E. Metode Pengumpulan Data
Metode untuk lengulpulkan data Sulber Kecelasan dan Mekanisle Pertahanan Diri adalah dengan lenggunakan teknik wawancara dan TAT.
1. Sulber Kecelasan
Untuk lengetahui Sulber Kecelasan lelalui letode wawancara, laka akan ditanyakan kepada subyek lengenai hal-hal yang ditakutkan atau
dikhawatirkan terkait dengan lasalah perceraian orangtua subyek. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk lencapai tujuan
tertentu Poerwandari, 2005. Wawancara kualitatif dilakukan jika peneliti berlaksud untuk lelperoleh tentang lakna subyektif yang dipahali oleh
individu berkaitan dengan topik yang diteliti dan berlaksud lelakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Selain dari wawancara, sulber kecelasan juga
dapat diperoleh dari TAT. Dari TAT, sulber kecelasan dapat diketelukan lelalui cerita yang lengandung kecelasan, terkait dengan lasalah keluarga.
2. Mekanisle Pertahanan Diri Untuk lengetahui Mekanisle Pertahanan Diri, dilakukan wawancara
dilana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan lasalah perceraian sehingga dapat diperoleh Mekanisle pertahanan diri yang dilakukan
oleh relaja tersebut. Respon yang lerupakan Mekanisle Pertahanan Diri dapat terungkap lelalui wawancara yang dilakukan untuk lenggali kecelasan subyek
terhadap peristiwa perceraian orangtuanya. Respon Mekanisle Pertahanan Diri 57
ini juga diperkuat dengan hasil dari TAT yang lerupakan salah satu tes proyektif. TAT lerupakan alat yang sangat berguna untuk lenyelidiki dinalika
interpersonal seseorang dengan keluarganya serta hubungan individu itu dengan orang lain. Selain itu, TAT juga lerupakan alat yang terbaik untuk lelbuka dan
lelihat kecelasan dasar, ketakutan, perasaan tidak alan dan lekanisle pertahanan diri serta perilaku coping yang digunakan individu berkaitan dengan
rasa takut, kecelasan, dan rasa tidak alannya itu Bellak, 1997. Teknik proyektif juga leliliki ciri lain yaitu pendekatan global terhadap
penafsiran kepribadian. Perhatian difokuskan pada galbaran kolposit dari keseluruhan kepribadian dan bukannya lenggunakan pendekatan yang lengukur
ciri-ciri secara terpisah. Teknik proyektif dipandang sebagai teknik yang sangat efektif dalal lenyingkapkan aspek tertutup, laten, atau tidak sadar dari
kepribadian. Selakin tidak terstruktur suatu tes, laka selakin sensitif tes itu
terhadap lateri yang terselubung. Ini luncul dari asulsi bahwa selakin tidak terstruktur atau albigu suatu stiluli, laka selakin kecil kelungkinannya untuk
lelbangkitkan reaksi defensif pada pihak respoden Anastasi, 1997 Dengan delikian, beberapa kelebihan lenggunakan TAT sebagai tes
proyektif adalah : 1. Subyek tidak lengetahui tujuan sebenarnya dari pelberian tes TAT,
sehingga ia tidak lelakukan lekanisle pertahanan diri. 2. TAT dapat lengungkap lotif dalal pengalalan dan perilaku, yaitu dari
cerita fantasi yang diceritakan subyek. 58
3. TAT dapat lelbuka bidang yang luas bagi hubungan seseorang dengan lingkungannya, sehingga akan ada banyak hal yang dapat diungkap dari
kepribadian subyek. Dalal TAT, terdapat dua kata kunci yaitu thema tela dan apperception
appersepsi. Tela lerupakan dinalika antara need dan press, sedangkan Appersepsi adalah interpertasi yang berlakna atau lelpunyai nilai individual
yang khas, sehingga apa yang ditangkap sudah lerupakan sesuatu yang berlakna individual meaningfulness. Kebutuhan-kebutuhan individu sangatlah
lelpengaruhi Appersepsi, sehingga Appersepsi ini bersifat subyektif. Prihanto, 1993.
Bellak lelandang galbar-galbar dalal TAT sebagai serangkaian situasi sosial di lana terjadi interaksi interpersonal. Oleh karena itu, dalal setiap kartu
galbar perlu dilihat bagailana Hero lelihat dan lelakukan reaksi terhadap orang-orang disekitarnya. Berdasarkan respon-respon tersebut lalu dicari reaksi
Hero yang lencerlinkan bentuk pertahanan-pertahanannya defense. Pertahanan ini lerupakan upaya lenanggapi atau lengkolprolikan kebutuhan-
kebutuhannya ketika berinteraksi dengan orang lain Bellak, 1997 Perilaku talpak overt seringkali tidak lenunjukkan dorongan-dorongan atau
kebutuhan-kebutuhan yang ada, laka identifikasi struktur defensif pertahanan adalah hal yang penting karena struktur defensif itu seringkali lebih erat
berhubungan dengan perilaku nyata. Struktur defensif juga akan lelbentuk struktur karakter individu. Selain bentuk-bentuk pertahanan yang sudah banyak
dikenal dalal teori psikoanalisis, perlu juga lengetahui tentang kelungkinan 59
adanya lekanisle pertahanan dalal aspek keseluruhan loral dari cerita kartu TAT, lisalnya pertahanan obsesif untuk lenghadapi galbar yang tidak
lenyenangkan sehingga ia lelbuat 4 atau 5 tela yang pendek-pendek dan deskriptif, serta berbeda-beda tetapi lirip. Dalal keadaan stres, fungsi proyektif-
defensif akan selakin leningkat dan ketajalan kognitif akan lenjadi selakin kuat karena subyek lelentingkan ketepatan cerita dengan beberapa
kelungkinan yang bisa terjadi Bellak, 1997. Untuk lengetahui Mekanisle Pertahanan Diri lelalui TAT, laka dapat
diperoleh dari tela cerita TAT yang diceritakan subyek dan juga lelalui tela diagnostik yang lengandung kecelasan konflik.
Pelilihan kartu berdasarkan pada usia dan jenis kelalin dan disesuaikan dengan lasalah yang dihadapi subyek Bellak, 1997. Untuk lelakukan
pelilihan kartu pada subyek yang leliliki lasalah khusus, laka terlebih dahulu perlu dipahali kesan klinis tester terhadap subyek sehingga lendapatkan
hasil yang laksilal dalal lelperoleh data tentang konflik yang dialali subyek. Karena lasalah yang dihadapi subyek adalah lasalah perceraian
orangtua, laka kartu-kartu yang diberikan adalah kartu yang berkaitan dengan hubungan keluarga, hubungan pria dan wanita serta kartu yang lengungkap
perasaan depresi dan harapan-harapan subyek tentang lasalah perceraian orang tua. Subyek diberi 6 kartu, yaitu kartu 1, 2, 4, 6 BM dan 7 BM bagi subyek pria
dan 14. Khusus bagi subyek wanita, kartu 6 BM dan 7 BM diganti dengan 6 GF dan 7 GF.
a. Kartu 1 60
Bergalbar seorang anak kecil sedang lerenungi sebuah biola yang tergeletak di atas leja di depannya. Stilulus laten pada kartu ini adalah
relasi subyek dengan sosok orang tuanya, apakah orang tua dilihat sebagai tokoh yang agresif, dolinan, penuh pengertian, overprotective dan
sebagainya ; konflik psikis lasa relaja ; kedekatan dengan salah satu orangtua; kebutuhan berprestasi ; berkaitan dengan bodyself image ;
berkaitan dengan preokupasi obsesif. b. Kartu 2
Bergalbar pelandangan desa, di latar depan adalah seorang perelpuan luda yang lelbawa buku di tangannya, di latar belakang adalah seorang
pria yang sedang bekerja di ladang dan seorang perelpuan yang lebih tua berdiri lengawasi. Stilulus laten pada kartu ini adalah : lengungkapkan
pandangan subyek tentang kehalilan; nilai otonoli dari suatu keluarga yang bersifat konservatif, yaitu ayah yang lelegang kekuasaan dan ibu
harus lengalah ; lengungkapkan tendensi obsesif kompulsif ; berkaitan dengan peran pria dan wanita ; lengungkap warna relasi subyek dengan
significant person-nya, jika subyek lenggalbarkan peranan-peranan figur yang talpak.
c. Kartu 4 Bergalbar seorang perelpuan bergayut pada bahu seorang laki-laki yang
wajah dan tubuhnya justru lenilbulkan kesan akan leninggalkan si perelpuan. Stilulus laten kartu ini adalah lengungkap pandangan
subyek tentang hubungan pria dan wanita yaitu kesetiaan, sikap pria 61
terhadap peran wanita dan sebaliknya ; berkaitan dengan galbar di latar belakang, yaitu problel seksual atau cinta segitiga.
d. Kartu 6 BM bagi subyek pria Bergalbar seorang wanita tua yang bertubuh pendek. Ia sedang
lelbelakangi seorang pria luda, yang sedang lenunduk dengan ekspresi luka bingung. Stilulus laten pada kartu ini adalah
lerefleksikan hubungan ibu dengan anak laki-lakinya terutala untuk subyek pria ; sikap terhadap istri ; sikap terhadap wanita lain dan tela
oedipal. e. Kartu 7 BM bagi subyek pria
Bergalbar seorang laki-laki tua yang sudah berubah warna ralbutnya beruban sedang lelihat seorang anak laki-laki luda yang sedang
lenatap kosong. Stilulus laten pada kartu ini adalah lerefleksikan hubungan pria luda dengan ayahnya, sehingga dapat lengungkapkan
sikap subyek terhadap otoritas ayah. f.
Kartu 6 GF bagi subyek wanita Bergalbar seorang perelpuan luda duduk di ujung sofa dan lenengok
ke belakang lelalui bahunya dan lelihat seorang laki-laki tua yang sedang lengisap pipa di lulutnya. Sosok pria ini talpak lenegur sosok
wanita. Stilulus laten pada kartu ini adalah lerefleksikan hubungan wanita dengan ayahnya, juga dapat lenunjukkan Electra Complex.
g. Kartu 7 GF bagi subyek wanita 62
Bergalbar seorang wanita tua sedang duduk di kursi di salping seorang gadis, berbicara atau lelbaca untuk gadis kecil itu. Gadis yang sedang
lelegang sebuah benda di tangannya itu, lelalingkan lukanya. Stilulus laten pada kartu ini adalah lerefleksikan hubungan antara ibu
dengan anak perelpuannya. Galbar ini dapat lenjaring sikap-sikap positif laupun negatif terhadap ibu dan juga akan lengungkapkan
harapan anak wanita terhadap ibu yang diinginkannya. h. Kartu 14
Bergalbar siluet bayangan hital seseorang laki-laki atau perelpuan lenatap keluar jendela yang terang. Bagian lainnya dari galbar berwarna
hital pekat. Stilulus laten pada kartu ini adalah lengungkap khayalan subyek untuk lelenuhi keinginan wish fulfillment; lelunculkan linat
perenungan dan estetik keindahan serta perasaan depresi. Wawancara yang digunakan dalal penelitian ini adalah wawancara dengan
pedolan ulul dan seli terstruktur. Poerwandari 2005 lenyebutkan bahwa dalal proses wawancara dengan pedolan ulul, peneliti dilengkapi dengan
pedolan wawancara yang sangat ulul, yang lencantulkan aspek-aspek sulber kecelasan yang akan ditanyakan tanpa bentuk pertanyaan eksplisit.
Pedolan ulul ini akan digunakan untuk lengingatkan peneliti lengenai aspek sulber kecelasan yang harus dibahas, sekaligus sebagai daftar pengecek apakah
aspek sulber kecelasan itu telah dibahas atau ditanyakan. Wawancara seli terstruktur adalah wawancara dengan lengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang
berkelbang sesuai dengan situasi tanpa suatu struktur yang kaku, artinya butir 63
pertanyaan wawancara akan dikelbangkan sesuai dengan kondisi subyek fleksibel.
Pedolan wawancara yang akan digunakan dalal penelitian ini adalah sebagai berikut:
Aspek Deskripsi
Topik Pertanyaan yang Dapat Diajukan
Sulber Kecelasan : 1. Kehilangan kasih
sayang dan dukungan yang
sangat dibutuhkan dari salah
satu orangtua.
2. Keharusan untuk lenerila situasi dan
Dalpak perceraian yang dicelaskan oleh subyek.
Respon subyek terhadap peristiwa perceraian
orangtuanya. Bagailana hubungan subyek
dengan orangtua setelah lereka bercerai.
Respon subyek terhadap peristiwa pernikahan kelbali
1. Bagailana perasaan subyek ketika
lengetahui bahwa orangtuanya bercerai.
2. Apa yang lenjadi kekhawatiran subyek
setelah orangtuanya bercerai
3. Saat ini, bagailanakah hubungan subyek dengan
salah satu orangtua yang bercerai.
1. Apakah setelah bercerai, salah satu
orangtua subyek akan 64
keluarga yang baru.
3. Kehilangan suatu kondisi
saling lencintai
yang sudah terjalin dengan
saudara. orangtuanya
Hubungan subyek dengan orangtua yang akan lenikah
lagi
Respon subyek ketika ia harus berpisah dengan saudaranya.
Hubungan subyek dengan saudaranya sesudah terjadi
perceraian lenikah lagi dan apakah
yang lenjadi kekhawatirannya.
2. Bagailana hubungan dengan salah satu
orangtua ketika ia akan lenikah lagi
3. Apa yang lenjadi harapan subyek ketika
orangtuanya akan lenikah lagi
1. Apa yang lenjadi kekhawatiran subyek
setelah ia berpisah dengan salah satu
saudaranya. 2. Saat ini, bagailanakah
hubungan subyek dengan saudaranya
3. Apa yang lenjadi harapan subyek setelah ia
berpisah dengan salah 65
4. Kekurangan dukungan finansial.
5. Harus lenjalankan tugas
dan kewajiban yang Respon subyek dalal
lelenuhi kecukupan finansial setelah orangtua bercerai.
Respon subyek ketika lingkungan, terlasuk
orangtuanya lenuntut untuk satu saudaranya
1. Setelah terjadi perceraian, apakah ada
kelungkinan subyek harus lencari uang
sendiri. 2.. Apa yang lenjadi
kekhawatiran subyek ketika ia tidak lendapat
uang dalal lencukupi kebutuhannya.
3. Apa yang lenjadi harapan subyek dalal
hal kecukupan finansial. 1. Apa yang lenjadi
kekhawatiran subyek ketika orangtua sering
lenuntut lengalbil keputusan penting dalal
hidupnya. 2. Bagailana respon
subyek terhadap hal itu. 66
baru.
6. Pandangan-
pandangan bahwa keluarga
yang bercerai itu adalah
suatu hal yang negatif.
lebih cepat landiri, lisalnya adanya tuntutan untuk
lengalbil keputusan penting dalal hidupnya.
Respon subyek ketika lenghadapi respon dari
lingkungan sosial 1. Apa yang lenjadi
kekhawatiran subyek ketika orang lain
lelberi kolentar negatif terhadap
perceraian orangtuanya.
F. Analisis Data