tempat aplikasinya. Daya sebar merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam keefektifan dalam pelepasan zat aktif dan
penerimaan konsumen dalam penggunaan sediaan semisolid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar yaitu viskositas sediaan, lama tekanan,
temperatur tempat aksi Garg dkk, 2002. 5.
Daya lekat Kemampuan sediaan untuk melekat di tempat aplikasi sangat penting.
Daya lekat merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab terhadap keefektifan sediaan dalam memberikan efek farmakologis. Semakin
lama daya lekat suatu sediaan pada tempat aplikasi maka efek farmakologis yang dihasilkan semakin besar.
6. Konsistensi
Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan gel yang dibuat dengan cara mengamati perubahan konsistensi sediaan setelah
disentrifugasi. Uji konsistensi biasanya dilakukan dengan cara mekanik menggunakan sentrifugator dengan cara disentrifugasi pada kecepatan 3800
rpm selama 5 jam. Perubahan fisik yang diamati adalah terjadinya pemisahan antara bahan pembentuk gel dan pembawanya yaitu air dan pengujian
dilakukan pada awal evaluasi Djajadisastra, 2009.
E. Simplex Lattice Design
Penggunaan desain penelitian merupakan salah satu cara yang efisien dalam perencanaan penelitian sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis untuk
mendapatkan hasil yang valid dan kesimpulan yang objektif. Penentuan desain penelitian dimulai dari penentuan tujuan penelitian dan pemilihan faktor
penelitian. Pemilihan desain penelitian yang baik akan memberikan informasi yang cukup sehingga dapat menjelskan hasil penelitian yang baik dan dapat
mempelajari efek dari faktor yang berbeda sesuai kondisi dan interaksi repon yang diamati dalam penelitian Ladani dkk, 2010.
Beberapa keuntungan penggunaan desain penelitian antara lain data yang diperoleh dapat dianalisis secara optimal sehingga faktor, respon dan interkasi
dapat teramati secara lebih efektif; respon yang diinginkan masih dapat diprediksikan pada keterbatasan interaksi; kesimpulan yang diambil dapat
diterapkan pada rentang kondisi yang luas sesuai dengan level faktor Ladani dkk, 2010.
Simplex lattice design merupakan suatu desain penelitian bagian dari mixture design yang digunakan untuk menentukan proporsi relatif komponen
dalam suatu formula sehingga dapat dihasilkan komposisi terbaik dari campuran tersebut. Faktor yang ada merupakan komponen berbeda dalam suatu campuran.
Faktor yang ada merupakan komponen berbeda dalam suatu campuran. Total komponen harus berjumlah 100 sehingga apabila salah satu komponen
ditingkatkan maka komponen lain akan diturunkan Lewis, 1999. Dasar penerapan Simplex Lattice Design adalah penelitian dasar terdiri
dari berbagai kelarutan zat pada pelarut A saja 100 - 1 bagian, pada pelarut B saja 100 - 1 bagian, dan campuran pelarut A dan B masing-masing 50
masing-masing 0,5 bagian. Dalam pendekatan yang sederhana akan dihasilkan persamaan sebagai berikut :
Y = a A + b B + ab AB 2
Dengan keterangan sebagai berikut :
Y = respon hasil penelitian
A = kadar proporsi komponen A
B = kadar proporsi komponen B
a, b, ab = koefisien yang dihitung dari pengamatan penelitian
Formula yang dibutuhkan untuk mendapatkan persamaan tersebut sebanyak tiga formula, ketiga formula tersebut adalah I menggunakan 100
pelarut A, II menggunakan 100 pelarut B, dan III menggunakan 50 pelarut A dan 50 pelarut B. Contoh penerapan Simplex Lattice Design adalah sebagai
berikut, misalnya : Percobaan 1 = percobaan yang menggunakan pelarut 100 A, dari hasil
percobaan dapat melarutkan zat 10 mgml. Percobaan 2 = percobaan yang menggunakan pelarut 100 B, dari hasil
percobaan dapat melarutkan zat 15 mgml. Percobaan 3 = percobaan yang menggunakan pelarut campuran 50 A dan 50
B, dari hasil percoban dapat melarutkan zat 20 mgml. Contoh dari hasil percobaan tersebut diperoleh persamaan Y = 10A + 15B +
30 AB, dari hasil persamaan tersebut dapat diperkirakan komposisi pelarut yang dapat menghasilkan kadar tertinggi, sehingga dapat digambarkan profil
antara campuran biner pelarut terhadap jumlah zat yang terlarut. Dari profil tersebut dapat secara teoritis diketahui diprediksi campuran pelarut A dan
beberapa bagian pelarut B yang dapat menghasilkan jumlah zat yang terlarut secara optimum. Hasil teoritis ini perlu dicek dengan percobaan Bolton, 1991.
F. Landasan Teori