Tujuan pendidikan emansipatoris Tiga kata kunci dalam model pendidikan emansipatoris

kepada peserta didik dalam rangka berpikir kritis dan mampu berdemokrasi. Pendidikan emansipatoris juga dapat dikatakan sebagai suatu pendidikan yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mampu menemukan diri secara utuh serta menjadi pribadi yang otentik.

2.2.2 Tujuan pendidikan emansipatoris

Pendidikan emansipatoris bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan pengalaman siswa tentang realitas, kesadaran emansipatoris, kesadaran politis, pemberdayaan dan berlangsungnya dialog murni Nouri dan Sajjadi, 2014. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa adalah pembelajar. Ketika terjadi dialog di antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang. Perlu menjadi catatan bahwa dialog dalam pendidikan emansipatoris ini mengambil tema nyata dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.3 Tiga kata kunci dalam model pendidikan emansipatoris

2.2.3.1 Humanisasi

Universitas Sanata Dharma sangat dikenal dengan kata cerdas dan humanis. Mahasiswa umumnya dituntut untuk cerdas secara intelektual, tetapi ada sisi humanisnya, hal ini tentu ada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Banyak orang yang pandai secara intelektual tetapi belum tentu ia mampu menjadi orang yang humanis bagi yang lain. Humanis lebih ditekankan bagaimana manusia itu mampu berelasi dengan manusia yang lainnya. Salah satu contoh kekayaan di Universitas Sanata Dharma adalah warganya yang heterogen, yaitu berasal dari berbagai asal-usul, karakter, suku, budaya, ras, dan bahasa. Agar ciri ke- heterogen-an ini tidak menjadi pemicu perpecahan di antara para warga yang variatif, maka perlu ditanamkan sikap untuk saling menerima setiap perbedaan yang ada. Masing-masing dituntut untuk memiliki sikap keterbukaan untuk menerima satu dengan yang lain. Inilah yang menjadi ciri khas Universitas Sanata Dharma. Nouri dan Sajjadi 2014 serta Fereire 1970, menjelaskan bahwa humanisasi merupakan suatu upaya untuk memberdayakan pemahaman kritis antara kedua belah pihak yaitu guru dan murid, dan mengembangkan kesadaran kritis critical awareness relasi pribadi dengan dunia. Winarti dan Anggadewi 2015 menjelaskan bahwa untuk menciptakan manusia yang humanis diperlukan cinta, kerendahan hati, iman, kepercayaan, harapan, dan pemikiran kritis. Artinya manusia itu harus semakin sadar bahwa dia hidup di tengah dunia yang nyata, yang akan selalu baik berhubungan dengan baik lingkungan alam maupun manusia lainnya.

2.2.3.2 Kesadaran Kritis

Kesadaran kritis mempunyai makna bahwa orang belajar untuk menerima keadaan sosial, ekonomi dan politik yang bertolak belakang, dan kemudian melawan arus penindasan realistis. Mampu menjadi pemikir yang kritis perlu ada dialog dalam bentuk mempertanyakan sistem untuk memahami sebuah realitas. Menurut Koesoema 2012, sikap kritis adalah kemampuan individu untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melihat kembali nilai-nilai yang diyakini selama ini. Artinya manusia itu perlu mempertimbangkan segala sesuatu dan memiliki sikap yang terbuka bagi orang lain, mendengarkan pendapat orang lain dan segera mempertimbangkan secara matang. Smith 2001:31 berpendapat bahwa kesadaran kritis terletak pada saat seseorang mampu menerima atau menolak realitas dalam hidupnya dan mampu mempertahankan. Pedagogik kritis menurut Hidayat 2013:6 adalah sebuah teori pendidikan dan praktis pembelajaran yang didesain untuk membangun kesadaran kritis sesuai kondisi sosial yang menindas.

2.2.3.3 Demokratis

Rosyada 2007:15 mengemukakan bahwa sekolah demokratis adalah membawa semangat demokratis tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi penyelengaraan pendidikan di sekolah. Ada beberapa keunggulan sekolah demokratis anatara lain: akuntabilitas artinya kebijakan-kebijakan sekolah dalam semua aspek dapat dipertanggungjawabkan pada publik yang meliputi pengangkatan guru sesuai kategori kebutuhan dan keahlian, yang kemudian teruji loyalitasnya terhadap proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pelaksanaan tugas guru senantiasa berorientasi pada siswa, guru akan memberikan pelayanan pada siswa secara menyeluruh dengan tujuan untuk menyelesaikan berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Keterlibatan masyarakat dalam lembaga pendidikan juga sangat dibutuhkan. Sebab, sebuah sekolah tidak terlepas dari lingkungan masyarakat. Dan oleh karena itu masyarakat memiliki rasa tanggung jawab serta berpartisipasi aktif dalam mendukung proses pendidikan di sekolah tersebut serta merespon setiap persoalan yang dihadapi oleh sekolah.

2.2.4 Hakikat Pembelajaran IPA