minimal 6 bulan. Timbulnya perilaku baru yang pasienhadapi yaitu harus meminum obat dalam jumlah banyak serta dalam waktuyang lama menimbulkan kekhawatiran terhadap apakah ia mampumenjalankan pengobatan tersebut, karena tidak semua orang mampu menelanobat serta apakah mampu ia menjaga motivasi dirinya untuk terus melakukanpengobatan sehingga tidak mengalami putus obat. Konsekuensi-konsekuensiyang merupakan akibat dari pengobatan TB paru merupakan faktor pencetustimbulnya kecemasan pada diri pasien terhadap kondisi hidupnya pada masasekarang dan akan datang Indrayani dkk, 2011. Masalah psikososial juga dapat muncul akibat berbagai faktor. Penderita TB paru dapatmengalami beban pikiran yang berat akibat kondisi sakit yang tidak diharapkanatau akibat mengalami beban perasaan atas tuntutan masyarakat yang dikelilingioleh banyak stigma. Menurut Setiawan 2011 ada beberapa stigma negatif yangberkembang terkait penyakit tuberkulosis diantaranya adalah anggapan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit guna-guna atau kutukan, penyakit keturunan danpenyakit yang tidak dapat disembuhkan. Stigma-stigma ini kerap kalimempengaruhi kondisi kesehatan penderita, dimana penderita mungkin Universitas Sumatera Utara akanmerasa malu dan takut akan dikucilkan oleh lingkungannya sehingga penderitalebih memilih menyembunyikan penyakitnya dan menolakuntukberobat abdad, 2013. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis TB sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan Directly Observed Treatment, Short-course DOTS telah diterapkan di berbagai negara sejak tahun 1995 Kemenkes, 2014. World Health Organization WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfefksi tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi TB. Berdasarkan global tuberkulosis tahun 2011 angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insidensi kasus baru TB dengan Basil Tahan Asam BTA positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB diluar Human Immuno Deficiency Virus HIV sebesar 27 per 100.000 atau 182 orang perhari WHO, 2013 Kasus TB naik 58 dari tahun 1990 hingga 2009, 90 diantaranya terjadi di negara berkembang. Di asia tenggara selama 10 tahun, peningkatan kasus TB paru mencapai 35,1 juta, 8 diantaranya 2,8 juta disertai dengan infeksi HIV. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam kasus TB paru yang mencapai 0,4 juta kasus baru, setelah india yang menduduki 2,1 juta kasus dan cina 1,1 juta kasus Karsasmita, 2009. Prevalensi penduduk Indonesia pada tahun 2013 yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 0,4 dan prevalensi nasional TB paru Universitas Sumatera Utara