6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pegagan
1. Klasifikasi Ilmiah
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae Kelas
: Dycotyledonae Ordo
: Umbillates Familia
: Umbelliferae Genus
: Centella Spesies
: Centella asiatica L. Urban Backer dan Van Der Brick, 1986
2. Kandungan Kimia
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa
adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan maka secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Penelitian yang dilakukan Noverita dan
Marline 2012 menyebutkan hasil uji fitokimia daun pegagan terdapat kandungan triterpenoid. Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid
glikosida terutama asiatikosida, asam asiatik, asam madekasik, madekasosida Hashim, 2011, flavonoid kaemferol dan kuersetin, volatil oil valerin,
kamfor, siniole dan sterol tumbuhan seperti kamfesterol, stigmasterol, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sitosterol, pektin, asam amino, alkaloid hidrokotilin, miositol, asam brahmik, asam centelik, asam isobrahmik, asam betulik, tanin serta garam mineral
seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Glikosida triterpenoid yang disebut asiatikosida bermanfaat dapat menstimulasi sintesis kolagen dan
glycosaminoglycan.
3. Kegunaan dan Khasiat
Menurut Kumar dan Gupta 2006, secara umum kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam herba pegagan meliputi: triterpenoid saponin,
triterpenoid genin, minyak essensial, flavonoid, fitrosterol dan bahan aktif lainnya. Bahan
–bahan aktif tersebut secara umum terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Kandungan bahan aktif utama dari
pegagan adalah golongan triterpenoid saponin. Kandungan triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8. Unsur utama yang terdapat dalam triterpenoid
saponin adalah asiatikosida dan madekosida Kumar dan Gupta, 2006. Asam asiatik, asam madekosid, dan asiatikosida telah terbukti
digunakan untuk merangsang sintesis kolagen. Titrited Exctract Centella asiatica TECA, asam asiatik dan asiatikosida yang telah terbukti
mempercepat pemulihan matriks kolagen setelah luka, dengan cara stimulasi kolagen dan sintesis glikosaminoglikan. Asiatikosida yang diisolasi dari
pegagan meningkatkan kandungan hidroksiprolin, elastisitas kulit dan kandungan kolagen pada bekas luka setelah pemberian topikal pada hewan
percobaan. Peningkatan proliferasi sel dan sintesis kolagen diamati di lokasi luka setelah pengobatan dengan ekstrak oral pegagan. Asiatikosida adalah
salah satu komponen aktif dalam saponin yang dapat menginduksi sintesis kolagen tipe I dalam sel dermal fibroblas pada manusia. Molekul yang terlibat
dalam mekanisme ini adalah SB43 1542, yang merupakan inhibitor dari TGFβ reseptor I kinase, yang diketahui sebagai aktivator dari Smad pathway Park
dkk., 2006. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dilaporkan bahwa triterpenoid saponin yang termasuk madekosida, asiatikosida dan asam
asiatik mempunyai aktifitas dapat meningkatkan cellular hyperplasia, produksi kolagen dan level granulasi jaringan pada DNA protein, total kolagen,
hexosamin, mempercepat
maturasi dan
cross-linking dari
kolagen Chandrakasan, Shetty, Sivakumar, Suguna, 2006.
Madekosida yang diisolasi dari tumbuhan pegagan diketahui mempunyai aktifitas dapat menginduksi expresi dari kolagen dan memodulasi
mediator inflammatory. Pembuktian penelitian ini dilakukan dengan melakukan randomized double blind clinical trial dan hasilnya pegagan dapat
meningkatkan clinical score dari kerutan, elastisitas kulit dan hidrasi dari kulit Haftek, Mac, Le Bitoux, Creidi, Rougier, Humbert, 2008. Formulasi sediaan
topikal ekstrak pegagan menunjukan bahwa sediaan dapat meningkatkan proliferasi sel dan meningkatkan sintesis kolagen pada tikus yang kulitnya
terluka. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak pegagan dapat meningkatkan sintesis kolagen dan elastisitas dari kulit Kumar, Parameshwaraiah,
Shivakumar, 1998. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Sediaan Gel
1. Definisi Gel
Gel merupakan sistem yang terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul anorganik yang besar, terpenetrasi
dalam cairan Depkes RI, 1995. Gel mengandung larutan bahan aktif tunggal atau campuran dengan pembawa yang bersifat hidrofilik maupun hidrofobik.
Basis dari gel merupakan senyawa hidrofilik sehingga memiliki konsistensi lembut. Efek penguapan kandungan air yang terdapat pada basis gel
memberikan sensasi dingin saat diaplikasikan pada kulit. Sediaan gel hidrofilik memiliki sifat daya sebar yang baik pada permukaan kulit. Keuntungan dari gel
adalah pelepasan obat dari sediaan dinilai baik, zat aktif dilepaskan dalam waktu yang singkat dan nyaris semua zat aktif dilepaskan dari pembawanya
Voight, 1994. Gel yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Lieberman dkk, 1996; Martin, Swabrick, dan Cammarata, 2012. 1.
Homogen Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam air atau
pelarut yang cocok atau menjamin homogenitas sehingga pembagian dosis sesuai dengan tujuan terapi yang diharapkan.
2. Bahan dasar yang cocok dengan zat aktif
Bila ditinjau dari sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan harus cocok dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang
diinginkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Konsistensi gel menghasilkan aliran pseudoplastis tiksotropik
Karena sifat aliran ini sangat penting pada penyebaran sediaan. Sediaan akan mudah dioleskan pada kulit tanpa penekanan yang berarti dan mudah
dikeluarkan dari wadah misalnya tube. 4.
Stabil Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama penggunaan dan
penyimpanan. Secara umum gel diklasifikasikan menjadi 4 yaitu, gel organik, gel
anorganik, hidrogel, dan organogel Allen, 2002. Hidrogel merupakan polimer hidrofilik yang mengandung 85
–95 air atau campuran air dengan alkohol. Setelah pemakaian, hidrogel memberikan sensasi dingin pada kulit karena
adanya pelarut yang menguap. Selain itu, hidrogel akan meninggalkan lapisan film tipis transparan elastis dengan daya lekat yang tinggi, tidak menyumbat
pori kulit, tidak menghambat fungsi fisiologi kulit serta mudah dicuci air Voight, 1994. Komposisi utama dalam sediaan gel adalah air 85-95 dan
gelling agent. Konsistensi gel berasal dari gelling agent yang biasanya berbentuk polimer dan membentuk struktur tiga dimensi.
Gel biasanya berwarna transparan, warna transparan tersebut didapat apabila semua bahan terlarut atau terdispersi secara koloidal, misalnya sampai
dalam ukuran submikron.
2. Mekanisme Pembentukan Gel