Yohanes Bosco dikenal sebagai sosok yang saleh dan takwa pada ajaran Gereja. Oleh sebab itu, seluruh warga sekolah tidak hanya menerima ilmu
pengetahuan saja tetapi, pada saat tertentu seluruh warga sekolah juga mengambil waktu untuk tetap menimba dan menambah kekuatan spiritual lewat ibadat
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, Perayaan Ekaristi, rekoleksi dan bahkan retret yang diprogramkan oleh sekolah, agar tetap mengalami
keseimbangan hidup baik secara rohani maupun jasmani.
b. Scientia atau ilmu
Kata
scientia
menekankan pada ilmu pengetahuan atau intelektual. Untuk itu, guru diharapkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan minat dan
bakat yang sudah ada dalam diri siswa, yaitu melalui pendidikan di sekolah. Hal ini tentu sangat membantu siswa untuk mampu bersaing di dunia teknologi.
Indikator dari
scientia
adalah sekolah turut melaksanakan kurikulum yang berlaku, pengembangan muatan lokal sesuai kebutuhan sekolah, pengembangan
profesionalisme kepada tenaga pendidik dan kependidikan studi lanjutworkshop, seminar, kursus-kursus, penataran-penataran, menciptakan manusia-manusia
yang memiliki kemampuan dalam menguasai bidang ilmu, pengetahuan dan teknologi, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler berdasar minat dan bakat
siswa, serta seluruh siswa dilibatkan dalam mengikuti lomba baik akademik maupun non akademik.
c. Fraternitas atau Persaudaraan
Fraternitas
atau persaudaraan merupakan salah satu ciri khas dari kongregasi Frater CMM. Kongregasi ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
persaudaraan. Oleh karena itu, kongregasi Frater CMM, yang mengelola berbagai unit sekolah, menempatkan
fraternitas
ini sebagai nilai luhur yang harus ditanamkan di lingkungan persekolahan Don Bosco. Para frater dalam
kerjasamanya dengan para guru dan pelaku pendidikan lainnya di persekolahan Don Bosco, menanamkan nilai-nilai persaudaraan baik di kalangan para siswa
maupun guru. Dalam konteks ini, baik siswa maupun guru diajak secara bersama untuk mengenal diri sendiri, teman sebaya, guru dan pada akhirnya mampu
bergaul dan bersaudara dengan sesama manusia dan juga dengan lingkungan sekitar, yang menjadi tempat bagi mereka untuk tinggal dan belajar.
Melihat betapa pentingnya nilai persaudaraan ini, maka slah satu cara pendampingan oleh guru terhadap siswanya adalah memberi teladan persaudaraan
kepada siswa. Dengan asumsi bahwa pada umumnya siswa sekolah dasar akan cenderung mengimitasi atau mengikuti apa yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Dengan demikian, guru, selain pendidik, juga harus bisa menjadi contoh dan
teladan bagi para siswa.
Fraternitas
ini juga sangat berkaitan erat dengan kepribadian santo Yohanes Bosco. Sejak kecil, remaja hingga meninggal Yohanes Bosco dikenal
sebagai sosok yang sangat dekat dengan teman-teman sebaya dan mampu bergaul dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan. Teladan inilah yang menjadi hal
penting bagi seorang pendidik. Pendidik haruslah mendidik anak-anak tanpa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membeda-bedakan atau pilih bulu. Mereka harus mampu mengayomi, para para mengajarkan siswa termasuk mendidik mereka yang dianggap kurang mampu.
Dengan demikian, terciptalah dialog yang baik serta suasana kerjasama yang harmonis, saling melayani dengan sepenuh hati.
2.1.6 Visi dan Misi Persekolahan Frater Don Bosco
Untuk mencapai tujuan dari sebuah pendidikan di sekolah, setiap unit sekolah haruslah memiliki visi dan misi yang jelas. Dalam hal ini, SD Katolik
Frater Don Bosco memiliki visi sebagai berikut:
m ewujudkan semangat Santo
Yohanes Bosco dalam pribadi warga SD Don Bosco yang beriman dan berprestasi dalam bidang akademik, olahraga, seni dan budaya serta mandiri
dengan dilandaskan pada kasih persaudaraan.
Untuk mencapai visi tersebut, persekolahan Frater Don Bosco juga sekaligus merumuskan misinya, yaitu:
m eningkatkan manajemen sekolah dala m
rangka menumbuhkan keunggulan, meningkatkan kualitas belajar mengaja r untuk mencapai kompetensi siswa, meningkatkan kualitas Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dalam rangka, mewujudkan dan mencapai standar pelayanan minimal yang dibutuhkan, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana pendukung kegiatan belajar dalam rangka menunjang penguasaan IPTEK berdasarkan standar yang dibutuhkan siswa, meningkatkan Sumber Daya
Manusia SDM yang berkualitas dalam membina siswa dalam rangka mewujudkan sikap kritis, sistematis, cermat dan mandiri serta berbelas kasih,
meningkatkan kualitas kemitraan dengan Pemerintah, Yayasan Don Bosco, orang
tua dan masyarakat di lingkungan sekolah, meningkatkan kualitas dan kreativitas siswa dalam berkompetisi, memberdayakan lingkungan sekolah dalam rangka
mewujudkan wawasan Wiyata Mandala, meningkatkan semangat dan rasa persaudaraan antar warga sekolah, serta membentuk warga sekolah yang dapat
menjadi panutan dalam keluarga dan masyarakat.
2.2 Pendidikan Emansipatoris
2.2.1 Pengertian Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan emansipatoris menurut Giroux 2001 dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil
dan demokratis. Masyarakat yang adil artinya bahwa di dalam kehidupan suatu masyarakat itu tidak ada kelompok yang lebih penting dari kelompok lain atau
tidak memihak sebelah melainkan seimbang. Masyarakat demokratis artinya bentuk partisipasi dalam melaksanakan
hak dan kewajiban di dalam suatu masyarakat dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga masyarakat. Dalam konteks lingkungan sekolah, adanya
interaksi mutualis antara siswa dan guru, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan sekolah itu sendiri. Koesoema 2012 menjelaskan bahwa kultur
demokratis dalam lingkungan sekolah merupakan salah satu strategi pengembangan pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan tentu berbeda dengan partai politik yang bertujuan memperoleh kekuasaan.
Ada beberapa pengertian dan pemahaman Pendidikan emansipatoris menurut para ahli. Bagi Mangunsong, Pendidikan emansipatoris adalah
pendidikan yang mampu memberdayakan dan memberi pencerahan bagi siswa. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana bentuk kurikulumnya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan siswa dan tujuan pemberdayaan siswa dapat tercapai Mangunsong, 2005.
Pengertian lain adalah, Pendidikan emansipatorisemansipasi dalam pemahaman bahasa Indonesia sehari-hari mempunyai makna perbaikan nasib,
peningkatan status, atau perjuangan kesetaraan Wiraatmadja, 2005. Sedangkan Shor 1992 memberi pengertian yang lebih luas lagi. Shor menjelaskan bahwa
pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu memberdayakan baik siswa mapun guru untuk aktif dalam diskusi dan aktivitas pembelajaran
lainnya yang terkait dengan topik yang ditawarkan. Selanjutnya Shor menjelaskan bahwa model pendidikan emansipatoris bukan sebuah pendidikan yang
mematikan kreatifitas siswa melainkan sebuah model pendidikan yang aktif dan mengajarkan siswa untuk berpikir kritis. Suprijono 2016 mengemukakan bahwa
pendidikan emansipatoris merupakan model pendidikan yang mengarahkan siswa pada objek yang dipelajari, kemudian siswa memahami diri dan tindakan
belajarnya dengan kesadaran reflektif. Dari penjelasan dan pengertian pendidikan emansipatoris di atas,
menurut peneliti pendidikan emansipatoris merupakan model pendidikan yang mampu melibatkan baik siswa maupun guru untuk sama-sama mengambil bagian
dalam proses belajar mengajar, serta adanya suatu pencerahan yang diberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada peserta didik dalam rangka berpikir kritis dan mampu berdemokrasi. Pendidikan emansipatoris juga dapat dikatakan sebagai suatu pendidikan yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mampu menemukan diri secara utuh serta menjadi pribadi yang otentik.
2.2.2 Tujuan pendidikan emansipatoris
Pendidikan emansipatoris bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan pengalaman siswa tentang realitas, kesadaran emansipatoris, kesadaran
politis, pemberdayaan dan berlangsungnya dialog murni Nouri dan Sajjadi, 2014. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa adalah
pembelajar. Ketika terjadi dialog di antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang. Perlu menjadi
catatan bahwa dialog dalam pendidikan emansipatoris ini mengambil tema nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.3 Tiga kata kunci dalam model pendidikan emansipatoris
2.2.3.1 Humanisasi
Universitas Sanata Dharma sangat dikenal dengan kata cerdas dan humanis. Mahasiswa umumnya dituntut untuk cerdas secara intelektual, tetapi ada
sisi humanisnya, hal ini tentu ada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Banyak orang yang pandai secara intelektual tetapi belum tentu ia mampu menjadi orang
yang humanis bagi yang lain. Humanis lebih ditekankan bagaimana manusia itu mampu berelasi dengan manusia yang lainnya. Salah satu contoh kekayaan di
Universitas Sanata Dharma adalah warganya yang heterogen, yaitu berasal dari berbagai asal-usul, karakter, suku, budaya, ras, dan bahasa. Agar ciri ke-
heterogen-an ini tidak menjadi pemicu perpecahan di antara para warga yang variatif, maka perlu ditanamkan sikap untuk saling menerima setiap perbedaan
yang ada. Masing-masing dituntut untuk memiliki sikap keterbukaan untuk menerima satu dengan yang lain. Inilah yang menjadi ciri khas Universitas Sanata
Dharma. Nouri dan Sajjadi 2014 serta Fereire 1970, menjelaskan bahwa
humanisasi merupakan suatu upaya untuk memberdayakan pemahaman kritis antara kedua belah pihak yaitu guru dan murid, dan mengembangkan kesadaran
kritis
critical awareness
relasi pribadi dengan dunia. Winarti dan Anggadewi 2015 menjelaskan bahwa untuk menciptakan manusia yang humanis diperlukan
cinta, kerendahan hati, iman, kepercayaan, harapan, dan pemikiran kritis. Artinya manusia itu harus semakin sadar bahwa dia hidup di tengah dunia yang nyata,
yang akan selalu baik berhubungan dengan baik lingkungan alam maupun manusia lainnya.
2.2.3.2 Kesadaran Kritis
Kesadaran kritis mempunyai makna bahwa orang belajar untuk menerima keadaan sosial, ekonomi dan politik yang bertolak belakang, dan kemudian
melawan arus penindasan realistis. Mampu menjadi pemikir yang kritis perlu ada dialog dalam bentuk mempertanyakan sistem untuk memahami sebuah realitas.
Menurut Koesoema 2012, sikap kritis adalah kemampuan individu untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melihat kembali nilai-nilai yang diyakini selama ini. Artinya manusia itu perlu mempertimbangkan segala sesuatu dan memiliki sikap yang terbuka bagi orang
lain, mendengarkan pendapat orang lain dan segera mempertimbangkan secara matang.
Smith 2001:31 berpendapat bahwa kesadaran kritis terletak pada saat seseorang mampu menerima atau menolak realitas dalam hidupnya dan mampu
mempertahankan. Pedagogik kritis menurut Hidayat 2013:6 adalah sebuah teori pendidikan dan praktis pembelajaran yang didesain untuk membangun kesadaran
kritis sesuai kondisi sosial yang menindas.
2.2.3.3 Demokratis
Rosyada 2007:15 mengemukakan bahwa sekolah demokratis adalah membawa semangat demokratis tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan
evaluasi penyelengaraan pendidikan di sekolah. Ada beberapa keunggulan sekolah demokratis anatara lain: akuntabilitas artinya kebijakan-kebijakan sekolah dalam
semua aspek dapat dipertanggungjawabkan pada publik yang meliputi pengangkatan guru sesuai kategori kebutuhan dan keahlian, yang kemudian teruji
loyalitasnya terhadap proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pelaksanaan tugas guru senantiasa berorientasi pada siswa, guru akan memberikan pelayanan
pada siswa secara menyeluruh dengan tujuan untuk menyelesaikan berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Keterlibatan masyarakat dalam lembaga
pendidikan juga sangat dibutuhkan. Sebab, sebuah sekolah tidak terlepas dari lingkungan masyarakat. Dan oleh karena itu masyarakat memiliki rasa tanggung
jawab serta berpartisipasi aktif dalam mendukung proses pendidikan di sekolah tersebut serta merespon setiap persoalan yang dihadapi oleh sekolah.
2.2.4 Hakikat Pembelajaran IPA
Trianto 2010 mengatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi,
menemukan dan mengembangkan produk sains. Dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi
kehidupan. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Sebagai cabang ilmu dari IPA, tiga bidang ilmu dasar ini
merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.
Iskandar 1996 berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk Ilmu Pengetahuan
Alam adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Prosedur yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mempelajari alam ini adalah prosedur dan empirik. Dalam prosedur empirik, para ilmuwan mengumpulkan
informasi, mengorganisasikan informasi selanjutnya dianalisis. Prosedur empirik dalam Imu Pengetahuan Alam mencakup observasi pengamatan, klasifikasi dan
pengukuran. Sedangkan dalam prosedur analitik ilmuwan menginterpretasikan penemuan mereka dengan menggunakan proses-proses seperti hipotesa,
eksperimentasi terkontrol, menarik kesimpulan, dan memprediksi.
2.2.5 Tujuan pembelajaran IPA
Adapun tujuan pembelajaran Sains di sekolah dasar menurut Depdiknas 2003 adalah:
1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi. 3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 4. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam
5. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dan
6. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.6 Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD didefinisikan oleh Paulo dan Marten dalam Carin 1993:5 adalah mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami
apa yang terjadi, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk
melihat apakah ramalan tersebut benar. Pembelajaran IPA di SD harus benar- benar menyenangkan siswa, anak-anak diharapkan untuk tertarik pada masalah-
masalah kecil, baik itu masalah-masalah kecil yang merupakan masalah buatan maupun masalah kebetulan yang terjadi di alam sekitarnya. Bila pembelajaran
dipusatkan pada masalah-masalah seperti itu, melakukan eksplorasi, menangkap apa yang diamati maka IPA akan sangat menyenangkan bagi siswa.
Menurut hasil wawancara dengan guru IPA kelas IV SD Frater Don Bosco Manado pada Rabu, 23 November 2016 mengemukakan bahwa pembelajaran IPA
itu suatu ilmu yang mempelajari seluk-beluk kehidupan di alam. Untuk itu, agar siswa lebih tertarik atau berminat pada pelajaran IPA, maka cara yang dilakukan
oleh seorang guru IPA adalah mengajar teori dan sekaligus melakukan sebuah praktek pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan saat itu. Selain itu,
seseorang yang sudah belajar IPA haruslah mampu mengenal lingkungan secara baik, menghargai setiap komponen alam semesta, mampu berelasi secara baik
dengan lingkungan sekitar dan tidak memiliki sifat yang destruktif terhadap alam. Oleh sebab itu, hal yang dituntut dari seorang guru terutama guru IPA adalah
kreatifitas dalam mengajar sehingga siswa lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran itu.
Menurut guru kelas VI SD Frater Don Bosco Manado pada Jumat, 25 November 2016, pengalaman selama mengajarkan IPA di SD, umumnya siswa
sangat tertarik dengan pembelajaran IPA karena siswa belajar langsung dari lingkungan sekitar serta melakukan praktek di ruang Laboratorium IPA.
Tujuannya adalah, agar siswa mudah mengingat materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru dan siswa pun tidak merasa cepat bosan pada saat proses
pembelajaran.
2.3 Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara bersama berinisial “A” pada tanggal 5 April
2016, salah satu penggiat PSL Sanata Dharma mengatakan, kerusakan alam yang terjadi saat ini adalah hasil dari pergegerakan budaya manusia yang belum bisa
berelasi dengan benar, belum memperdulikan sehingga dampaknya apa yang kita lihat
sekarang. Seharusnya
pergerakan kebudayaan
tersebut semakin
memperadabkan manusia dengan lebih mengangkat harkat dan martabat manusia namun masih banyak komunitas-komunitas yang membentuk budaya dengan
berburu. Saat ini banyak manusia yang membuka lahan tanpa berpikir panjang dan lebih memilih cara alternatif yang murah dan cepat daripada memilih cara
yang memerlukan biaya yang besar dan tenaga yang banyak. Cara mudah yang dilakukan oleh manusia itu adalah dengan cara membakar lahan tersebut tanpa
memikirkan sebab dan akibat yang kan ditimbulkan. Faktor yang paling besarberperan dalam kerusakan alam adalah manusia,
karena manusia itu adalah makhluk yang paling tinggi dan mempunyai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
„wewenang‟ untuk memanfaatkan dan mengelola alam semesta. Namun yang menjadi permasalahannya adalah cara pilihannya dalam memanfaatkan alam yang
tidak sesuai, dengan demikian manusia itu tinggal memilih. Pilihan manusia itu yang mengadabkan manusia atau sebaliknya merusak. Dalam wawancara ini juga
pak Andri mengatakan bahwa tidak ada faktor lain yang mempengaruhi kerusakan alam kalau faktor alam itu pun pergerakannya sangat kecil sekali, contoh seperti
berevolusi tetapi sangat tidak terlalu signifikan. Tujuan pembukaan lahan dan pendirian pabrik adalah untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia tetapi hal itu tidak terjadi seperti yang diharapkan dan bahkan masyarakat yang ada di sekitar tidak mengalami hal itu karena
semuanya itu ada faktor bisnis, ada faktor kepentingan, adanya nafsu manusia untuk mengusai lebih banyak. Ketika orang membuka lahan kelapa sawit itu tidak
masalah karena itu untuk kepentingan manusia, tetapi dalam kenyataannya tidak seperti yang sebenarnya. Sifat manusia itu tidak melihat kelapa sawit namun yang
dia lakukan adalah mengambil hasil bumi yang ada di bawahnya yaitu batu baranya jadi manusia itu menanamnya asal-asalan saja. Manusia itu tidak
memikirkan ke depan itu apakah hasilnya akan berproduksi tidak pokoknya tanam kelapa sawitnya. Sikap ini merupakan sikap keserakahan manusia yang kurang
memperhatikan harkat manusia yang lain. Dalam wawancara ini juga, sebenarnya ada manusia yang ingin memperjuangkan harkat manusia khususnya masyarakat
kecil tetapi ada saja manusia yang selalu menghalangi perbuatan baik itu. Melihat kerusakan alam yang semakin mengkhawatirkan ini maka salah
satu usaha yang dilakukan khususnya di Pusat Studi Lingkungan PSL PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Universitas Sanata Dharma adalah ingin mengembalikan apa yang menjadi hak tanaman karena tanaman juga mempunyai hak untuk hidup. Ketika manusia
memakan buah-buahan apakah pohon itu tercipta tiap keinginan banyak biar dimakan manusia? Hal itu tentu tidak karena ketika buah itu ada untuk
perkembagan dirinya, tetapi ketika manusia ambil lalu dimakan haknya untuk ditanam bijinya berkembang, manusia lupa. Maka yang perlu dilakukan oleh
manusia adalah mengambil bijinya buah lalu ditanam. Bahkan sangat diharapkan kalau ada orang yang mempunyai program penghijauan ke Pusat Studi
Lingkungan PSL Universitas Sanata Dharma. Hal ini sudah sering diminta bahkan ditekankan kepada mahasiswa Universitas Sanata Dharma, sebenarnya
sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang harus lebih aktif dalam melakukan penghijauan bahkan mengajak orang lain untuk melakukan
penghijauan. Kegiatan yang dilakukan khususnya di Pusat Studi Lingkungan PSL ini
adalah tujuannya untuk membangkitkan motivasi orang lain atau masyarakat setempat, agar memiliki jiwa yang menanam sekaligus rasa memiliki lingkungan
itu sendiri. Semua yang dilakukan itu untuk mendampingi, memotivasi diri sendiri terutama kepada orang lain untuk menghargai tanaman dan mencegah kerusakan
alam yang terjadi. Kerusakan alam juga sangat besar pengaruhnya yaitu berdampak negatif
pada pertumbuhan ekonomi dan budaya setempat. Masalah ekonomi, sebenarnya yang penting adalah ketahanan pangan keluarga. Keluarga merupakan satu
benteng terakhir di mana manusia dapat memperbaiki generasi selanjutnya, hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan anak manusia tidak bisa mengandalkan sekolah, tapi mengharapkan pemerintah tetapi justru dari keluarga itu harus sadar untuk membentuk generasi
selanjutnya
the nex generation
. Maka ingin ditegaskan bahwa sebagai generasi muda merupakan salah satu kunci selain keluarga, karena sebagai generasi muda
akan merubah generasi berikutnya agar lebih beradab daripada sekarang. Kalau ketahanan pangan keluarga terganggu, maka secara ekonomi itu akan
berdampakberimbas pada anak-anak, maka yang jelas konsentrasi orang tua mencari nafkah akan terganggu dan belum mapan dalam keluarga khususnya
untuk anak-anak. Intinya adalah pada ketahanan pangan keluarga. Jadi masalah ekonomi itu pemikirannya hanya kecerdasan manusia karena
manusia sudah dikaruniai akal budi untuk berpikir. Hidup itu sederhana tidak sekonsumtif hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri. Maka yang diharapkan
manusia itu adalah kreatif di rumah misalnya menanam terong, tomat, sayur mayur salah satunya adalah untuk mencegah terjadinya dampak negatif ekonomi
akibat kerusakan alam.
Solusi yang ditawarkan kepada manusia adalah mulai dari sekarang, manusia harus berelasi baik dengan lingkungan alam. Ketika manusia berelasi dengan baik dan
benar dengan lingkungannya, alamnya maka alam akan semakin baik dan manusia akan lebih nyaman untuk tinggal di lingkungan itu. Berelasi dengan baik dan benar itu artinya
manusia akan memikirkan sebab akibatnya ke depan serta bertindak tidak frontal atau merusak. Kerusakan alam terjadi yang dilakukan oleh manusia pada umumnya karena
adanya desakan ekonomi sehingga ketika manusia itu butuh uang, maka yang menjadi sasarannya adalah ada yang menjual pohon. Tetapi manusia tidak memikirkan bahwa itu
konservasi air di bawahnya dan manusia juga tidak memikirkan bahwa di atasnya banyak
burung dan ekologi lain yang hidup di pihon itu, yang penting tebang dan dapat uang. Terpenting adalah harus berelasi dengan baik dan benar dengan lingkungan alam.
Khususya di PSL, merupakan tempat untuk belajar berelasi termasuk seperti menanam dan merawat dengan baik dan terutama mengajarkan dan memotivasi orang lain untuk
belajar menghargai alam yang telah diberikan Tuhan bagi mansuia. Kalau manusia tidak kreatif, sampah-sampah itu akan langsung dibuang akibatnya penghargaan terhadap
sesama sangat kecil sekali.
2.4 Penelitian Yang Relevan