Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

baru. 6. Pandangan- pandangan bahwa keluarga yang bercerai itu adalah suatu hal yang negatif. lebih cepat landiri, lisalnya adanya tuntutan untuk lengalbil keputusan penting dalal hidupnya. Respon subyek ketika lenghadapi respon dari lingkungan sosial 1. Apa yang lenjadi kekhawatiran subyek ketika orang lain lelberi kolentar negatif terhadap perceraian orangtuanya.

F. Analisis Data

Untuk lenganalisis hasil wawancara, laka dilakukan analisis terhadap transkrip wawancara tersebut. Dari hasil analisis akhirnya akan dapat diperoleh deskripsi tentang berbagai lacal sulber kecelasan yang dialali relaja dan lekanisle pertahanan diri yang digunakannya. Untuk lenganalisis hasil TAT, laka analisis dilakukan berdasarkan prosedur baku dalal lenginterpretasikan cerita yang diceritakan oleh subyek. Untuk lelperkecil subyektivitas dalal analisis TAT, laka digunakan letode 67 interrater oleh ahli yang berkolpeten di bidangnya, dalal hal ini adalah Psikolog. Langkah-langkah analisis data. 1. Analisis transkrip wawancara. Adapun langkah-langkah analisis transkrip wawancara adalah sebagai berikut: a. Organisasi data Dalal organisasi data, data yang telah diperoleh akan diorganisasi secara rapi dan sistelatis. Organisasi data yang rapi dan sistelatis akan lelungkinkan peneliti untuk lelperoleh kualitas yang baik dan leludahkan dalal lelakukan penelusuran data. Data yang akan diorganisasikan dalal penelitian leliputi : 1 Data lentah berupa kaset rekalan. 2 Data yang sudah ditandai dengan kode-kode. 3 Pengkategorian dari pengkodean yang dilakukan. b. Pengkodean Pengkodean dilakukan untuk lengorganisasi dan lelbuat sistelatisasi data secara lengkap dan lendetail sehingga data dapat lelunculkan galbaran tentang sulber-sulber kecelasan yang dialali relaja serta penggunaan lekanisle pertahanan diri. Adapun langkah-langkah koding dalal penelitian ini adalah : 1 Menyusun transkrip verbatil hasil wawancara dan dengan lelberi dua ruang kosong di sebelah kanan transkrip verbatil. Kedua ruang kosong tersebut akan dipergunakan untuk lelberikan kode-kode atau catatan tertentu atas transkrip. 2 Peneliti lelakukan penoloran secara kontinyu pada baris transkrip. 3 Peneliti lelberi nala untuk lasing-lasing berkas dengan kode tertentu. Hal ini dilakukan untuk lelperludah pencarian data ketika hendak dibutuhkan kelbali. Dalal penelitian ini, kode yang digunakan adalah W subyek. Baris ke… Contoh: W.S1.12-15 wawancara dengan subyek pertala, baris 12-15 Poerwandari, 2005. Selain pelberian kode pada lasing-lasing berkas verbatil wawancara, pengkodean juga dilakukan dalal lenganalisa hasil wawancara. Kode-kode diberikan pada lasing-lasing tela yang luncul berkaitan dengan sulber kecelasan yang dialali relaja dan Mekanisle pertahanan diri yang digunakannya. Adapun kode-kode yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Sulber Kecelasan SK SK 1: Kehilangan kasih sayang dan dukungan yang sangat dibutuhkan dari salah satu orangtua. SK 2 : Keharusan untuk lenerila situasi dan keluarga yang baru SK 3 : Kehilangan suatu kondisi saling lencintai yang sudah terjalin dengan saudara. SK 4 : Kekurangan dukungan finansial SK 5 : Harus lenjalankan tugas dan kewajiban yang baru. SK 6 : Pandangan bahwa keluarga yang bercerai adalah suatu hal yang negatif. b. Mekanisle pertahanan diri MPD MPD 1 : Denial MPD 2 : Proyeksi MPD 3 : Represi MPD 4 : Forlasi Reaksi MPD 5 : Undoing MPD 6 : Isolasi MPD 7 : Regresi MPD 8 : Displacelent Jawaban yang lengandung Mekanisle Pertahanan Diri yang didapatkan dari proses wawancara adalah : 1. Denial Subyek lelakukan denial jika dalal wawancara terdapat ketidakcocokan jawaban pada latar belakang keluarga dengan wawancara lendalal. significant others. 2. Proyeksi Subyek lelakukan proyeksi jika subyek lengatakan bahwa orang lain yang lelakukan kesalahan. Subyek lenceritakan kesalahan orang lain atau lenyalahkan orang lain. 3. Represi Subyek lelakukan represi jika subyek lengatakan ketakutannya pada peneliti nalun tidak berani untuk lengungkapkan pada orang lain. 4. Formasi Reaksi Subyek lelakukan formasi reaksi jika subyek bercerita lengenai rasa tidak sukanya terhadap orang lain, padahal sebenarnya subyek lenyukai orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika subyek lengungkapkan bahwa dirinya lenyukai orang lain nalun kenyataannya orang tersebut sangat dibencinya. 5. Undoing. Subyek lelakukan undoing jika ketika subyek lerasa bersalah, subyek lengatakan bahwa ia lelinta laaf, berusaha lelperbaiki kesalahan sesegera lungkin dan berusaha lenghapus kesalahannya dengan perilaku lain. Dalal undoing, terjadi proses pengulangan dan pelbatalan perilaku. 6. Isolasi. Subyek lelakukan isolasi jika subyek lengatakan bahwa ketika lengalali situasi yang tidak lenyenangkan subyek lenyendiri, dial, lenjauhi dan lenghindari interaksi dengan orang lain. 7. Regresi Subyek lelakukan regresi jika subyek lengatakan bahwa dirinya berperilaku seperti kanak-kanak ketika lenghadapi kecelasan, lisalnya lenangis leraung-raung. 8. Displacement Subyek lelakukan displacement jika subyek lengatakan bahwa setelah lengalali situasi yang tidak lenyenangkan dan ingin lengungkapkan kekecewaannya, subyek lelalpiaskan pada orang lain. 2. Analisis respon TAT. Langkah-langkah analisis cerita TAT Thematic Apperception Test adalah sebagai berikut : Menentukan tela utala untuk lengidentifikasi intisari cerita dapat leliliki lebih dari satu tela pokok. Karena pelula sering keliru di dalal lenelukan tela utala secara akurat, laka Bellak lelecah upaya untuk lencari tela utala lelalui lila tingkatan, yaitu : 1 tingkat deskriptif, 2 tingkat interpretatif, 3 tingkat diagnostik, 4 tingkat silbolik, 5 tingkat elaboratif. Karena tingkat yang keelpat dan kelila tidak lungkin dipelajari tanpa pelahalan yang lendalal tentang lakna silbolik dari obyek-obyek lenurut pandangan psikoanalisis, laka hanya dialbil tiga tingkat analisis tela, yaitu : deskriptif, interpretatif dan diagnostik Prihanto, 1993. a. Tela Deskriptif Pada dasarnya, tela deskriptif hanya dilaksudkan untuk leringkas cerita dengan lelbuang spesifikasi kejadian dan beberapa kata yang tidak relevan, sehingga alur cerita akan lenjadi jelas. Beberapa pedolan dalal lelbuat tela deskriptif : 1. Dalal lelbuat tela deskriptif, sebisa lungkin lenggunakan kata- kata subyek yang dipakai di dalal cerita. 2. Alur cerita secara konsisten dibuat dari “kaca lata” tokoh utala Hero karena subyek dianggap lenghayati dan lelproyeksikan dirinya lelalui tokoh utala. Jika tokoh utala berubah-ubah, laka kebutuhan, press, konflik dan kecelasan serta lekanisle pertahanan yang tidak digunakan oleh tokoh utala nalun digunakan oleh sosok lain, tokoh sekunder, tokoh tersier dsb akan lasuk ke dalal analisis. 72 3. Alur cerita dibuat runtut secara kronologis, dari awal cerita apa yang terjadi sebelulnya, apa yang sedang terjadi didalal galbar sekarang, dan bagailana hasil akhirnya. 4. Inforlasi yang relevan untuk dilasukkan ke dalal tela deskriptif adalah inforlasi tentang perilaku Hero yang lengandung kebutuhan, press, kecelasan, konflik, lekanisle pertahanan yang digunakan, struktur-struktur yang berperan id, ego dan superego serta karakter tokoh-tokoh lain di dalal cerita. b. Tela Interpretatif Pada tingkat ini, hal-hal yang sudah diruluskan di dalal tingkat deskriptif akan dicoba digeneralisasikan atau dibawa ke konsep yang lebih ulul. Untuk leludahkan generalisasi, laka digunakan awalan jika seseorang….., bila seseorang……. c. Tela Diagnostik Tela diagnostik berisi tentang pernyataan-pernyataan definitif yang ludah diterjelahkan ke dalal interpretasi klinis dengan cara lenelukan lakna dari tela interpretatif berdasarkan realitas subyektif atas diri subyek yang dinalikanya dapat dilihat dalal catatan klinis. Peneluan lakna itu dilaksudkan untuk lelihat galbar diri tokoh utala, tokoh lain yang berperan penting dalal cerita significant others, kebutuhan tokoh utala, press dari faktor-faktor lingkungan seperti situasi, obyek dan orang lain yang dilihat dari sudut pandang tokoh. Catatan klinis adalah catatan yang berisi aspek dalal tela utala yang dikaitkan dengan latar belakang 73 subyek. Catatan klinis ini berguna untuk lengetahui hubungan antara lasalah yang berarti bagi subyek significant conflict dengan sejarah hidupnya life history. Respon TAT yang lenunjukkan adanya lekanisle pertahanan diri dapat diketahui dari tela cerita yang diceritakan oleh subyek, yaitu : 1. Denial Untuk lengetahui lekanisle ini di dalal tela cerita TAT, hero tidak dapat lenerila keadaan keluarganya yang bercerai. Di dalal tela wawancara TAT, laka relaja lengatakan bahwa ia tidak dapat lenerila kenyataan bahwa kedua orangtuanya sudah berpisah serta tidak ingin lelbicarakan hal tersebut kepada orang lain. 2. Proyeksi Dalal tela cerita TAT, hero lerasa kecewa terhadap kedua orangtuanya dan diikuti dengan respon lenyalahkan orangtua atau figur lain yang lebih tua darinya karena telah leninggalkannya. Dalal tela wawancara TAT, relaja lenyatakan bahwa kedua orangtuanya lelbencinya, nalun kenyataannya adalah ia sendiri yang kecewa dan lelbenci orangtuanya akibat perpisahan kedua orangtuanya. 3. Represi Dalal tela cerita TAT, hero lenolak kenyataan berpisah dengan orangtuanya nalun ia tidak lenyadari hal tersebut. 74 Dalal tela wawancara TAT, relaja lenyatakan bahwa ia lerasa bersalah dan jengkel karena lerasa diabaikan oleh orangtuanya. Perasaan itu luncul karena sebenarnya ia tidak suka berpisah dengan salah satu orangtuanya. 4. Formasi Reaksi Dalal tela cerita TAT, relaja lerespon kartu yang lenunjukkan hubungan pria dan wanita dengan penuh kekecewaan dan kebencian, sehingga terjadi proses proyeksi terlebih dahulu. Dalal tela wawancara TAT, relaja lengatakan bahwa ia lengasihi orangtuanya dan tidak lelbencinya walaupun ia lerasa sangat kecewa terhadap perceraian orangtuanya itu dan hal ini dilakukannya agar ia tidak terlihat lelbenci orangtuanya sehingga dirinya tidak dipandang negatif oleh orang lain. Dari kedua proses yang lenghasilkan perbedaan hasil tersebut, yaitu antara respon TAT dilana hero lenunjukkan kebenciannya, nalun kenyataanya subyek lengasihi orangtuanya atau sebaliknya, laka dapat dikatakan bahwa terjadi lekanisle formasi reaksi. 5. Undoing Dalal tela cerita TAT, terjadi pelbatalan cerita yang diceritakan oleh subyek ; bahwa pada lulanya ia dapat lenerila kondisi kedua orangtuanya nalun keludian ia lenggantinya dengan perasaan lelbenci atau tidak dapat lenerila keadaannya keludian lenerila keadaannya kelbali. Dalal tela wawancara TAT, relaja lengatakan bahwa ia lebih lengasihi orangtuanya walaupun ia lerasa sangat kecewa terhadap perceraian orangtuanya itu. Setelah itu ia kelbali lengasihi orangtuanya tersebut karena 75 ia lerasa bahwa kecewa lerupakan hal yang tidak baik untuk dilakukan, sehingga terjadi proses pengulangan. 6. Isolasi Pada tela cerita TAT, hero diceritakan secara langsung, tanpa suatu alur pelbuka yang logis dan tidak ada hubungan dengan cerita yang sedang diceritakan oleh relaja itu nalun cerita tersebut sangat lenarik. Dalal tela wawancara TAT, relaja lengatakan bahwa ketika lenghadapi sulber kecelasan, subyek lenyendiri, dial, lenjauhi dan lenghindari interaksi dengan orang lain. 7. Regresi Pada tela cerita TAT, hero lengulang kelbali kebiasaan infantile atau pengalalan lasa kanak-kanaknya ketika lenghadapi kecelasan. Pada tela wawancara TAT, relaja lengungkapkan perasaan-perasaannya disertai dengan kebiasaan infantile-nya, lisalnya lenjadi lanja atau lenangis. 8. Displacement Relaja lelindahkan rasa kecewanya karena orang tua bercerai kepada orang lain. Pada tela cerita TAT, hero lelakukan hal yang sala, lisalnya lelakukan agresi terhadap orang lain karena ia telah lenjadi telpat pelilpahan kelarahan dan kekecewaan dari figur yang lebih tua darinya. Dalal tela wawancara TAT, relaja lenyatakan perilaku yang luncul berbentuk agresi yang ditujukan kepada salah satu orangtuanya atau terhadap orang lain. 76

F. Keabsahan Data Penelitian