Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan 1 Latar belakang masalah, 2 Rumusan masalah, 3 Tujuan penelitian, 4 Manfaat penelitian, 5 Batasan istilah, dan 6 Spesifikasi Produk yang diharapkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sikap keserakahan manusia selama ini telah menjadi suatu permasalahan yang sangat serius dan tidak dapat dikendalikan. Hal ini nampak dalam tindakan manusia tertentu ketika berhadapan dengan lingkungan, yang selama ini menjadi sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan baik bagi manusia maupun penghuni bumi lainnya. Kehadiran perusahaan-perusahaan, pertambangan, pembukaan lahan sawit dengan cara membakar hutan, pencemaran dengan bahan kimia, dapat merusak lingkungan dan ekologi lainnya. Keasrian dan keutuhan lingkungan hidup terancam punah oleh karena ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Kenyataan-kenyataan yang terjadi seperti inilah yang bisa mengakibatkan berbagai bencana alam di berbagai tempat. Sebagaimana yang kita sudah saksikan sendiri, bencana terjadi di mana-mana, seperti: banjir, tanah longsor, pencemaran lingkungan hidup, bahkan terjadinya kelangkaan air bersih, yang tentu mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya. Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, tentu membutuhkan perhatian yang sangat serius dari semua pihak. Pemerintah atau instansi terkait hendaknya tidak begitu saja memberi izin bagi pihak tertentu atau pihak perusahaan untuk menggarap sebuah lahan demi kepentingan sekolompok orang tertentu saja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hendaknya pemerintah maupun pihak terkait lebih selektif dalam memberi izin, baik selektif atas lahan yang hendak digarap, maupun selektif dalam hal pihak yang akan menggarap. Jika salah dalam hal pemilihan lahan maupun pemilihan si penggarap maka hal ini bisa saja berakibat fatal terhadap lingkungan sekitar, yaitu terjadinya kerusakan lingkungan. Adanya perusahaan-perusahaan yang besar, belum tentu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat setempat tetapi sebaliknya masyarakat setempat bisa saja tetap mengalami penderitaan karena wilayah pemukiman dan tempat mencari nafkah dari masyarakat diambil alih oleh pihak perusahaan tanpa adanya ganti rugi ataupun tanpa adanya jaminan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan dimaksud. Untuk menunjang kesejahteraan umum janganlah hanya melihat satu sudut pandang saja, tetapi harus melihat berbagai sudut pandang, antara lain kehidupan manusia sekitar, lingkungan alam, ekologi yang ada bahkan budaya setempat. Ketika sebuah lahan hendak digarap oleh pihak mana pun, hendaknya juga memperhitungkan kenyamanan bagi masyarakat setempat serta keseimbangan kehidupan dalam lingkungan itu sendiri. Dengan kata lain, benar-benar memberi perhatian terhadap keutuhan lingkungan dan sungguh bersahabat dengan lingkungan setempat. Sangat disayangkan, idealisme ini masih luput dari perhatian para penguasa. Maka tidak heran, jika masyarakat dan lingkungan serta ekologi menjadi korban dari keserakahan para pihak yang tidak bertanggung jawab. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan para guru kelas IV SD Frater Don Bosco Manado, Rabu, 23 November 2016, peneliti mendapatkan informasi bahwa kota Manado pada akhir-akhir ini selalu menjadi sasaran banjir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang sangat menakutkan. Misalnya, tahun 2014 terjadi banjir yang hampir menyeluruh di kota Manado termasuk persekolahan SD Frater Don Bosco Manado. Kota Manado merupakan sebuah kota yang sangat padat penduduk. Selain padat penduduk, kota ini juga dipadati dengan berbagai bangunan mall, pertokoan, restoran, hotel-hotel berbintang, dan juga bangunan-bangunan lainnya. Bencana banjir yang sering terjadi di kota Manado disebabkan oleh human error . Human error yang dimaksud di sini adalah kebiasaan buruk masyarakat kota Manado dalam berbagai hal, seperti: membuang sampah sembarangan, membangun rumah di sekitar aliran sungai, penimbunan laut atau reklamasi untuk membangun mall serta ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Banjir, tanah longsor, gunung meletus, angin puting beliung, tsunami, yang semuanya mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan ekologi, menjadi hal yang sangat menakutkan bagi manusia. Meskipun demikian, kita harus tetap bertanya pada diri sendiri. Apakah kita sebagai manusia penghuni alam semesta, yang berakal, memiliki rasa dan berkehendak, sungguh peduli terhadap alam semesta? Apakah kita manusia sudah berusaha untuk menjaga keutuhan dan kelestarian alam semesta ini? Ada banyak faktor penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup, baik itu human error maupun gejala alam murni. Pada kesempatan ini, penulis hendak menekankan agar kita memberi perhatian pada human error . Kita harus menyadari bersama bahwa kerusakan alam atau rusaknya ekologi bisa terjadi karena ulah manusia sendiri, misalnya: kehadiran pertambangan liar, perusahaan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perusahaan yang besar, pembukaan lahan sawit, membuang sampah sembarangan, penebangan hutan secara liar dan eksploitasi yang besar-besaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena pihak- pihak tersebut belum sepenuhnya mampu danatau mau memaknai arti lingkungan alam dalam kehidupannya. Ketidak- mampu -an danatau ketidak- mau -an pihak tertentu untuk memaknai arti lingkungan hidup bagi kehidupannya juga dipicu oleh faktor ekonomi. Dengan kemendesakan pemenuhan kebutuhan ekonomi tersebut, alam semesta menjadi sasaran eksploitasi manusia tanpa memikirkan akibat yang terjadi, baik sekarang maupun di kemudian hari. Berhadapan dengan permasalahan lingkungan hidup, penanaman nilai yang berkaitan dengan alam semesta lewat model pendidikan emansipatoris dipandang sangatlah penting. Pendidikan emansipatoris, merupakan salah satu pendidikan yang mampu menyadarkan siswa bahwa ia mampu untuk belajar dari lingkungan sekitar, menyadari keberadaannya, baik siswa maupun guru adalah sama-sama makhluk pembelajar serta mampu untuk berpikir kritis Anggadewi dan Winarti, 2015. Harun 2015 dalam bukunya, memaparkan bahwa sudut pandang pembelajaran yang ditawarkan dan perlu diperhatikan dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan alam dan ekologis adalah 1 belajar untuk menghargai lingkungan, 2 belajar dari realitas yang ada, dan 3 mengajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, dengan demikian 4 anak-anak itu juga akan belajar menghargai dan mencintai lingkungan itu sendiri. Salah satu cara untuk menanamkan kepedulian anak-anak sejak usia dini terhadap lingkungan hidup adalah melalui pendidikan di sekolah, di antaranya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melalui Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Melalui mata pelajaran IPA ini, guru menanamkan cinta lingkungan hidup kepada anak-anak didik, sebab dengan mendalami Mata Pelajaran IPA, peserta didik mampu meningkatkan proses berpikirnya dalam usaha memahami fenomena-fenomena alam. Untuk mencapai tujuan ideal ini, maka hendaknya guru menerapkan model pendidikan emansipatoris. Dengan demikian guru tidak hanya menjelaskan dan memberi informasi di depan kelas dan murid hanya menerima dan mendengarkannya, melainkan kedua belah pihak guru dan peserta didik berperan secara aktif ketika mendalami suatu topik pembelajaran. Semangat Santo Yohanes Bosco, yang dirangkum dalam tiga kata kunci yaitu; fides, scientia, et fraternitas juga merupakan salah satu cara untuk menanamkan serta mengajarkan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan. Perlu diketahui, bahwa fides adalah iman untuk itu siswa perlu diajarkan bahwa manusia adalah berasal dari Tuhan, maka perlu adanya menghargai alam ciptaan lainnya. Scientia adalah ilmu, melalui ilmu berarti siswa tidak sekedar belajar secara teori saja, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengajarkan kepada siswa dalam menggunakan ilmu tersebut untuk mampu berpikir kritis dalam bertindak baik terhadap manusia maupun terhadap alam. Fraternitas adalah persaudaraan melalui persaudaraaan, siswa tidak sekedar bersaudara dengan manusia saja, tetepi siswa diajarkan untuk mampu bersaudara dengan lingkungan sekitarnya karena manusia itu berkembang karena adanya bantuan dari lingkungan sekitar untuk itu siswa diarahkan untuk tetap menjaga lingkungan sekitar. Penelitian ini dibatasi pada Standar Kompetensi 10: Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan, dan Kompetensi Dasar 10.3: Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan erosi, abrasi, banjir, dan longsor, pada pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPP.

1.2 Rumusan Masalah